Mengapa Remaja Kita Beringas?

Jum'at, 02 Desember 2022 - 15:51 WIB
loading...
Mengapa Remaja Kita Beringas?
Kasus remaja yang terlibat tawuran kian memprihatinkan. Fenomena kekerasan di kalangan pelajar ini perlu mendapat perhatian serius. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
DALAM beberapa bulan terakhir kasus kematian akibat aksi brutal dan sadis sekelompok remaja tanggung semakin meresahkan. Para orang tua yang memiliki anak remaja yang masih sekolah di bangku SMP dan SMA semakin was-was terhadap keselamatan putra-putri mereka ketika di luar rumah. Aksi koboi ini harus segera dihentikan. Seluruh komponen bangsa harus bahu membahu untuk menyelesaikan masalah kenakalan remaja ini secara baik dan bijaksana.

Aksi tak bermoral ini sudah semakin memprihatinkan. Seperti terjadi baru-baru ini, Polsek Cipondoh, Tangerang meringkus 15 anak remaja yang terlibat tawuran antarkelompok di Jalan KH Hasyim Asy’ari. Peristiwa ini menewaskan RAS, 17, setelah beberapa bagian tubuhnya terkena luka senjata tajam. Polisi akhirnya menetapkan tiga tersangka.

Baca berita menarik lainnya di e-paper koran-sindo.com

Kasus teranyar, 12 pelajar SMP di Bekasi diringkus aparat karena membunuh pelajar lain dengan samurai saat tawuran.

Tak hanya terjadi di Jabodetabek, namun kasus serupa juga kerap muncul di daerah-daerah lain seperti Tangerang hingga Yogyakarta. Di Yogyakarta, aksi penyerangan secara sporadis tersebut dikenal dengan nama klitih. Sekelompok anak sekolah berseragam naik motor mengacungkan senjata tajam keliling di jalanan untuk mencari mangsa. Seringkali mereka tak memakai seragam. Terkadang sekelompok anak muda yang kesetanan itu tidak peduli apakah orang yang diserang dan dilukai itu ada masalah sebelumnya atau tidak.

Korban salah bacok dan salah serang semakin bertambah. Remaja yang tidak bersalah dan tidak ada kaitan apapun dengan kelompok berandalan yang sedang gelap mata itu semakin banyak. Tak hanya sesama remaja, terkadang mereka juga tidak ragu menyerang orang dewasa yang dianggap menghalangi, mengejek atau bahkan hanya menatap mereka. Fenomena apakah ini? Apa yang salah dengan bangsa ini? Apakah sistem pendidikan yang diterapkan selama ini kurang tepat?

Apapun penyebabnya, tentu saja ini patut menjadi prioritas aparat pemerintah dan aparat keamanan untuk mencegah dan mengurai masalahnya secara menyeluruh. Penanganan keberingasan remaja ini pun tidak bisa hanya reaktif. Tapi harus pro aktif, preventif, dan preemtif. Pendekatan penyelesaian masalahnya pun, tidak bisa hanya dari sisi keamanan saja. Misalnya pelaku pembacokan yang melukai dan menewaskan orang baru diburu dan ditangkap setelah melakukan perbuatan pidana itu.

Belum lagi jika dibawa ke pengadilan, pelaku hanya dikenai hukuman ringan karena usianya masih remaja. Bisa jadi secara hukum benar, tapi secara sosiologis hukuman badan kepada pelaku pembacokan itu masih menyisakan masalah. Kenapa? Karena fakta persidangan tidak bisa mengungkap tuntas mengapa pelaku tega berbuat sadis hingga menghilangkan nyawa orang lain.

Dalam beberapa wawancara yang ditayangkan media massa, pelaku membacok orang tanpa alasan. Pokoknya bisa menyerang orang lain agar dianggap berani dan gagah oleh teman-teman mereka. Ini yang membuat masyarakat semakin miris. Karena hukuman satu pelaku tidak otomatis membuat mereka kapok dan berpotensi melakukan hal yang sama jika tidak dilakukan pembinaan di masyarakat. Apalagi kalau pergaulan mereka tidak berubah dan akhirnya masuk kembali ke lingkaran setan keberingasan komunal yang terus berulang.

Sekali lagi pemerintah pusat, pemerintah daerah, kepolisian, kementerian sosial, kementerian agama, kementerian pendidikan harus bersinergi mencegah keberingasan remaja usia sekolah ini berulang. Masyarakat, lingkungan dan sekolah harus dilibatkan dalam mendidik siswa-siswa dengan baik. Hasil pendidikan tidak saja mengarah pada keberhasilan dalam sisi akademis, namun yang tak kalah penting adalah pendidikan karakter dan akhlak.

Di era digitalisasi ini, peran orang tua sangat sentral dalam memantau tontonan anak yang bisa memengaruhi psikologisnya menjadi remaja yang beringas. Pendidikan agama perlu juga digalakkan agar anak tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan berakhlak baik.

Pemerintah dan aparat jika perlu membentuk semacam satgas khusus pencegahan kenakalan remaja. Seberapa besar urgensinya? Jelas sangat urgen, karena pelaku dan korban mayoritas remaja yang menjadi penerus bangsa di masa depan. Bahkan dari perspektif pembangunan SDM, satgas ini lebih prioritas daripada pemindahan ibu kota negara. Tunggu apalagi?
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2278 seconds (0.1#10.140)