World Peace Forum ke-8 di Solo: Upaya Merekonseptualisasi Islam Wasatiyah?
loading...
A
A
A
Dalam konteks ini, sejak lama umat Islam Indonesia secara luas diakui sebagai Muslim moderat, mengingat mereka umumnya lebih open minded, toleransi, dan menghormati pluralisme. Dalam hal ini, tidak berlebihan jika Indonesia sebelumnya diakui sebagai panutan demokrasi bagi negara-negara Muslim.
Namun bukti terkini menunjukkan bahwa sejak jatuhnya rezim Orde Baru dan munculnya era Reformasi, para pengamat dan media internasional menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi tanah yang subur bagi persemaian Muslim moderat. Sebab, sejak pascakejatuhan Soeharto, Indonesia menghadapi kebangkitan konservatisme dan radikalisme Islam.
Kehadiran gerakan Islam radikal adalah bukti kegagalan Muslim moderat merawat Islam arus utama. Bahkan, gerakan-gerakan Islam radikal menyebarkan secara luas semangat sikap intoleransi, anti-pluralisme, dan gagasan berpikiran syariah yang ketat, legal, dan eksklusif, yang dianggap tidak sesuai dengan karakteristik dan keislaman muslim moderat arus utama di Indonesia (Anwar, 2007).
Kehadiran WPF, hemat penulis, adalah bagian dari upaya untuk mempromosikan perdamaian di tingkat dunia dan nasional dengan menyebarkan gagasan Islam wasatiyah yang sudah berakar tunjang di Tanah Air. Problemnya adalah bagaimana merekontekstualisasi dan merekonseptualisasi Islam wasatiyah yang aktual, relevan dan inklusif sebagai sumbangan Indonesia untuk perdamaian dunia dan nasional.
Kita berharap WPF dapat menjawab isu rekontekstualisasi dan rekonseptualisasi Islam Wasatiyah sesuai tema yang diusung, karena tanpa itu WPF hanyalah pertemuan rutin dua tahunan yang tidak memiliki dampak signifikan. Selamat berdiskusi!
Namun bukti terkini menunjukkan bahwa sejak jatuhnya rezim Orde Baru dan munculnya era Reformasi, para pengamat dan media internasional menunjukkan bahwa Indonesia bukan lagi tanah yang subur bagi persemaian Muslim moderat. Sebab, sejak pascakejatuhan Soeharto, Indonesia menghadapi kebangkitan konservatisme dan radikalisme Islam.
Kehadiran gerakan Islam radikal adalah bukti kegagalan Muslim moderat merawat Islam arus utama. Bahkan, gerakan-gerakan Islam radikal menyebarkan secara luas semangat sikap intoleransi, anti-pluralisme, dan gagasan berpikiran syariah yang ketat, legal, dan eksklusif, yang dianggap tidak sesuai dengan karakteristik dan keislaman muslim moderat arus utama di Indonesia (Anwar, 2007).
Kehadiran WPF, hemat penulis, adalah bagian dari upaya untuk mempromosikan perdamaian di tingkat dunia dan nasional dengan menyebarkan gagasan Islam wasatiyah yang sudah berakar tunjang di Tanah Air. Problemnya adalah bagaimana merekontekstualisasi dan merekonseptualisasi Islam wasatiyah yang aktual, relevan dan inklusif sebagai sumbangan Indonesia untuk perdamaian dunia dan nasional.
Kita berharap WPF dapat menjawab isu rekontekstualisasi dan rekonseptualisasi Islam Wasatiyah sesuai tema yang diusung, karena tanpa itu WPF hanyalah pertemuan rutin dua tahunan yang tidak memiliki dampak signifikan. Selamat berdiskusi!
(poe)