Transformasi TMII Menuju Pariwisata 4.0
loading...
A
A
A
Hemat Dwi Nuryanto
Lulusan Universite de Toulouse Prancis, Founder SVARA Innovation
REVITALISASI Taman Mini Indonesia Indah (TMII) hampir rampung dan siap digunakan untuk acara kenegaraan Presidensi Indonesia G20. Revitalisasi dilaksanakan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 Tahun 2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur untuk Mendukung Penyelenggaraan Acara Internasional di Bali, DKI Jakarta, NTB, dan NTT.
Revitalisasi TMII menjadi salah satu penugasan khusus yang diberikan kepada Kementerian PUPR. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ditugaskan sebagai koordinator agar masing-masing pemerintah daerah merenovasi dan memperbaiki anjungan-anjungan provinsi. Hal itu sesuai dengan desain yang telah dirancang oleh Kementerian PUPR dan PT Taman Wisata Candi (PT TWC).
Revitalisasi TMII sebaiknya searah dengan perkembangan global terkait dengan tajuk Tourism 4.0 atau Pariwisata 4.0. Untuk itu dibutuhkan superplatform yang mencakup seluruh portofolio destinasi yang ada di TMII.
TMII mempromosikan berbagai macam kebudayaan dan kesenian dari seluruh etnis yang ada di Indonesia. Eksistensinya bagaikan untaian zamrud katulistiwa yang sangat menarik menjadi paket wisata dan hiburan bagi turis lokal maupun mancanegara. dan memiliki spirit sebagai pemersatu bangsa.
TMII adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia yang legendaris. Sebagai destinasi wisata yang menyajikan karya kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi serta keragaman budaya Indonesia, memiliki luas area 150 hektare yang berlokasi di Jakarta Timur.
Tansformasi TMII menuju destinasi pariwisata 4.0 perlu segera diwujudkan. Pariwisata 4.0 pada hakikatnya adalah millennial tourism yang lahir seiring dengan teknologi big data, perilaku travelers yang dikumpulkan via apps dan teknologi sensor. Istilah pariwisata 4.0 sebenarnya berawal dari adaptasi industri pariwisata yang mengikuti disrupsi teknologi dan industri.
Transformasi pariwisata 4.0 (tourism 4.0) adalah pengembangan industri pariwisata dengan menggunakan teknologi yang digunakan dalam industri 4.0 yang memungkinkan industri pariwisata menjadi lebih smart.
Transformasi akan melibatkan beberapa teknologi yang relevan dengan industri 4.0, yakni, pertama, teknologi internet of things (IoT). Ini adalah perangkat yang terkoneksi dengan internet, biasanya terdiri dari device, networkand application (DNA). Dengan adanya teknologi ini, bermunculanlah wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan wisata secara mandiri .
Kedua, teknologi big data adalah data yang diperoleh dari jejak-jejak digital wisatawan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti media sosial, tourist portals, aplikasi bisnis, chat bots dan lain-lain. Data ini dapat diperoleh secara real time, sehingga sangat bermanfaat terhadap kecepatan dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya big data ini, para pelaku di industri pariwisata seperti penyedia jasa pariwisata atau pengelola destinasi dapat dengan mudah memperoleh data mengenai perilaku wisatawan seperti pergerakannya, preferensinya, keputusan pembelian, aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.
Ketiga, teknologi augmented reality (AR) adalah bentuk aplikasi yang penggunaannya sangat bergantung pada kebutuhan perangkat keras tambahan, yaitu kamera inbuilt dari perangkat mobile. Augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
TMII mulai dibangun tahun 1972 atas prakarsa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan proyek nasional yang sempat menimbulkan polemik dan aksi unjuk rasa mahasiswa itu akhirnya diresmikan pada 1975.
Untuk menjadikan TMII sebagai destinasi unggulan,dibutuhkan solusi berupa super platform kebudayaan nasional. Khususnya platform arkeologi atau museum yang berbasis teknologi digital yang bisa menyajikan visualisasi tiga dimensi yang solid untuk semua anjungan di TMII. Platform tersebut dibangun di setiap obyek dan anjungan sehingga wisatawan bisa lebih afdol dan bisa merasakan suasana aslinya.
Untuk mengelola peninggalan sejarah bangsa dan keanekaragaman budaya dan seni perlu transformasi bidang arkeologi dan museum yang berbasis superplatform yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality. Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time.
Eksistensi platform mampu menyajikan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Aplikasi dalam platform yang penting disegerakan adalah menyangkut sistem pengelolaan arkeologi dan museum yang pada prinsipnya berupa sistem informasi digital museum atau e-Museum.
Platform tersebut sangat berguna untuk menunjang profesionalitas bagi edukator (programmer) dan kehumasan (public relation) museum. Selain itu sistem informasi yang andal akan menjadikan museum sebagai destinasi yang sangat potensial.
Transformasi pengelolaan TMII yang didalamnya terdapat berbagai macam museum budaya dan karya seni tentu saja tidak mengurangi atau menggangu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.
Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai pusat industri budaya.Juga merupakan tempat yang sangat ampuh sebagai sarana kontemplatif dan pemicu lahirnya daya dan karya kreatif warga bangsa. Sehingga makna yang terdalam dari museum bisa terwujud, yakni positioning museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa dalam mengarungi persaingan global.
Sebaiknya platform tidak sekadar berbentuk website atau aplikasi yang bersifat database ilmiah semata. Tetapi merupakan sistem informasi yang cerdas berbasis geospasial dan aspek augmented reality.
Selama ini sudah cukup banyak platform yang menyediakan informasi tentang museum seperti contohnya bidang arkeologi. Di antaranya ada yang menyediakan informasi secara gratis tetapi ada juga yang diharuskan menjadi anggota dengan persyaratan tertentu dan dikenai biaya.
Konten yang disediakan dapat meliputi objek-objek arkeologi, foto, jurnal, peta sitrus,dan lain-lain. Jenis data atau informasi yang akan ditampilkan dapat berupa teks, suara, video, gambar, maupun gabungan keseluruhan jenis data tersebut yang lebih dikenal dengan istilah multimedia.
Kebanyakan website museum ditampilkan dalam halaman yang bersifat statis. Agar lebih menarik dan berbobot harus dibuat halaman yang kontennya bersifat dinamis yang di-support dengan multimedia dan memakai aplikasi yang bersifat geographical information system (GIS).
Urgen untuk menghadirkan platform pengelolaan museum yang menjadikan museum yang modern yang bisa memanjakan pengunjung menikmati fasilitas ruang pamer yang atraktif dan bisa memvisualisasikan imajinasi mengenai objek tertentu.
Pada saat ini platform museum yang sangat ideal yang patut dicontoh adalah milik Smithsonian. Kita bisa berselancar dalam situs Smithsonian yang spektrummya sangat luas dan beragam serta disajikan secara menarik. Berbagai macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, proses inovasi, semuanya ada dalam koleksi Smithsonian.
Kita juga bisa napak tilas proses kreatif atau inovatif yang terkait tentang inventing yang berkontribusi terhadap kemajuan dunia. Napak tilas tersebut sangat penting untuk merangsang daya pikir bagi kaum milenial mengenai bagaimana para penemu atau inovator kelas dunia berkarya.
Semua itu tersaji dalam super platform dan mudah diakses oleh warga dunia. Smithsonian American Art Museum selama ini mampu menggugah kreativitas warga Amerika. Koleksi karya seni di semua media yang membentang lebih dari tiga abad tersebut merupakan wahana yang sangat ideal untuk menstimulasi kapasitas otak kanan warga dunia.
Baca Juga: koran-sindo.com
Lulusan Universite de Toulouse Prancis, Founder SVARA Innovation
REVITALISASI Taman Mini Indonesia Indah (TMII) hampir rampung dan siap digunakan untuk acara kenegaraan Presidensi Indonesia G20. Revitalisasi dilaksanakan melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 116 Tahun 2021 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur untuk Mendukung Penyelenggaraan Acara Internasional di Bali, DKI Jakarta, NTB, dan NTT.
Revitalisasi TMII menjadi salah satu penugasan khusus yang diberikan kepada Kementerian PUPR. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ditugaskan sebagai koordinator agar masing-masing pemerintah daerah merenovasi dan memperbaiki anjungan-anjungan provinsi. Hal itu sesuai dengan desain yang telah dirancang oleh Kementerian PUPR dan PT Taman Wisata Candi (PT TWC).
Revitalisasi TMII sebaiknya searah dengan perkembangan global terkait dengan tajuk Tourism 4.0 atau Pariwisata 4.0. Untuk itu dibutuhkan superplatform yang mencakup seluruh portofolio destinasi yang ada di TMII.
TMII mempromosikan berbagai macam kebudayaan dan kesenian dari seluruh etnis yang ada di Indonesia. Eksistensinya bagaikan untaian zamrud katulistiwa yang sangat menarik menjadi paket wisata dan hiburan bagi turis lokal maupun mancanegara. dan memiliki spirit sebagai pemersatu bangsa.
TMII adalah salah satu ikon pariwisata Indonesia yang legendaris. Sebagai destinasi wisata yang menyajikan karya kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi serta keragaman budaya Indonesia, memiliki luas area 150 hektare yang berlokasi di Jakarta Timur.
Tansformasi TMII menuju destinasi pariwisata 4.0 perlu segera diwujudkan. Pariwisata 4.0 pada hakikatnya adalah millennial tourism yang lahir seiring dengan teknologi big data, perilaku travelers yang dikumpulkan via apps dan teknologi sensor. Istilah pariwisata 4.0 sebenarnya berawal dari adaptasi industri pariwisata yang mengikuti disrupsi teknologi dan industri.
Transformasi pariwisata 4.0 (tourism 4.0) adalah pengembangan industri pariwisata dengan menggunakan teknologi yang digunakan dalam industri 4.0 yang memungkinkan industri pariwisata menjadi lebih smart.
Transformasi akan melibatkan beberapa teknologi yang relevan dengan industri 4.0, yakni, pertama, teknologi internet of things (IoT). Ini adalah perangkat yang terkoneksi dengan internet, biasanya terdiri dari device, networkand application (DNA). Dengan adanya teknologi ini, bermunculanlah wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan wisata secara mandiri .
Kedua, teknologi big data adalah data yang diperoleh dari jejak-jejak digital wisatawan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti media sosial, tourist portals, aplikasi bisnis, chat bots dan lain-lain. Data ini dapat diperoleh secara real time, sehingga sangat bermanfaat terhadap kecepatan dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya big data ini, para pelaku di industri pariwisata seperti penyedia jasa pariwisata atau pengelola destinasi dapat dengan mudah memperoleh data mengenai perilaku wisatawan seperti pergerakannya, preferensinya, keputusan pembelian, aktivitas yang dilakukan dan lain-lain.
Ketiga, teknologi augmented reality (AR) adalah bentuk aplikasi yang penggunaannya sangat bergantung pada kebutuhan perangkat keras tambahan, yaitu kamera inbuilt dari perangkat mobile. Augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.
TMII mulai dibangun tahun 1972 atas prakarsa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan proyek nasional yang sempat menimbulkan polemik dan aksi unjuk rasa mahasiswa itu akhirnya diresmikan pada 1975.
Untuk menjadikan TMII sebagai destinasi unggulan,dibutuhkan solusi berupa super platform kebudayaan nasional. Khususnya platform arkeologi atau museum yang berbasis teknologi digital yang bisa menyajikan visualisasi tiga dimensi yang solid untuk semua anjungan di TMII. Platform tersebut dibangun di setiap obyek dan anjungan sehingga wisatawan bisa lebih afdol dan bisa merasakan suasana aslinya.
Untuk mengelola peninggalan sejarah bangsa dan keanekaragaman budaya dan seni perlu transformasi bidang arkeologi dan museum yang berbasis superplatform yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality. Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time.
Eksistensi platform mampu menyajikan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Aplikasi dalam platform yang penting disegerakan adalah menyangkut sistem pengelolaan arkeologi dan museum yang pada prinsipnya berupa sistem informasi digital museum atau e-Museum.
Platform tersebut sangat berguna untuk menunjang profesionalitas bagi edukator (programmer) dan kehumasan (public relation) museum. Selain itu sistem informasi yang andal akan menjadikan museum sebagai destinasi yang sangat potensial.
Transformasi pengelolaan TMII yang didalamnya terdapat berbagai macam museum budaya dan karya seni tentu saja tidak mengurangi atau menggangu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.
Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai pusat industri budaya.Juga merupakan tempat yang sangat ampuh sebagai sarana kontemplatif dan pemicu lahirnya daya dan karya kreatif warga bangsa. Sehingga makna yang terdalam dari museum bisa terwujud, yakni positioning museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa dalam mengarungi persaingan global.
Sebaiknya platform tidak sekadar berbentuk website atau aplikasi yang bersifat database ilmiah semata. Tetapi merupakan sistem informasi yang cerdas berbasis geospasial dan aspek augmented reality.
Selama ini sudah cukup banyak platform yang menyediakan informasi tentang museum seperti contohnya bidang arkeologi. Di antaranya ada yang menyediakan informasi secara gratis tetapi ada juga yang diharuskan menjadi anggota dengan persyaratan tertentu dan dikenai biaya.
Konten yang disediakan dapat meliputi objek-objek arkeologi, foto, jurnal, peta sitrus,dan lain-lain. Jenis data atau informasi yang akan ditampilkan dapat berupa teks, suara, video, gambar, maupun gabungan keseluruhan jenis data tersebut yang lebih dikenal dengan istilah multimedia.
Kebanyakan website museum ditampilkan dalam halaman yang bersifat statis. Agar lebih menarik dan berbobot harus dibuat halaman yang kontennya bersifat dinamis yang di-support dengan multimedia dan memakai aplikasi yang bersifat geographical information system (GIS).
Urgen untuk menghadirkan platform pengelolaan museum yang menjadikan museum yang modern yang bisa memanjakan pengunjung menikmati fasilitas ruang pamer yang atraktif dan bisa memvisualisasikan imajinasi mengenai objek tertentu.
Pada saat ini platform museum yang sangat ideal yang patut dicontoh adalah milik Smithsonian. Kita bisa berselancar dalam situs Smithsonian yang spektrummya sangat luas dan beragam serta disajikan secara menarik. Berbagai macam peradaban yang pernah ada di bumi, fenomena alam, proses inovasi, semuanya ada dalam koleksi Smithsonian.
Kita juga bisa napak tilas proses kreatif atau inovatif yang terkait tentang inventing yang berkontribusi terhadap kemajuan dunia. Napak tilas tersebut sangat penting untuk merangsang daya pikir bagi kaum milenial mengenai bagaimana para penemu atau inovator kelas dunia berkarya.
Semua itu tersaji dalam super platform dan mudah diakses oleh warga dunia. Smithsonian American Art Museum selama ini mampu menggugah kreativitas warga Amerika. Koleksi karya seni di semua media yang membentang lebih dari tiga abad tersebut merupakan wahana yang sangat ideal untuk menstimulasi kapasitas otak kanan warga dunia.
Baca Juga: koran-sindo.com
(bmm)