Profil Inggit Garnasih, Istri Kedua yang Setia Temani Bung Karno di Masa Sulit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Inggit Garnasih merupakan istri kedua dari Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno . Dalam riwayatnya, Inggit dianggap sebagai salah satu orang yang memberikan pengaruh kuat kepada Bung Karno.
Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tepatnya pada 17 Februari 1888. Dia merupakan anak terakhir dari pasangan Ardjipan dan Amsi. Semasa kecil, sosoknya sebagai perempuan cukup populer di desanya, sehingga kerap disebut sebagai kembang desa.
Nama asli istri kedua Soekarno ini sebenarnya hanya Garnasih. Asal-muasal muncul nama Inggit diketahui berasal dari kata Seringgit yang kerap diucapkan para pemuda yang terpesona dengannya.
Dalam buku Soekarno Sebagai Manusia karya Im Yang Tjoe tahun 1933, dituliskan bahwa Inggit Garnasih berasal dari keluarga miskin dan tidak terpelajar. Atau biasa dikenal kaum Marhaenisme dalam istilah Bung Karno.
Sebagai kembang desa, Inggit kemudian dipersunting Nata Admaja, seorang patih di kantor Resimen Belanda. Sayangnya, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama.
Inggit yang berstatus janda kemudian pernah menjalin hubungan dengan H Sanusi, seorang pengusaha kaya raya serta tokoh organisasi Sarekat Islam (SI) Jawa Barat. Dari pernikahan ini, Inggit mulai mengenal dunia politik dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun, untuk kedua kalinya rumah tangga Inggit Garnasih harus kandas. Dia berpisah dengan H Sanusi pada 1923.
Baca juga: Sempat Tertunda 2 Tahun, Teater Monolog Inggit Garnasih Kembali Dipentaskan
Tak berselang lama, Soekarno melamarnya. Namun, ayah Inggit mengingatkan bahwa hubungan beda kelas antarkeduanya tidak akan kekal abadi. Soekarno merupakan keturunan terpandang dan pribadi yang terpelajar. Sedangkan Inggit adalah kebalikannya. Dalam hal ini, orang tua Inggit Garnasih berkaca pada dua pernikahan putrinya yang berakhir dengan perceraian.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan Soekarno tetap menikahi Inggit pada 24 Maret 1923. Pernikahan keduanya disahkan dengan Surat Keterangan Kawin No 1138 tertanggal 24 Maret 1923 berbahasa Sunda dan bermeterai 15 sen.
Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tepatnya pada 17 Februari 1888. Dia merupakan anak terakhir dari pasangan Ardjipan dan Amsi. Semasa kecil, sosoknya sebagai perempuan cukup populer di desanya, sehingga kerap disebut sebagai kembang desa.
Nama asli istri kedua Soekarno ini sebenarnya hanya Garnasih. Asal-muasal muncul nama Inggit diketahui berasal dari kata Seringgit yang kerap diucapkan para pemuda yang terpesona dengannya.
Dalam buku Soekarno Sebagai Manusia karya Im Yang Tjoe tahun 1933, dituliskan bahwa Inggit Garnasih berasal dari keluarga miskin dan tidak terpelajar. Atau biasa dikenal kaum Marhaenisme dalam istilah Bung Karno.
Sebagai kembang desa, Inggit kemudian dipersunting Nata Admaja, seorang patih di kantor Resimen Belanda. Sayangnya, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama.
Inggit yang berstatus janda kemudian pernah menjalin hubungan dengan H Sanusi, seorang pengusaha kaya raya serta tokoh organisasi Sarekat Islam (SI) Jawa Barat. Dari pernikahan ini, Inggit mulai mengenal dunia politik dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun, untuk kedua kalinya rumah tangga Inggit Garnasih harus kandas. Dia berpisah dengan H Sanusi pada 1923.
Baca juga: Sempat Tertunda 2 Tahun, Teater Monolog Inggit Garnasih Kembali Dipentaskan
Tak berselang lama, Soekarno melamarnya. Namun, ayah Inggit mengingatkan bahwa hubungan beda kelas antarkeduanya tidak akan kekal abadi. Soekarno merupakan keturunan terpandang dan pribadi yang terpelajar. Sedangkan Inggit adalah kebalikannya. Dalam hal ini, orang tua Inggit Garnasih berkaca pada dua pernikahan putrinya yang berakhir dengan perceraian.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan Soekarno tetap menikahi Inggit pada 24 Maret 1923. Pernikahan keduanya disahkan dengan Surat Keterangan Kawin No 1138 tertanggal 24 Maret 1923 berbahasa Sunda dan bermeterai 15 sen.