Deretan Jenderal Bintang 5 di Dunia, 3 dari Indonesia
loading...
A
A
A
Foto: Istimewa
Sudirman terkenal dengan perang gerilya pada Agresi Militer II yang dilakukan Belanda di Yogyakarta. Ketika itu, Presiden Soekarno dan wakilnya Moh Hatta, serta beberapa anggota kabinet ditawan penjajah.
Namun Sudirman dengan tanggung jawabnya sebagai pemimpin militer mencoba melawan penjajah tersebut dengan bergerilya selama kurang lebih tujuh bulan dengan berpindah-pindah dari hutan ke hutan, gunung ke gunung. Padahal kondisinya kala itu sedang buruk akibat penyakit TBC yang dideritanya. Walaupun harus ditandu, namun semangat Sudirman untuk membebaskan Indonesia dari penjajah sangat besar.
Jenderal besar ini mengembuskan napas terakhirnya pada 29 Januari 1950. Dia meninggal dunia di Magelang pada usia 34 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
11. Abdul Haris (AH) Nasution
Pria kelahiran Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918 ini memiliki jiwa perjuangan yang tinggi. Dilansir dari laman resmi TNI, tni.mil.id, dia pernah menjadi Guru HIS Partikelir Bengkulu, Kepala Staf Komandemen I/Jawa Barat, Komandan Divisi I/Jawa Barat.
Dia juga pernah menjadi Panglima Divisi III TKR, Panglima Divisi I/SIliwangi, Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Mobil, Wakil Panglima Besar Angkatan Perang/Kepala Staf Operatif, Panglima Markas Besar Komando Djawa (MBKD), Panglima Tentara dan Teritorium Djawa (PTTD), Kepala Staf Angkatan Darat.
Foto: Kemendikbud
Lalu, pernah menjadi Menteri Keamanan Pertahanan, Menteri Keamanan Nasional, Wakil Menteri Pertama/Koordinator bidang Pertahanan-Keamanan, Menteri Koordinator Kompartemen Pertahanan Keamanan, Wakil Panglima Besar Komando Operasi Tertinggi (Koti)/Kepala Staf Angkatan Bersenjata, dan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 21 Juni 1966 hingga 1972.
Saat menjabat Menteri Pertahanan dan Keamanan merangkap Kepala Staf Angkatan Bersenjata, Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution pernah lolos dari pasukan Gerakan 30 September 1965 yang antara lain dari pasukan pengawalan presiden Tjakrabirawa.
Jenderal AH Nasution melarikan diri naik ke atas pagar tembok Kedutaan Besar Irak yang berada di sebelah rumah dan bersembunyi di belakang drum di pekarangan Kedutaan Besar Irak di Jalan Teuku Umar Nomor 38, Jakarta Pusat saat rumah dinasnya dikepung pada 1 Oktober 1965 sekitar pukul 04.00 WIB.