Petuah Bangkit dari 'Sunrise of Java'
loading...
A
A
A
Maka Doni pun memuji Bupati Banyuwangi yang kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah kodrat bahwa manusia selalu mencari akal untuk keluar dari kesulitan, begitu pula yang dilakukan Azwar Anas terhadap kebijakan di daerahnya.
Bukan hanya itu. Saat Bupati Anas mengajak Doni dan rombongan mengunjungi sejumlah restoran, Doni kembali kagum. Sebuah daerah di ujung timur Pulau Jawa, sudah sedemikian tinggi kesadaran menjalankan protokol kesehatan. Restoran-restoran itu baru diizinkan membuka kembali usahanya, ketika memenuhi syarat protokol kesehatan.
Jadilah, resto-resto di Banyuwangi–umumnya—sudah menyediakan tempat mencuci tangan lengkap dengan sabun. Sementara di dalam, meja-meja makan disekat dengan akrilik bening.
Setidaknya itu yang kami saksikan saat meneguk kopi Osing di warung milik Setiawan "Iwan" Subekti pemilik rumah adat Osing Sanggar Genjah Arum Desa Kemiren Banyuwangi. Apa yang telah dilakukan di warung Osing Iwan sepatutnya menginspirasi para pelaku restoran dan pariwisata lainnya.
Para tamu yang hendak bersantap, tidak perlu repot-repot membuka-tutup masker. Sebab, dengan membuka masker pun mereka tetap bisa makan dan ngobrol tanpa khawatir saling menularkan virus.
Sebelum obyek-obyek wisata dioperasikan, semuanya lebih dulu dicek secara detail kesiapannya oleh tim yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kepada yang memenuhi syarat akan diberikan sertifikat. Secara periodik dinilai konsistensi pelaksanaannya. Bagi yang belum memenuhi syarat, belum akan diizinkan buka.
"Kepada yang melanggar langsung dicabut izin operasionalnya dan usahanya ditutup. Kami tidak mau mengambil risiko apalagi sampai ada yang terkena Covid-19," tegas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Berdendang hati Doni demi melihat Banyuwangi menggerakkan sektor ekonomi dari pariwisata dengan persiapan yang matang. Dari informasi yang dikantonginya, Doni pun memberikan saran kepada Bupati Azwar Anas terkait pemanfaatan TKI.
Tak kurang dari 144.000 TKI (pekerja migran) akan pulang ke Banyuwangi, akibat “krisis ekonomi akibat pandemi”. Mereka harus diprioritaskan bekerja di sektor pariwisata. Sebab, para TKI setidaknya memiliki skill bahasa asing tempat mereka bekerja.
“Yang lebih penting, mereka memiliki jiwa hospitality yang tinggi dan tahu cara melayani, cari mereka,” ujar Doni, yang direspons Azwar dengan sangat positif.
Bukan hanya itu. Saat Bupati Anas mengajak Doni dan rombongan mengunjungi sejumlah restoran, Doni kembali kagum. Sebuah daerah di ujung timur Pulau Jawa, sudah sedemikian tinggi kesadaran menjalankan protokol kesehatan. Restoran-restoran itu baru diizinkan membuka kembali usahanya, ketika memenuhi syarat protokol kesehatan.
Jadilah, resto-resto di Banyuwangi–umumnya—sudah menyediakan tempat mencuci tangan lengkap dengan sabun. Sementara di dalam, meja-meja makan disekat dengan akrilik bening.
Setidaknya itu yang kami saksikan saat meneguk kopi Osing di warung milik Setiawan "Iwan" Subekti pemilik rumah adat Osing Sanggar Genjah Arum Desa Kemiren Banyuwangi. Apa yang telah dilakukan di warung Osing Iwan sepatutnya menginspirasi para pelaku restoran dan pariwisata lainnya.
Para tamu yang hendak bersantap, tidak perlu repot-repot membuka-tutup masker. Sebab, dengan membuka masker pun mereka tetap bisa makan dan ngobrol tanpa khawatir saling menularkan virus.
Sebelum obyek-obyek wisata dioperasikan, semuanya lebih dulu dicek secara detail kesiapannya oleh tim yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Kepada yang memenuhi syarat akan diberikan sertifikat. Secara periodik dinilai konsistensi pelaksanaannya. Bagi yang belum memenuhi syarat, belum akan diizinkan buka.
"Kepada yang melanggar langsung dicabut izin operasionalnya dan usahanya ditutup. Kami tidak mau mengambil risiko apalagi sampai ada yang terkena Covid-19," tegas Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
Berdendang hati Doni demi melihat Banyuwangi menggerakkan sektor ekonomi dari pariwisata dengan persiapan yang matang. Dari informasi yang dikantonginya, Doni pun memberikan saran kepada Bupati Azwar Anas terkait pemanfaatan TKI.
Tak kurang dari 144.000 TKI (pekerja migran) akan pulang ke Banyuwangi, akibat “krisis ekonomi akibat pandemi”. Mereka harus diprioritaskan bekerja di sektor pariwisata. Sebab, para TKI setidaknya memiliki skill bahasa asing tempat mereka bekerja.
“Yang lebih penting, mereka memiliki jiwa hospitality yang tinggi dan tahu cara melayani, cari mereka,” ujar Doni, yang direspons Azwar dengan sangat positif.