Momentum Menata Sepakbola Tanah Air
loading...
A
A
A
Di antaranya mulai dari perilaku suporter sepak bola Tanah Air belum dewasa, panita pelaksana yang hanya memikirkan menjual tiket sebanyak-banyaknya, industri yang menjadi stakeholder seperti media televisi yang hanya fokus pada rating, hingga stadion yang tidak standar dan aman untuk penonton.
Tak berhenti di situ, masalah juga disumbangkan pemerintah daerah atau elit lokal yang maunya hanya memanfaatkan sepak bola untuk meraup popularitas tanpa mendukung ketersediaan fasilitas yang memadai.
Di luar itu, klub bola juga berpikiran pragmatis mengejar keuntungan dan kemenangan, ditambah PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang kapitalistik, hingga federasi sepak bola PSSI yang secara faktual abai memitigasi risiko pertandingan dan cenderung asyik berpolitik.
Sekali lagi siapa di antara mereka yang paling bersalah, pro-kontra tentu tak hindarkan karena masing-masing pihak merasa benar. Karena itu, serahkan saja kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Komnas HAM, Mabes Polri dan pihak lain terkait.
Percayakan pada pakar dan professional yang dipimpin Menkopolkam Mahfud MD untuk mengumpulkan dan mengurai puzzle fakta yang berserakan, hingga ditemukan pihak yang harus dimintai pertanggungjawaban.
Sebagai penggemar sepak bola, lebih baik berposisi menyuarakan perubahan dunia sepak bola tanah air secara komprehensif. Adalah tepat apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau langsung tempat tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Dalam pandanganya, perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan tata kelola sepak bola di Tanah Air, di antaranya meliputi manajemen pertandingan, manajemen penonton, manajemen waktu, manajemen pengamanan, hingga kelayakan stadion.
Bahkan Jokowi tak sungkan telah meminta bantuan Presiden FIFA Gianni Infantino untuk membantu perbaikan.
Tragedi Kanjuruhan harus menjadi momentum memulai perubahan. Terlalu mahal jatuhnya ratusan jiwa penggemar bola Tanah Air hanya menjadi duka nestapa saja dan selanjutnya sebatas dimuat dalam catatan sejarah, tanpa diambil hikmah dan pelajaran darinya.
Karena itu, semua pihak harus membuka diri untuk bersama-sama melakukan perbaikan dan perubahan secara fundamental demi kejayaaan sepak bola Tanah Air.
Tak berhenti di situ, masalah juga disumbangkan pemerintah daerah atau elit lokal yang maunya hanya memanfaatkan sepak bola untuk meraup popularitas tanpa mendukung ketersediaan fasilitas yang memadai.
Di luar itu, klub bola juga berpikiran pragmatis mengejar keuntungan dan kemenangan, ditambah PT Liga Indonesia Baru (LIB) yang kapitalistik, hingga federasi sepak bola PSSI yang secara faktual abai memitigasi risiko pertandingan dan cenderung asyik berpolitik.
Sekali lagi siapa di antara mereka yang paling bersalah, pro-kontra tentu tak hindarkan karena masing-masing pihak merasa benar. Karena itu, serahkan saja kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Komnas HAM, Mabes Polri dan pihak lain terkait.
Percayakan pada pakar dan professional yang dipimpin Menkopolkam Mahfud MD untuk mengumpulkan dan mengurai puzzle fakta yang berserakan, hingga ditemukan pihak yang harus dimintai pertanggungjawaban.
Sebagai penggemar sepak bola, lebih baik berposisi menyuarakan perubahan dunia sepak bola tanah air secara komprehensif. Adalah tepat apa yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat meninjau langsung tempat tragedi di Stadion Kanjuruhan.
Dalam pandanganya, perlu dilakukan evaluasi dan perbaikan tata kelola sepak bola di Tanah Air, di antaranya meliputi manajemen pertandingan, manajemen penonton, manajemen waktu, manajemen pengamanan, hingga kelayakan stadion.
Bahkan Jokowi tak sungkan telah meminta bantuan Presiden FIFA Gianni Infantino untuk membantu perbaikan.
Tragedi Kanjuruhan harus menjadi momentum memulai perubahan. Terlalu mahal jatuhnya ratusan jiwa penggemar bola Tanah Air hanya menjadi duka nestapa saja dan selanjutnya sebatas dimuat dalam catatan sejarah, tanpa diambil hikmah dan pelajaran darinya.
Karena itu, semua pihak harus membuka diri untuk bersama-sama melakukan perbaikan dan perubahan secara fundamental demi kejayaaan sepak bola Tanah Air.