Integrasi Pendidikan Perubahan Iklim pada Kurikulum Merdeka

Jum'at, 07 Oktober 2022 - 04:28 WIB
loading...
A A A
Pendidikan Indonesia dalam Keadaan Darurat
Indonesia cenderung mengambil respons reaktif terhadap keadaan darurat. Ini dapat terlihat dari penerapan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam pandemi Covid-19. Sayangnya mayoritas kepala sekolah, orang tua, guru bahkan siswa di seluruh Indonesia sulit menjalankan kegiatan belajar mengajar berbasis teknologi.

Akibatnya, banyak laporan dan keluhan muncul mengenai pembelajaran yang tidak efektif sampai pembelajaran terhenti selama PJJ. Ini sangat memprihatinkan mengingat bahwa Indonesia rentan terhadap bencana alam (yang dapat ditimbulkan sebagai dampak perubahan iklim). PJJ dapat diperlukan diterapkan kembali di masa depan, terutama dalam kasus di mana sekolah fisik terhancur.

Kunci untuk menghadapi krisis seperti perubahan iklim adalah persiapan. Walaupun sekolah sudah mulai menjalankan pembelajaran tatap muka kembali, kita harus terus belajar dari “kegagalan” PJJ dan mengatasi hambatan-hambatan PJJ, seperti kesenjangan digital yang masih ada di Indonesia.

Dalam jangka panjang, ini dapat memastikan pembelajaran yang berkelanjutan dalam darurat. Sekali lagi, belajar dari pengalaman, melakukan langkah-langkah antisipasi sangat diperlukan untuk memastikan sektor pendidikan kita menjadi lebih resilien.

Pendidikan Perubahan Iklim
Diskusi tentang sistem pendidikan yang tangguh cenderung menyinggung pentingnya teknologi untuk memfasilitasi kelanjutan pendidikan. Namun, pentingnya untuk ingat bahwa ini hanya satu bagian dari keseluruhan gambar.

Selama ini, pendidikan perubahan iklim dalam sekolah formal di Indonesia dapat ditemukan sebagai topik atau hanya bagian dari sebuah bab dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam. Pada kenyataannya, perubahan iklim jauh lebih kompleks untuk dipersempit dalam satu bab, karena berdampak juga pada konsekuensi sosial, politik dan ekonomi juga.

Sejak 2019, sekolah negeri di Italia wajib untuk mendedikasikan sekitar 33 jam per tahun untuk mengajar mengenai masalah perubahan iklim. Negara tetangga kita, Kamboja, tidak hanya berinvestasi dalam perlindungan infrastruktur sekolah terhadap perubahan iklim (climate proofing). Mereka juga mengintegrasikan pendidikan perubahan iklim (climate change education) dalam kurikulum ilmu bumi (earth science) di jenjang SMA.

Dalam kurikulum tersebut, siswa SMA dapat belajar tentang profil kerentanan negara, faktor yang mendorong perubahan iklim, dan strategi dan teknologi yang dapat digunakan untuk beradaptasi dan mitigasi dampak negatif perubahan iklim seperti peningkatan emisi gas rumah kaca, migrasi karena perpindahan dan kemiskinan.

Menurut Cordero, Centeno dan Todd (2020), faktor terpenting adalah mengembangkan hubungan antara perubahan iklim dengan kehidupan pribadi siswa. Contohnya, selain belajar tentang emisi gas rumah kaca, siswa dapat ditantang untuk perhatikan dan memetakan jejak karbon masing-masing.

Latihan seperti ini dapat membangun kesadaran mereka untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang berdampak positif bagi bumi dan mendorong mereka untuk mempraktekkan berbagai inisiatif untuk mengurangi karbon.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1301 seconds (0.1#10.140)