Langkah Pasti Indonesia dalam Konferensi G20
loading...
A
A
A
Boyke Novrison
Wakil Ketua Umum DPP Partai Perindo Bidang Kajian Strategis - Pembinaan Organisasi Sayap dan Pembinaan Hubungan Antar Organisasi
KONFERENSI tingkat tinggi G20 atau disebut Group of Twenty yang akan diselanggarakan di Bali pada 15 -16 November 2022, merupakan sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia, terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa.
Ada 6 butir kesepakatan tentang ekonomi juga kebijakannya yang telah diagendakan dan akan dibahas diantaranya, pertama, prospek ekonomi global dan risiko; kedua, nornalisasi kebijakan terkait pandemi; ketiga, dampak jangka panjang pandemi; keempat, jaring pengaman keuangan internasional; kelima, isu-isu hutang negara miskin; dan keenam, uang digital Bank Sentral (Central Bank Digital Currency).
Dari keseluruhan 6 butir pembahasan ini, tentunya Indonesia sebagai sebuah negara berkembang sangat memiliki kepentingan yang sangat besar dalam tujuan utamanya membangkitkan juga membenahi gairah sektor ekonomi negara baik secara makro maupun mikro setelah hampir tiga tahun kebelakang terhempas karena imbas begitu kuatnya tragedi dunia Covid-19.
Dengan menjadi Presidensi G20, tentunya Indonesia sebagai negara berkembang sangat berharap kepercayaan publik internasional dalam sektor ekonomi dapat kian kuat. Para pelaku usaha multinasional dari seluruh dunia juga dapat kembali memiliki kepercayaan dan kenyamanan dalam berinvestasi ekonomi dalam sektor apapun. Di sisi lainnya ketika Indonesia menjadi Presidensi G20 dari sisi nasionalisme tentunya ada keinginan membangkitkan kembali perekonomian nasional secara luas karena Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah yang negara lain tidak memilikinya. Sehingga dengan itu di kemudian hari secara ekonomi Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara berkembang lainnya bahkan negara maju di dunia.
Selain memimpin pembahasan agenda-agenda reformasi ekonomi dan keuangan global untuk menciptakan tata kelola dan lingkungan operasional ekonomi dan keuangan dunia yang lebih baik serta mendukung proses pemulihan ekonomi global, Indonesia juga begitu kuat menyuarakan tentang nilai-nilai moral secara ekonomi dunia yang terdampak Covid-19. Juga mengambil peran penting dalam komunike pertama secara khusus membahas masa depan ekonomi negara-negara miskin dunia yang terdampak Covid 19, dari segi bantuan kemanusiaan juga keuangan secara langsung serta juga mencari solusi ekonomi masa depan bagi negara-negara miskin di dunia.
Selain itu dalam komunike selanjutnya, akan menjadi landasan untuk pembahasan lebih detail dalam forum kelompok kerja (working group). Ada 6 (enam) agenda penting ekonomi yang akan dibahas dalam perumusan komunike ini, di antaranya: perekonomian dan kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, isu sektor keuangan, keuangan berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional.
Dari sisi lainnya secara moral hadirnya Presiden Jokowi dan Ibu Negara beserta rombongan mewakili Indonesia dalam misi perdamaian dan kemanusiaan ke Rusia dan Ukraina mendapatkan sorotan dunia internasional.
Tentunya ini berdampak sangat positif untuk Indonesia dimata publik internasional, baik dari sisi politik internssional maupun dari sisi ekonomi di tengah tantangan Indonesia untuk bangkit dari keterperosokan ekonomi pasca Covid-19.
Bukan hanya Indonesia yang mengalami kemerosotan ekonomi, namun ada indikasi dan persepsi dari para ahli ekonomi dunia yang mengatakan akan banyak negara-negara di dunia yang akan mengalami resesi ekonomi secara nasional, di antaranya Sri lanka, Sudan, Afghanistan, Venezuela, Rusia. dan Sejumlah negara di Timur Tengah.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Perindo Bidang Kajian Strategis - Pembinaan Organisasi Sayap dan Pembinaan Hubungan Antar Organisasi
KONFERENSI tingkat tinggi G20 atau disebut Group of Twenty yang akan diselanggarakan di Bali pada 15 -16 November 2022, merupakan sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia, terdiri dari 19 negara dan satu lembaga Uni Eropa.
Ada 6 butir kesepakatan tentang ekonomi juga kebijakannya yang telah diagendakan dan akan dibahas diantaranya, pertama, prospek ekonomi global dan risiko; kedua, nornalisasi kebijakan terkait pandemi; ketiga, dampak jangka panjang pandemi; keempat, jaring pengaman keuangan internasional; kelima, isu-isu hutang negara miskin; dan keenam, uang digital Bank Sentral (Central Bank Digital Currency).
Dari keseluruhan 6 butir pembahasan ini, tentunya Indonesia sebagai sebuah negara berkembang sangat memiliki kepentingan yang sangat besar dalam tujuan utamanya membangkitkan juga membenahi gairah sektor ekonomi negara baik secara makro maupun mikro setelah hampir tiga tahun kebelakang terhempas karena imbas begitu kuatnya tragedi dunia Covid-19.
Dengan menjadi Presidensi G20, tentunya Indonesia sebagai negara berkembang sangat berharap kepercayaan publik internasional dalam sektor ekonomi dapat kian kuat. Para pelaku usaha multinasional dari seluruh dunia juga dapat kembali memiliki kepercayaan dan kenyamanan dalam berinvestasi ekonomi dalam sektor apapun. Di sisi lainnya ketika Indonesia menjadi Presidensi G20 dari sisi nasionalisme tentunya ada keinginan membangkitkan kembali perekonomian nasional secara luas karena Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah yang negara lain tidak memilikinya. Sehingga dengan itu di kemudian hari secara ekonomi Indonesia bisa sejajar dengan negara-negara berkembang lainnya bahkan negara maju di dunia.
Selain memimpin pembahasan agenda-agenda reformasi ekonomi dan keuangan global untuk menciptakan tata kelola dan lingkungan operasional ekonomi dan keuangan dunia yang lebih baik serta mendukung proses pemulihan ekonomi global, Indonesia juga begitu kuat menyuarakan tentang nilai-nilai moral secara ekonomi dunia yang terdampak Covid-19. Juga mengambil peran penting dalam komunike pertama secara khusus membahas masa depan ekonomi negara-negara miskin dunia yang terdampak Covid 19, dari segi bantuan kemanusiaan juga keuangan secara langsung serta juga mencari solusi ekonomi masa depan bagi negara-negara miskin di dunia.
Selain itu dalam komunike selanjutnya, akan menjadi landasan untuk pembahasan lebih detail dalam forum kelompok kerja (working group). Ada 6 (enam) agenda penting ekonomi yang akan dibahas dalam perumusan komunike ini, di antaranya: perekonomian dan kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, isu sektor keuangan, keuangan berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional.
Dari sisi lainnya secara moral hadirnya Presiden Jokowi dan Ibu Negara beserta rombongan mewakili Indonesia dalam misi perdamaian dan kemanusiaan ke Rusia dan Ukraina mendapatkan sorotan dunia internasional.
Tentunya ini berdampak sangat positif untuk Indonesia dimata publik internasional, baik dari sisi politik internssional maupun dari sisi ekonomi di tengah tantangan Indonesia untuk bangkit dari keterperosokan ekonomi pasca Covid-19.
Bukan hanya Indonesia yang mengalami kemerosotan ekonomi, namun ada indikasi dan persepsi dari para ahli ekonomi dunia yang mengatakan akan banyak negara-negara di dunia yang akan mengalami resesi ekonomi secara nasional, di antaranya Sri lanka, Sudan, Afghanistan, Venezuela, Rusia. dan Sejumlah negara di Timur Tengah.