Transformasi TMII Menuju Pariwisata 4.0

Rabu, 07 September 2022 - 17:43 WIB
loading...
A A A
Ketiga, teknologi augmented reality (AR) adalah bentuk aplikasi yang penggunaannya sangat bergantung pada kebutuhan perangkat keras tambahan, yaitu kamera inbuilt dari perangkat mobile. Augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata.

TMII mulai dibangun tahun 1972 atas prakarsa pemerintahan Presiden Soeharto. Pembangunan proyek nasional yang sempat menimbulkan polemik dan aksi unjuk rasa mahasiswa itu akhirnya diresmikan pada 1975.

Untuk menjadikan TMII sebagai destinasi unggulan,dibutuhkan solusi berupa super platform kebudayaan nasional. Khususnya platform arkeologi atau museum yang berbasis teknologi digital yang bisa menyajikan visualisasi tiga dimensi yang solid untuk semua anjungan di TMII. Platform tersebut dibangun di setiap obyek dan anjungan sehingga wisatawan bisa lebih afdol dan bisa merasakan suasana aslinya.

Untuk mengelola peninggalan sejarah bangsa dan keanekaragaman budaya dan seni perlu transformasi bidang arkeologi dan museum yang berbasis superplatform yang menggunakan teknologi terkini seperti augmented reality. Teknologi tersebut dapat menggabungkan objek maya/digital ke dalam sebuah lingkungan nyata, kemudian memproyekkan objek-objek tersebut secara real-time.

Eksistensi platform mampu menyajikan nilai-nilai koleksi yang tersimpan kepada publik. Aplikasi dalam platform yang penting disegerakan adalah menyangkut sistem pengelolaan arkeologi dan museum yang pada prinsipnya berupa sistem informasi digital museum atau e-Museum.

Platform tersebut sangat berguna untuk menunjang profesionalitas bagi edukator (programmer) dan kehumasan (public relation) museum. Selain itu sistem informasi yang andal akan menjadikan museum sebagai destinasi yang sangat potensial.

Transformasi pengelolaan TMII yang didalamnya terdapat berbagai macam museum budaya dan karya seni tentu saja tidak mengurangi atau menggangu fungsi dasar museum dalam konteks Museologi yang mencakup penelitian, konservasi atau pelestarian serta komunikasi yang merupakan aspek mediasi dengan masyarakat. Fungsi dasar tersebut menempatkan museum sebagai lembaga non-profit yang bertugas menyimpan, merawat, meneliti dan memamerkan koleksi.

Tetapi pada era digitalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pertumbuhan industri kreatif yang luar biasa pesatnya, menempatkan museum sebagai pusat industri budaya.Juga merupakan tempat yang sangat ampuh sebagai sarana kontemplatif dan pemicu lahirnya daya dan karya kreatif warga bangsa. Sehingga makna yang terdalam dari museum bisa terwujud, yakni positioning museum sebagai inspirator dan motivator bagi warga bangsa dalam mengarungi persaingan global.

Sebaiknya platform tidak sekadar berbentuk website atau aplikasi yang bersifat database ilmiah semata. Tetapi merupakan sistem informasi yang cerdas berbasis geospasial dan aspek augmented reality.

Selama ini sudah cukup banyak platform yang menyediakan informasi tentang museum seperti contohnya bidang arkeologi. Di antaranya ada yang menyediakan informasi secara gratis tetapi ada juga yang diharuskan menjadi anggota dengan persyaratan tertentu dan dikenai biaya.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2353 seconds (0.1#10.140)