Begini Detik-detik Tragedi Kanjuruhan yang Tewaskan 132 Orang Versi Komnas HAM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Komnas HAM mengungkap detik-detik tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 132 orang. Kronologis itu didapat setelah lembaga itu melakukan investigasi dengan memeriksa sejumlah dokumen dan meminta keterangan para saksi.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan kondisi di Stadion Kanjuruhan masih kondusif setelah 20 menit peluit akhir laga Arema FC melawan Persebaya ditiup. Selepas pertandingan berakhir, para pemain Arema menyampaikan permintaam maaf kepada supporter Aremania.
"Itu kita nilai bahwa 14 sampai 20 menit pascapeluit ditiupkan itu suasananya terkendali. Memang ada suporter yang masuk ke lapangan, tetapi itu untuk memberikan semangat," tutur Anam, Rabu (12/10/2022).
Anam berkata, tindakan tersebut sudah menjadi tradisi Aremania. Apalagi, terdapat pemain Arema yang asli Malang. "Teman-teman Arema itu datang menghampiri pemain, memeluk pemain, saling menangis, terutama pemain asli Malang yang besar dan lahir di Malang, besar di pembinaan klub Arema sampai masuk di Arema, itu pada menangis terus dipeluk dikasih semangat. Itu terkonfirmasi kami dapatkan informasinya demikian," ucapnya.
Hanya saja, aparat keamanan menembakan gas air mata ke arah suporter. Dari temuan awal investigasi Komnas HAM, tembakan gas air mata pertama kali meletup di tribun selatan pada pukul 22.08.59 WIB. Penembakan gas air mata itu membuat penonton berhamburan keluar stadion. Namun, pintu tribun tak muat untuk dijadikan akses keluar para suporter yang tengah panik.
"Kondisi pintu tribun terbuka, meski yang dibuka itu pintu kecil termasuk pintu tribun 10, 11, 12, 13, 14," terang Anam.
Dari ukuran pintu sleding door dengan luas sekitar 2,7 meter, yang terbuka hanya selaus 150 cm dengan tinggi 180 cm. "Ini (pintu yang dibuka) 75 cm, karena ada dua pintu yang dibuka, berarti 150 terus ada tiang tengah ini ada yang macet juga di sini 180 itu tinggingnya itu yang dibuka ke luar," terang Anam.
Kendati kecilnya lebar pintu, membuat massa berebutan dan berdesakan, hingga akhirnya memicu jatuhnya korban jiwa mencapai 132 orang.
Di sisi lain, Anam menilai kelebihan kapasitas atau over capacity Stadion Kanjuruhan menjadi salah satu penyebab timbulnya banyak korban. Sejatinya, Stadion Kanjuruhan Malang berkapasitas 38.054 orang. Namun jumlah tiket yang dicetak melebihi kapasitas tersebut.
"Ini postur stadion yang berkapasitias 38.000 sekian, termasuk ukuran pintu. Dan Soal tiket yang begitu banyak, padahal 38.000 dan akan diteliti mengenai pencetakan yang melebih kapasitas stadion. Dan ini menjadi salah satu penyebab kejadian ini terjadi," ucapnya.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan kondisi di Stadion Kanjuruhan masih kondusif setelah 20 menit peluit akhir laga Arema FC melawan Persebaya ditiup. Selepas pertandingan berakhir, para pemain Arema menyampaikan permintaam maaf kepada supporter Aremania.
"Itu kita nilai bahwa 14 sampai 20 menit pascapeluit ditiupkan itu suasananya terkendali. Memang ada suporter yang masuk ke lapangan, tetapi itu untuk memberikan semangat," tutur Anam, Rabu (12/10/2022).
Anam berkata, tindakan tersebut sudah menjadi tradisi Aremania. Apalagi, terdapat pemain Arema yang asli Malang. "Teman-teman Arema itu datang menghampiri pemain, memeluk pemain, saling menangis, terutama pemain asli Malang yang besar dan lahir di Malang, besar di pembinaan klub Arema sampai masuk di Arema, itu pada menangis terus dipeluk dikasih semangat. Itu terkonfirmasi kami dapatkan informasinya demikian," ucapnya.
Hanya saja, aparat keamanan menembakan gas air mata ke arah suporter. Dari temuan awal investigasi Komnas HAM, tembakan gas air mata pertama kali meletup di tribun selatan pada pukul 22.08.59 WIB. Penembakan gas air mata itu membuat penonton berhamburan keluar stadion. Namun, pintu tribun tak muat untuk dijadikan akses keluar para suporter yang tengah panik.
"Kondisi pintu tribun terbuka, meski yang dibuka itu pintu kecil termasuk pintu tribun 10, 11, 12, 13, 14," terang Anam.
Dari ukuran pintu sleding door dengan luas sekitar 2,7 meter, yang terbuka hanya selaus 150 cm dengan tinggi 180 cm. "Ini (pintu yang dibuka) 75 cm, karena ada dua pintu yang dibuka, berarti 150 terus ada tiang tengah ini ada yang macet juga di sini 180 itu tinggingnya itu yang dibuka ke luar," terang Anam.
Kendati kecilnya lebar pintu, membuat massa berebutan dan berdesakan, hingga akhirnya memicu jatuhnya korban jiwa mencapai 132 orang.
Di sisi lain, Anam menilai kelebihan kapasitas atau over capacity Stadion Kanjuruhan menjadi salah satu penyebab timbulnya banyak korban. Sejatinya, Stadion Kanjuruhan Malang berkapasitas 38.054 orang. Namun jumlah tiket yang dicetak melebihi kapasitas tersebut.
"Ini postur stadion yang berkapasitias 38.000 sekian, termasuk ukuran pintu. Dan Soal tiket yang begitu banyak, padahal 38.000 dan akan diteliti mengenai pencetakan yang melebih kapasitas stadion. Dan ini menjadi salah satu penyebab kejadian ini terjadi," ucapnya.
(cip)