Pendidikan Akhlak dan Moral bagi Gen Z

Kamis, 17 Oktober 2024 - 17:57 WIB
loading...
Pendidikan Akhlak dan...
Direktur KSKK Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI, Muchamad Sidik Sisdiyanto. FOTO/DOK.PRIBADI
A A A
Muchamad Sidik Sisdiyanto
Direktur KSKK Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kemenag RI

GENERASI Z merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi. Kehadiran internet, media sosial, dan akses informasi tanpa batas telah membentuk pola pikir, perilaku, serta nilai-nilai moral dan akhlak generasi ini. Generasi Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997–2012, sehingga saat ini mereka berusia 8–23 tahun yang notabanenya sedang menumpuh Pendidikan MI-MA/SD-SLTA.

Meski Generasi Z sering dipuji atas kemampuan mereka dalam menguasai teknologi dan adaptasi cepat terhadap perubahan, mereka juga menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan moralitas dan akhlak yang luhur di era digital ini. Kemajuan teknologi, terutama internet dan media sosial, telah membawa dampak besar pada cara mereka berperilaku dan berpikir. Di satu sisi, akses informasi yang melimpah memberikan kemudahan dalam belajar dan mencari pengetahuan, tetapi di sisi lain, juga membawa risiko bagi moralitas mereka. Informasi yang tidak tersaring, hoaks, dan konten negatif mudah tersebar, membuat generasi ini harus mampu memilah mana yang sesuai dengan nilai-nilai yang benar.

Tantangan Era Digital

Media sosial menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku mereka, di mana tekanan untuk tampil sempurna dan pencarian popularitas sering kali mengarah pada perilaku tidak jujur atau manipulatif. Selain itu, interaksi sosial yang semakin terbatas pada dunia maya juga mengakibatkan penurunan empati dan kemampuan untuk berkomunikasi secara langsung, yang merupakan elemen penting dalam pembentukan akhlak yang baik. Generasi Z juga dihadapkan pada tekanan hidup modern yang kompleks, mulai dari ekspektasi sosial hingga isu-isu global seperti perubahan iklim dan ketidakstabilan ekonomi, yang dapat memengaruhi krisis identitas mereka.

Norma-norma sosial yang berubah dengan cepat dan hak-hak individu juga menimbulkan dilema moral bagi generasi ini, di mana nilai-nilai agama yang diajarkan sejak kecil sering kali bertentangan dengan perkembangan tersebut. Tantangan lain yang tidak kalah penting adalah mudahnya akses terhadap konten tidak bermoral di internet, yang berpotensi merusak pandangan mereka tentang hubungan antar-manusia dan perilaku sosial yang sehat.

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, ada tiga dosa besar yang mencemari dunia pendidikan yaitu kekerasan seksual, perundungan (bullying), dan intoleran. Pertama, kekerasan seksual di madrasah merupakan sebuah tragedi yang tidak boleh ditoleransi. Kedua, perundungan atau bullying merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara berulang untuk menyakiti orang lain. Perundungan dapat terjadi secara fisik, verbal, atau emosional. Dampak perundungan terhadap korban bisa sangat serius, seperti depresi, kecemasan, dan bahkan bunuh diri. Ketiga, Intoleransi merupakan sikap tidak menghormati perbedaan dan cenderung memaksakan kehendak kepada orang lain. Intoleransi di madrasah dapat memicu konflik dan perpecahan antar siswa, bahkan dapat berujung pada tindakan kekerasan.

Ketiga dosa besar pendidikan ini memiliki dampak yang sangat serius bagi masa depan bangsa. Generasi muda yang terpapar dengan kekerasan seksual, perundungan, dan intoleransi di institusi pendidikan berisiko mengalami trauma dan perkembangan mental yang terhambat.

Pendidikan Akhlak dan Moral

Untuk menyelesaikan tiga dosa besar pendidikan dan tantangan ini, pendidikan akhlak dan moral yang relevan perlu diperkuat, baik di madrasah maupun di rumah. Generasi Z harus dibekali dengan kemampuan untuk menyaring informasi serta menggunakan teknologi secara bijak. Selain itu, keseimbangan antara interaksi di dunia nyata dan dunia digital juga perlu dijaga agar mereka tetap mampu mengembangkan empati dan sikap peduli terhadap sesama. Dengan bimbingan yang tepat, mereka dapat mengatasi tekanan hidup modern dan mengembangkan potensi diri secara optimal, sehingga tetap mampu mempertahankan moralitas dan akhlak yang luhur di tengah perubahan zaman yang dinamis.

Pendidikan akhlak dan moral bagi Generasi Z memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan perilaku mereka di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Generasi Z, yang tumbuh di era digital, sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan seperti akses informasi yang tak terbatas, paparan terhadap konten negatif di media sosial, serta perubahan norma sosial yang begitu cepat. Tanpa landasan moral dan akhlak yang kuat, mereka rentan terpengaruh oleh hal-hal yang dapat merusak nilai-nilai dasar yang seharusnya menjadi pedoman dalam kehidupan mereka.

Pendidikan akhlak dan moral memberikan bimbingan kepada Generasi Z tentang bagaimana bersikap dan berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, serta kepedulian terhadap orang lain. Pendidikan ini bukan hanya bertujuan untuk mengajarkan apa yang benar dan salah, tetapi juga menanamkan kemampuan untuk berpikir kritis dalam menghadapi dilema moral yang muncul di dunia modern. Dengan nilai-nilai akhlak yang baik, Generasi Z akan lebih mampu menyaring informasi yang mereka terima, membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang merusak, serta menghindari perilaku yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Selain itu, pendidikan akhlak dan moral membantu Generasi Z dalam membangun identitas diri yang positif. Dalam lingkungan yang sering kali mendorong mereka untuk mengejar popularitas di media sosial atau mengikuti tren yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya, pendidikan ini memberikan panduan agar mereka tetap teguh pada prinsip-prinsip yang benar. Dengan demikian, pendidikan akhlak dan moral berperan penting dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan bermoral, sehingga mampu berkontribusi secara positif bagi masyarakat.

Gen Z juga sangat diuntungkan apabila menjadikan Rasulullah SAW sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari. Rasulullah dikenal sebagai pribadi dengan akhlak yang mulia dan sempurna, yang tidak hanya menjadi panutan bagi umat Muslim, tetapi juga bagi seluruh umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kejujuran, kesederhanaan, kasih sayang, dan tanggung jawab. Mencontoh akhlak Rasulullah memberikan panduan yang kokoh bagi Generasi Z untuk mengarungi tantangan moral dan sosial yang mereka hadapi. Rasulullah memiliki karakter sidik, amanah, tabligh dan fatonah. Dengan mencontoh akhlak Rasulullah, Generasi Z akan lebih siap menghadapi tantangan zaman. Mereka akan memiliki fondasi moral yang kuat, yang tidak hanya membimbing mereka dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam interaksi sosial yang lebih luas. Akhlak Rasulullah memberikan teladan abadi yang relevan dengan setiap masa, termasuk bagi generasi yang tumbuh dalam dunia digital yang serba cepat ini.

Pendidikan agama dan akhlak berfungsi sebagai pedoman moral yang kokoh, yang membantu mereka menjaga integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan rasa empati terhadap sesama. Pertama, pendidikan agama memberikan dasar yang kuat bagi Generasi Z dalam memahami nilai-nilai moral yang bersifat universal, seperti keadilan, kasih sayang, dan perdamaian. Agama mengajarkan mereka untuk memiliki prinsip hidup yang jelas, yang tidak hanya berfokus pada kesuksesan duniawi, tetapi juga menekankan pentingnya kebahagiaan spiritual dan moralitas dalam tindakan sehari-hari.

Di saat yang sama, pendidikan akhlak membantu mereka menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam bentuk perilaku nyata, seperti menghormati orang tua, bertanggung jawab dalam tugas, dan bersikap adil terhadap orang lain. Di era di mana anak muda berhadapan dengan tantangan gaya hidup hedonis, pornografi, narkoba, dan judi online, pendidikan agama dan akhlak berfungsi sebagai perisai yang melindungi mereka dari pengaruh negatif tersebut.

Dengan memahami prinsip-prinsip agama dan memiliki akhlak yang baik, Generasi Z akan lebih mampu memilah mana yang benar dan salah, serta memiliki ketahanan moral untuk menolak perilaku yang merusak. Lebih dari itu, pendidikan agama dan akhlak juga mengajarkan pentingnya empati dan kepedulian sosial, yang sangat dibutuhkan di dunia yang semakin individualistis. Dengan landasan ini, Generasi Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral yang tinggi, serta mampu berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang terus berkembang.
(abd)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1343 seconds (0.1#10.140)