Tak Kenal Lelah, Totalitas, dan Profesionalisme Doni Monardo Melawan Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selepas mendampingi kunjungan Presiden Joko Widodo di Provinsi Jawa Tengah, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo tidak ikut pulang dengan pesawat kepresidenan. Doni beserta rombongan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memilih menempuh jalur darat dari Kota Semarang ke Jakarta.
Perjalanan sepanjang 450 km dimulai selepas petang, Selasa (30/6/2020) lalu. Empat mobil beriringan melalui jalan tol Trans Jawa. Sesampainya di Kabupaten Batang, Doni dan tim melipir ke Rest Area KM 360. Mereka menuju rumah makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Tak ada istirahat bagi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Selesai makan, ia langsung mengikuti rapat virtual dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Sebuah ruangan berukuran 3x5 meter di samping rumah makan menjadi “kantor dadakan”. Ternyata, salah satu alasan Doni tidak pulang lewat jalur udara karena untuk menghadiri rapat tersebut. Rapat itu membahas perkembangan Rumah Sakit Darurat Pulau Galang dan Wisma Atlet, juga membahas produksi alat tes polymerase chain reaction (PCR) di dalam negeri. (Baca juga: Diplomasi Sarang Burung Walet Sebelum Pengumuman New Normal)
Menteri yang hadir dalam rapat tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegero, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Panglima TNI Hadi Tjahjanto.
Tiada kata lelah bagi Doni walaupun pulang pergi Jakarta-Semarang dengan dua jalur berbeda. Mantan Danjen Kopassus itu menunjukkan totalitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas yang maha penting saat ini: perang melawan Covid-19. Doni tak mempermasalahkan tempatnya untuk mengikuti rapat di sebuah ruangan di rest area. “Sudah, tidak apa-apa, di sini saja, “ ucapnya sampai menyiapkan materi untuk presentasi di rapat. Dia tak ingin ketinggalan semenit pun materi pembahasan yang dipaparkan pembicara lainnya.
Sejak menjadi Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni tak pernah pulang ke rumah. Dia tinggal di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Agar seluruh komponen dapat bersama-sama berjuang melawan penyebaran virus Sars Cov-II,” tuturnya.
Suami dari Santi Ariviani itu mengutarakan penanganan bencana nonalam, seperti pagebluk Covid-19, tidak bisa hanya ditangani pemerintah. Akan tetapi membutuhkan kolaborasi dari berbagai unsur, seperti dunia usaha, komunitas, media massa, dan tentu yang utama adalah masyarakat. (Baca juga: Penambahan 1.624 Kasus, Positif COVID-19 Kini Mencapai 59.394 Orang)
Pemerintah selalu berusaha agar penanganan pagebluk Covid-19 dan stabilitas ekonomi berjalan beriringan. Tetap yang diutamakan aspek kesehatan. Sebagai “panglima perang” melawan Covid-19, Doni tak henti-hentinya mengkampanyekan agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan.
Masyarakat harus menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Selama vaksinnya belum diketemukan, seluruh orang di dunia ini harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Bagi Dini, kunci keberhasilan penanganan pagebluk Covid-19 hanya tiga kata. “Disiplin, disiplin, dan disiplin,” pungkas Doni.
Perjalanan sepanjang 450 km dimulai selepas petang, Selasa (30/6/2020) lalu. Empat mobil beriringan melalui jalan tol Trans Jawa. Sesampainya di Kabupaten Batang, Doni dan tim melipir ke Rest Area KM 360. Mereka menuju rumah makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan. Tak ada istirahat bagi Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Selesai makan, ia langsung mengikuti rapat virtual dengan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
Sebuah ruangan berukuran 3x5 meter di samping rumah makan menjadi “kantor dadakan”. Ternyata, salah satu alasan Doni tidak pulang lewat jalur udara karena untuk menghadiri rapat tersebut. Rapat itu membahas perkembangan Rumah Sakit Darurat Pulau Galang dan Wisma Atlet, juga membahas produksi alat tes polymerase chain reaction (PCR) di dalam negeri. (Baca juga: Diplomasi Sarang Burung Walet Sebelum Pengumuman New Normal)
Menteri yang hadir dalam rapat tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegero, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Kepala Kantor Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Panglima TNI Hadi Tjahjanto.
Tiada kata lelah bagi Doni walaupun pulang pergi Jakarta-Semarang dengan dua jalur berbeda. Mantan Danjen Kopassus itu menunjukkan totalitas dan profesionalisme dalam menjalankan tugas yang maha penting saat ini: perang melawan Covid-19. Doni tak mempermasalahkan tempatnya untuk mengikuti rapat di sebuah ruangan di rest area. “Sudah, tidak apa-apa, di sini saja, “ ucapnya sampai menyiapkan materi untuk presentasi di rapat. Dia tak ingin ketinggalan semenit pun materi pembahasan yang dipaparkan pembicara lainnya.
Sejak menjadi Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni tak pernah pulang ke rumah. Dia tinggal di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Agar seluruh komponen dapat bersama-sama berjuang melawan penyebaran virus Sars Cov-II,” tuturnya.
Suami dari Santi Ariviani itu mengutarakan penanganan bencana nonalam, seperti pagebluk Covid-19, tidak bisa hanya ditangani pemerintah. Akan tetapi membutuhkan kolaborasi dari berbagai unsur, seperti dunia usaha, komunitas, media massa, dan tentu yang utama adalah masyarakat. (Baca juga: Penambahan 1.624 Kasus, Positif COVID-19 Kini Mencapai 59.394 Orang)
Pemerintah selalu berusaha agar penanganan pagebluk Covid-19 dan stabilitas ekonomi berjalan beriringan. Tetap yang diutamakan aspek kesehatan. Sebagai “panglima perang” melawan Covid-19, Doni tak henti-hentinya mengkampanyekan agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan.
Masyarakat harus menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Selama vaksinnya belum diketemukan, seluruh orang di dunia ini harus beradaptasi dengan kebiasaan baru. Bagi Dini, kunci keberhasilan penanganan pagebluk Covid-19 hanya tiga kata. “Disiplin, disiplin, dan disiplin,” pungkas Doni.
(thm)