Profil Inggit Garnasih, Istri Kedua yang Setia Temani Bung Karno di Masa Sulit

Selasa, 19 Juli 2022 - 15:50 WIB
loading...
Profil Inggit Garnasih, Istri Kedua yang Setia Temani Bung Karno di Masa Sulit
Inggit Garnasih dan Soekarno. Foto/Arsip Sejarah/Sampoer Merah
A A A
JAKARTA - Inggit Garnasih merupakan istri kedua dari Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno . Dalam riwayatnya, Inggit dianggap sebagai salah satu orang yang memberikan pengaruh kuat kepada Bung Karno.

Inggit Garnasih lahir di Desa Kamasan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Tepatnya pada 17 Februari 1888. Dia merupakan anak terakhir dari pasangan Ardjipan dan Amsi. Semasa kecil, sosoknya sebagai perempuan cukup populer di desanya, sehingga kerap disebut sebagai kembang desa.

Nama asli istri kedua Soekarno ini sebenarnya hanya Garnasih. Asal-muasal muncul nama Inggit diketahui berasal dari kata Seringgit yang kerap diucapkan para pemuda yang terpesona dengannya.



Dalam buku Soekarno Sebagai Manusia karya Im Yang Tjoe tahun 1933, dituliskan bahwa Inggit Garnasih berasal dari keluarga miskin dan tidak terpelajar. Atau biasa dikenal kaum Marhaenisme dalam istilah Bung Karno.

Sebagai kembang desa, Inggit kemudian dipersunting Nata Admaja, seorang patih di kantor Resimen Belanda. Sayangnya, pernikahan tersebut tidak berlangsung lama.

Inggit yang berstatus janda kemudian pernah menjalin hubungan dengan H Sanusi, seorang pengusaha kaya raya serta tokoh organisasi Sarekat Islam (SI) Jawa Barat. Dari pernikahan ini, Inggit mulai mengenal dunia politik dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Namun, untuk kedua kalinya rumah tangga Inggit Garnasih harus kandas. Dia berpisah dengan H Sanusi pada 1923.

Baca juga: Sempat Tertunda 2 Tahun, Teater Monolog Inggit Garnasih Kembali Dipentaskan

Tak berselang lama, Soekarno melamarnya. Namun, ayah Inggit mengingatkan bahwa hubungan beda kelas antarkeduanya tidak akan kekal abadi. Soekarno merupakan keturunan terpandang dan pribadi yang terpelajar. Sedangkan Inggit adalah kebalikannya. Dalam hal ini, orang tua Inggit Garnasih berkaca pada dua pernikahan putrinya yang berakhir dengan perceraian.

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan Soekarno tetap menikahi Inggit pada 24 Maret 1923. Pernikahan keduanya disahkan dengan Surat Keterangan Kawin No 1138 tertanggal 24 Maret 1923 berbahasa Sunda dan bermeterai 15 sen.

Setelah resmi menikah, Inggit Garnasih selalu mendampingi Soekarno dalam aktivitasnya. Dia selalu berada di sampingnya dan memberikan dukungan moral terhadap suaminya ini. Sebagai contoh, ketika Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada 4 Juli 1927, Inggit menjadi orang pertama yang mendukungnya.

Kemudian, ketika Bung Karno di penjara, setiap minggu Inggit selalu menjenguknya. Hal inilah yang membuat semangat Soekarno tidak pernah surut dalam menegakan perjuangannya.

Saat bebas dari hukumannya, Inggit Garnasih menjadi orang pertama yang menyambutnya dengan sukacita. Sayangnya, beberapa bulan setelahnya Soekarno kembali ditahan dan diasingkan ke Flores. Lagi dan lagi, Inggit selalu menjadi sosok yang menemani dan menguatkan suaminya ini.

Karena alasan tertentu, Bung Karno dipindahkan ke Bengkulu. Dalam momen ini, Inggit untuk pertama kalinya merasa gundah. Bukan karena suaminya yang ditahan, melainkan dia melihat sosok wanita lain yang cukup dekat dengan Soekarno.

Inggit Garnasih merasa suaminya terlibat perasaan cinta terhadap wanita tersebut, Fatmawati. Tidak ingin dimadu, Inggit secara mengejutkan meminta berpisah. Seketika, dia teringat kata-kata ayahnya yang mengatakan hubungan antargolongan beda kasta tidak akan kekal abadi.

Keduanya sepakat untuk berpisah. Setelahnya, Inggit Garnasih pulang ke rumah orang tuanya di Bandung. Hingga akhir hidupnya, Inggit tak pernah melepaskan cintanya kepada Soekarno. Bahkan, dia juga turut melayat saat Bung Karno meninggal pada 1970.
(abd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3552 seconds (0.1#10.140)