Banyak Negara Cenderung Egois, Indonesia Perlu Tunjukkan Kepemimpinan dalam Pemulihan Ekonomi Global

Selasa, 11 Oktober 2022 - 18:31 WIB
loading...
Banyak Negara Cenderung...
Seminar Nasional PPRA LXIV Lemhannas RI bertema Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasokan Global di Auditorium Besar (Ruang Gadjah Mada) Lemhannas RI, Jakarta Pusat, Selasa (11/10/2022). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Konektivitas dan kepemimpinan global menjadi kunci bagi dunia untuk bisa bersama-sama keluar dari dampak pascapandemi Covid-19. Namun, sayangnya banyak negara egois alias hanya mementingkan kepentingan nasionalnya sendiri.

Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional PPRA LXIV Lemhannas bertema 'Kolaborasi Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasokan Global' di Auditorium Besar (Ruang Gadjah Mada) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) , Jakarta Pusat, Selasa (11/10/2022).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi keynote speaker dalam seminar tersebut. Presiden Jokowi yang diwakili Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa dunia saat ini menghadapi krisis akibat pandemi Covid-19 dan diperparah dengan adanya polarisasi negara besar seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, China, dan Rusia yang menyebabkan terjadinya krisis global, utamanya yang saat ini terjadi konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina.



Lebih lanjut disampaikan, Presidensi G20 merupakan momentum Indonesia untuk berperan di kancah global menyangkut masalah penanganan pandemi Covid-19. Konektivitas dan kepemimpinan global menjadi kunci bagi dunia untuk bisa bersama-sama keluar dari Covid-19. Namun, kenyataannya banyak negara yang cenderung egois, inward looking demi mengamankan national interest masing-masing, sehingga semangat kebersamaan makin menghilang.

Tujuan PPRA 64 pada seminar ini berupaya berkontribusi dalam bentuk rumusan rekomendasi tentang kepemimpinan global yang perlu dibangun bagi next presidensi (India) agar dunia secara bersama-sama keluar dari krisis serta rekomendasi bagi pemerintah terkait kepentingan nasional. Tentunya momen presidensi ini menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global.

Indonesia merupakan satu-satunya negara di ASEAN yang menjadi anggota G20, sehingga momentum ini juga dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi.

Indonesia sebagai pemimpin diharapkan dapat menyamakan pandangan dan memastikan keterlibatan seluruh elemen global dalam upaya pemulihan atas krisis yang bersifat lintas sektor serta mengatasi fragmentasi dalam arsitektur kesehatan global yang kompleks.

"Melalui forum G20 meyakini bahwa pendekatan multilateral akan menjadi platform terbaik, di mana kita dapat menemukan jawaban yang mewakili kesatuan tujuan. Sebagai Presidensi G20, Indonesia telah bekerja sama dengan anggota G20 lainnya dalam menetapkan arah strategis untuk memastikan konektivitas dan rantai pasok global dapat tetap berjalan tanpa hambatan," ujar Menko Perekonomian.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang menjadi pembicara dalam acara tersebut menyampaikan bahwa Presidensi G20 Indonesia dilakukan di tengah situasi yang sangat sulit. Krisis Ukraina pada akhir Februari 2022 telah menambah kompleksitas permasalahan dunia termasuk pada lingkup G20. Ini menyebabkan friksi yang terjadi di dunia internasional dengan pendekatan 'with us or against us'. Friksi internasional telah menyebabkan peningkatan utang publik, penurunan pendapatan per kapita, dan ancaman krisis pupuk yang berdampak pada pasokan beras 3 miliar penduduk dunia.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1490 seconds (0.1#10.140)