Jenderal Kopassus Ini Tolak Uang Puluhan Juta dari Pejabat saat Kerusuhan Mei 1998
loading...
A
A
A
JAKARTA - Letjen TNI (Purn) Doni Monardo merupakan salah satu Jenderal Kopassus yang selalu terlibat dalam menjaga dan mengawal perjalanan bangsa Indonesia. Sepak terjang dan integritasnya dalam menjalankan tugas tidak perlu diragukan lagi.
Salah satunya saat meredam kerusuhan pada Mei 1998. Tidak dipungkiri peristiwa itu menjadi sejarah kelam dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dipicu krisis meneter yang melanda Asia termasuk Indonesia, membuat harga-harga kebutuhan pokok melambung dan pengangguran meningkat drastis akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kondisi ini mendorong mahasiswa dari berbagai peruguran tinggi menggelar demonstrasi di mana-mana. Bahkan, tidak jarang aksi unjuk rasa mahasiswa ini diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan di lapangan.
Melihat situasi keamanan Ibu Kota Jakarta yang tidak kondusif. Komandan Grup (Dangrup) 1 Kopassus yang saat itu dijabat Kolonel Pramono Edhie Wibowo memerintahkan Batalyon 11 Grup 1 Kopassus yang saat itu sedang melaksanakan latihan di Labuan, Banten pada 7-9 Mei 1998 untuk masuk ke Ibu Kota.
Dikutip dari buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia” diceritakan, Doni Monardo yang ketika itu sebagai Komandan Batalyon (Danyon) berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) langsung bergerak menuju ke Jakarta untuk ikut mengamankan ibu kota. Setiba di Jakarta, mereka mendapat pengarahan dari Pangdam Jaya dan Kapolda Metro untuk mengendalikan massa tanpa peluru tajam.
Pada 12 Mei 1998, Doni mendengar berita penembakan mahasiswa Trisakti. Setibanya di Cijantung, Doni langsung memeriksa semua magazin dari senjata maupun cadangan dan dari hasil perhitungan, tidak ada anggota yang kurang maupun peluru yang terpakai.
Prajurit TNI melakukan pengamanan di Ibu Kota Jakarta. Foto/istimewa
Malam 14 Mei, pasukan Doni diminta mengamankan Kelapa Gading, Jakarta Utara yang diinformasikan akan dijarah. Dalam perjalanan, sebagian pasukan ada yang diturunkan di Sunter melihat kondisi yang juga buruk. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, pasukan tiba di Kelapa Gading. Agar kehadiran mereka dirasakan oleh rakyat, maka sambil patroli dalam truk para prajurit bernyanyi dan menyerukan yell-yell
Salah satunya saat meredam kerusuhan pada Mei 1998. Tidak dipungkiri peristiwa itu menjadi sejarah kelam dalam perjalanan bangsa Indonesia. Dipicu krisis meneter yang melanda Asia termasuk Indonesia, membuat harga-harga kebutuhan pokok melambung dan pengangguran meningkat drastis akibat gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kondisi ini mendorong mahasiswa dari berbagai peruguran tinggi menggelar demonstrasi di mana-mana. Bahkan, tidak jarang aksi unjuk rasa mahasiswa ini diwarnai bentrokan dengan aparat keamanan di lapangan.
Baca Juga
Melihat situasi keamanan Ibu Kota Jakarta yang tidak kondusif. Komandan Grup (Dangrup) 1 Kopassus yang saat itu dijabat Kolonel Pramono Edhie Wibowo memerintahkan Batalyon 11 Grup 1 Kopassus yang saat itu sedang melaksanakan latihan di Labuan, Banten pada 7-9 Mei 1998 untuk masuk ke Ibu Kota.
Dikutip dari buku berjudul “Kopassus untuk Indonesia” diceritakan, Doni Monardo yang ketika itu sebagai Komandan Batalyon (Danyon) berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) langsung bergerak menuju ke Jakarta untuk ikut mengamankan ibu kota. Setiba di Jakarta, mereka mendapat pengarahan dari Pangdam Jaya dan Kapolda Metro untuk mengendalikan massa tanpa peluru tajam.
Pada 12 Mei 1998, Doni mendengar berita penembakan mahasiswa Trisakti. Setibanya di Cijantung, Doni langsung memeriksa semua magazin dari senjata maupun cadangan dan dari hasil perhitungan, tidak ada anggota yang kurang maupun peluru yang terpakai.
Prajurit TNI melakukan pengamanan di Ibu Kota Jakarta. Foto/istimewa
Malam 14 Mei, pasukan Doni diminta mengamankan Kelapa Gading, Jakarta Utara yang diinformasikan akan dijarah. Dalam perjalanan, sebagian pasukan ada yang diturunkan di Sunter melihat kondisi yang juga buruk. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, pasukan tiba di Kelapa Gading. Agar kehadiran mereka dirasakan oleh rakyat, maka sambil patroli dalam truk para prajurit bernyanyi dan menyerukan yell-yell