Indonesia Bertahan di Tengah Ancaman Krisis Ekonomi

Sabtu, 10 September 2022 - 07:38 WIB
loading...
A A A
Ketahanan dalam menghadapi krisis ekonomi, energi dan pangan juga diperkuat dengan hilirisasi seperti minyak sawit mentah (CPO), nikel, bauksit dengan turunannya. Termasuk pembangunan industri dari hasil alam juga dilakukan, mulai terlihat hasilnya.

Jika beberapa waktu lalu Indonesia berani menyetop ekspor bahan mentah nikel, maka berikutnya akan ada pembangunan industri turunannya seperti timah, bauksit dan tembaga.

Indonesia tidak lagi harus melakukan ekspor bahan mentah sumber alam, karena sudah dapat diolah untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor barang jadi yang tentu lebih baik dalam perkembangan ekonomi.

Sebagai contoh, nikel yang sebelumnya ekspor bahan mentah tujuh tahun lalu sebesar USD1,1 miliar, pada 2021 hasil dari industri nikel telah menyumbangkan ekspor menjadi USD20,9 miliar dengan lompatan sebesar 19 kali. Tentu saja ini sangat memberikan harapan baru juga jika kemudian hilirisasi semakin terwujud di semua sektor sumber daya alam.

Perlu juga diingat betapa sulitnya Freeport yang selalu menunda-nunda pembangunan smelter, dengan janji perpanjangan kontraknya untuk pengolahan hasil tambangnya.

Namun, sekarang setelah pemerintah mengakusisi 51% saham perusahaan tersebut, maka smelter pengolahan hasil tambang Freeport di Gresik diperluas hilirasasinya.

Bahkan, nanti setelah smelter baru di Gresik beroperasi pada 2024, akan terlihat berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari tambang Freeport Indonesia. Padahal, selama lebih dari 50 tahun belakangan, Indonesia hanya mampu ekspor bahan mentahnya saja.

Pertambahan kenaikan pendapatan negara, entah dari tembaga, bauksit dan timah, namun paling tidak akan mendapatkan kenaikan yang signifikan di atas USD30 miliar.

Tentu saja ini akan menjadi situasi menggembirakan terhadap neraca perdagangan Indonesia. Misalnya saja surplus dagang dengan dengan China yang sebelumnya minus di tahun 2014 sebesar USD13 miliar. Pada 2021 minus perdagangan dengan China berkurang menjadi USD2,4 miliar dan tahun ini dipastikan sudah tidak ada minus perdagangan dengan Negeri Panda karena Indonesia tidak lagi melakukan ekspor bahan mentahnya.

Demikian juga dengan Amerika Serikat, diperkirakan mengalami kegembiraan yang sama. Sebelumnya pada 2012 surplus Indonesia USD3,3 miliar, kini menjadi USD14,4 miliar. Hal yang sama juga dengan India di mana surplus Indonesis mencapai USD5,6 miliar. Kondisi neraca perdagangan Indonesia yang kini positif seharusnya menjadi pemicu untuk semakin terus berkarya memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1850 seconds (0.1#10.140)