Gugus Tugas Sebut Penanganan Corona RI Tak Lebih Buruk dari Negara Lain
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gugus Tugas Penanganan Covid-19 (virus Corona) mengklaim, kondisi Indonesia tidak lebih buruk dibandingkan negara-negara lain. Dalam hal ini baik dari sisi penanganan kesehatan maupun ekonomi.
"Posisi Indonesia dibanding negara lain ternyata secara ekonomi dan kesehatan, kita tidak lebih buruk daripada yang lain. Bahkan kita relatif netral. Ini adalah modal kita untuk maju ke depan," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Istana Merdeka, Rabu (24/06/2020).
(Baca juga: Terus Bertambah, 724 WNI di Luar Negeri Sembuh dari Covid-19)
Bahkan Wiku menyebut berbagai kemajuan bisa dicapai Indonesia selama beberapa bulan ini. Salah satunya adalah adanya peningkatan daerah zona hijau dan berisiko rendah. Pada tanggal 31 Mei 2020 lalu terdapat 46,7% daerah yang masuk dalam zona hijau dan berisiko rendah.
(Baca juga: Biaya Tes Covid-19 Dikeluhkan Masyarakat, Ini Solusinya)
Dengan Rincian 138 kabupaten/kota berisiko rendah dan 102 kabupaten/kota tidak terdampak atau hijau. Angka ini pun meningkat pada tanggal 21 Juni 2020 menjadi 58,3%. Di mana 112 kabupaten/kota tidak terdampak dan tidak ada kasus baru. Sementara 188 kabupaten/kota berisiko rendah.
"Jadi relatif hampir 60% daerah di Indonesia kondisinya risikonya rendah dan hijau. Untuk itu beberapa sektor yang aman sudah mulai dibuka," tuturnya.
Kemajuan lain yang juga terlihat adalah berkaitan dengan jumlah rumah sakit (RS) yang memiliki pelayanan Covid-19 mengalami peningkatan. Dia menyebut tiga bulan lalu hanya terdapat 250 RS yang memiliki kemampuan pelayanan pasien Covid-19. Saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 1.687 RS
"Datanya terkumpul menjadi satu. Sebaran RSnya meningkat menjadi 800 RS rujukan nasional dan provinsi. Semua terhubung datanya dengan surveilans dan laboratorium secara otomatis," jelasnya.
Wiku menambahkan kemampuan lanoratorium yang dimiliki Indonesia juga mengalami peningkatan secara drastis. Dari sebelumnya hanya 1 laboratorium rujukan menjadi 220 laboratorium saat ini. "Dengan total sampel pada awalnya di bawah 1.000. Sekarang sudah mendekati 20 ribu per hari kemampuan tesnya," kata Wiku.
Lebih lanjut dia menuturkan, di awal adanya covid-19 kemandirian bangsa adalah hal yang paling lemah dalam hal penyediaan alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD). Namun dalam waktu singkat Indonesia bisa memproduksi beberapa alat kesehat kesehatan secara mandiri. Misalnya APD yang diproduksi dengan bahan baku dalam negeri.
"Apa yang dilakukan selama tiga bulan ternyata bangsa Indonesia mampu memiliki RS-RS yang lebih banyak dengan RS darurat di berbagai tempat. Reagen yang lebih banyak. Kita memiliki ventilator, vaksin pengembangannya, APD overall, dan PCRya mobile juga kita memiliki serta rapid testnya. Ini adalah tahap inovasi yang sudah mulai komersial di Indonesia," pungkasnya.
"Posisi Indonesia dibanding negara lain ternyata secara ekonomi dan kesehatan, kita tidak lebih buruk daripada yang lain. Bahkan kita relatif netral. Ini adalah modal kita untuk maju ke depan," kata Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Wiku Adisasmito saat konferensi pers di Istana Merdeka, Rabu (24/06/2020).
(Baca juga: Terus Bertambah, 724 WNI di Luar Negeri Sembuh dari Covid-19)
Bahkan Wiku menyebut berbagai kemajuan bisa dicapai Indonesia selama beberapa bulan ini. Salah satunya adalah adanya peningkatan daerah zona hijau dan berisiko rendah. Pada tanggal 31 Mei 2020 lalu terdapat 46,7% daerah yang masuk dalam zona hijau dan berisiko rendah.
(Baca juga: Biaya Tes Covid-19 Dikeluhkan Masyarakat, Ini Solusinya)
Dengan Rincian 138 kabupaten/kota berisiko rendah dan 102 kabupaten/kota tidak terdampak atau hijau. Angka ini pun meningkat pada tanggal 21 Juni 2020 menjadi 58,3%. Di mana 112 kabupaten/kota tidak terdampak dan tidak ada kasus baru. Sementara 188 kabupaten/kota berisiko rendah.
"Jadi relatif hampir 60% daerah di Indonesia kondisinya risikonya rendah dan hijau. Untuk itu beberapa sektor yang aman sudah mulai dibuka," tuturnya.
Kemajuan lain yang juga terlihat adalah berkaitan dengan jumlah rumah sakit (RS) yang memiliki pelayanan Covid-19 mengalami peningkatan. Dia menyebut tiga bulan lalu hanya terdapat 250 RS yang memiliki kemampuan pelayanan pasien Covid-19. Saat ini, jumlahnya bertambah menjadi 1.687 RS
"Datanya terkumpul menjadi satu. Sebaran RSnya meningkat menjadi 800 RS rujukan nasional dan provinsi. Semua terhubung datanya dengan surveilans dan laboratorium secara otomatis," jelasnya.
Wiku menambahkan kemampuan lanoratorium yang dimiliki Indonesia juga mengalami peningkatan secara drastis. Dari sebelumnya hanya 1 laboratorium rujukan menjadi 220 laboratorium saat ini. "Dengan total sampel pada awalnya di bawah 1.000. Sekarang sudah mendekati 20 ribu per hari kemampuan tesnya," kata Wiku.
Lebih lanjut dia menuturkan, di awal adanya covid-19 kemandirian bangsa adalah hal yang paling lemah dalam hal penyediaan alat kesehatan dan alat pelindung diri (APD). Namun dalam waktu singkat Indonesia bisa memproduksi beberapa alat kesehat kesehatan secara mandiri. Misalnya APD yang diproduksi dengan bahan baku dalam negeri.
"Apa yang dilakukan selama tiga bulan ternyata bangsa Indonesia mampu memiliki RS-RS yang lebih banyak dengan RS darurat di berbagai tempat. Reagen yang lebih banyak. Kita memiliki ventilator, vaksin pengembangannya, APD overall, dan PCRya mobile juga kita memiliki serta rapid testnya. Ini adalah tahap inovasi yang sudah mulai komersial di Indonesia," pungkasnya.
(maf)