Cegah Kena Kesehatan Mental, Tunas Bineka Perkuat Karakter Ratusan Pelajar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Temu Unjuk Kolaborasi Siswa Bineka (Tunas Bineka) menggelar program penguatan karakter yang diikuti oleh 200 pelajar dari berbagai latar belakang berbeda. Tunas Bineka merupakan program kolaborasi antara Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek dan Scholas Occurrentes, institusi di bawah naungan Vatikan .
Kesehatan mental (mental health) menjadi masalah utama generasi muda Indonesia saat ini. Kebiasaan dan lingkungan yang buruk menyebabkan kaum muda kehilangan kepercayaan diri, perundungan oleh senior di sekolah, kekerasan dan kenakalan remaja, serta literasi digital yang rendah.
Tujuan utama program ini adalah mempertebal semangat mencintai keberagaman. ”Juga menemukan solusi dari berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak muda generasi berkebinekaan global,” kata Scholas Occurrentes Coordinator Wilayah Southern Cone, Natalin Faravelli dalam siaran pers, Sabtu (24/8/2024).
Kaum muda dari berbagai latar belakang dilatih untuk mengidentifikasi permasalahan di sekitar. sekaligus menghasilkan solusi secara bersama-sama dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, menghargai perbedaan sudut pandang, dan menggunakan rasa empati.
Inisiatif ini didedikasikan untuk mendengarkan aspirasi kaum muda secara inklusif. Tunas Bineka mengundang kaum muda dari berbagai latar belakang, baik agama, suku, ras untuk berkumpul bersama.
”Melalui program pendampingan yang menyenangkan, seperti menggambar, teater, dan games, aspirasi mereka terungkap sesuai dengan apa yang mereka rasakan,” ujarnya.
Kepala Puspeka Kemendikbudristek Rusprita Putri Utami mengatakan, pemilihan pelajar dengan latar belakang yang berbeda menjadi bagian penting dari program Tunas Bineka. Para peserta diharapkan mampu memahami permasalahan yang ada dengan memperhatikan perbedaan persepsi karena latar belakang yang berbeda tersebut.
Dia berharap, ruang perjumpaan itu bakal mendorong kaum muda menemukan solusi dari permasalahan yang ada melalui empati dan kemampuan berpikir kritis. Solusi yang dihasilkan sifatnya mengayomi semua pihak dan menguatkan sikap toleransi dan kepentingan bersama.
Seperti diketahui, Scholas Occurrentes yang hadir di Indonesia berkat dukungan 5P Global Movement. Sebuah inisiatif global yang didirikan oleh pengusaha dan filantropi Indonesia Arsjad Rasjid bersama Paus Fransiskus. Selain di Jakarta, bersama Tunas Bineka, Scholas Occurrentes hadir juga di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo.
“Kami berterima kasih atas dukungan Kemendikbudristek dan juga 5P Global Movement. Kami telah diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman, terutama mewariskan nilai-nilai yang dibawa Paus Fransiskus terkait dialog universal melalui Tunas Bineka. Sebuah kehormatan bagi kami untuk ada di Indonesia,” tandasnya.
Kemendikbudristek menyambut baik kolaborasi dengan Scholas Occurrentes melalui program Tunas Bineka ini. Hal ini sejalan dengan gerakan Merdeka Belajar yang merupakan filosofi dari Ki Hadjar Dewantara, untuk menekankan semangat kemandirian pelajar dalam memecahkan berbagai masalah.
”Program ini akan memperkuat karakter para pelajar untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Program ini juga sejalan dengan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika,” katanya.
Kesehatan mental (mental health) menjadi masalah utama generasi muda Indonesia saat ini. Kebiasaan dan lingkungan yang buruk menyebabkan kaum muda kehilangan kepercayaan diri, perundungan oleh senior di sekolah, kekerasan dan kenakalan remaja, serta literasi digital yang rendah.
Tujuan utama program ini adalah mempertebal semangat mencintai keberagaman. ”Juga menemukan solusi dari berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak muda generasi berkebinekaan global,” kata Scholas Occurrentes Coordinator Wilayah Southern Cone, Natalin Faravelli dalam siaran pers, Sabtu (24/8/2024).
Kaum muda dari berbagai latar belakang dilatih untuk mengidentifikasi permasalahan di sekitar. sekaligus menghasilkan solusi secara bersama-sama dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, menghargai perbedaan sudut pandang, dan menggunakan rasa empati.
Inisiatif ini didedikasikan untuk mendengarkan aspirasi kaum muda secara inklusif. Tunas Bineka mengundang kaum muda dari berbagai latar belakang, baik agama, suku, ras untuk berkumpul bersama.
”Melalui program pendampingan yang menyenangkan, seperti menggambar, teater, dan games, aspirasi mereka terungkap sesuai dengan apa yang mereka rasakan,” ujarnya.
Kepala Puspeka Kemendikbudristek Rusprita Putri Utami mengatakan, pemilihan pelajar dengan latar belakang yang berbeda menjadi bagian penting dari program Tunas Bineka. Para peserta diharapkan mampu memahami permasalahan yang ada dengan memperhatikan perbedaan persepsi karena latar belakang yang berbeda tersebut.
Dia berharap, ruang perjumpaan itu bakal mendorong kaum muda menemukan solusi dari permasalahan yang ada melalui empati dan kemampuan berpikir kritis. Solusi yang dihasilkan sifatnya mengayomi semua pihak dan menguatkan sikap toleransi dan kepentingan bersama.
Seperti diketahui, Scholas Occurrentes yang hadir di Indonesia berkat dukungan 5P Global Movement. Sebuah inisiatif global yang didirikan oleh pengusaha dan filantropi Indonesia Arsjad Rasjid bersama Paus Fransiskus. Selain di Jakarta, bersama Tunas Bineka, Scholas Occurrentes hadir juga di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo.
“Kami berterima kasih atas dukungan Kemendikbudristek dan juga 5P Global Movement. Kami telah diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman, terutama mewariskan nilai-nilai yang dibawa Paus Fransiskus terkait dialog universal melalui Tunas Bineka. Sebuah kehormatan bagi kami untuk ada di Indonesia,” tandasnya.
Kemendikbudristek menyambut baik kolaborasi dengan Scholas Occurrentes melalui program Tunas Bineka ini. Hal ini sejalan dengan gerakan Merdeka Belajar yang merupakan filosofi dari Ki Hadjar Dewantara, untuk menekankan semangat kemandirian pelajar dalam memecahkan berbagai masalah.
”Program ini akan memperkuat karakter para pelajar untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Program ini juga sejalan dengan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika,” katanya.
(poe)