Waspadai Peningkatan Inflasi

Selasa, 05 April 2022 - 16:23 WIB
loading...
Waspadai Peningkatan Inflasi
Inflasi inti tahunan menurut BPS mencapai 2,37% pada Maret 2022 (year-on-year/yoy), level ini merupakan yang tertinggi dalam enam bulan terakhir. (KORAN SINDO/Wawan Bastian)
A A A
INFLASI diyakini akan meningkat, terutama akibat tekanan harga energi dan pangan yang bakal berlangsung lama. Pada 2022, harga minyak mentah diperkirakan akan meningkat 12%, gas alam 58%, dan pangan 4,5%.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi global pada tahun ini bakal tinggi. Setiap negara perlu mewaspadai dan mengantisipasi peningkatan inflasi itu agar tidak membebani masyarakat, terutama penduduk miskin.

IMF memperkirakan inflasi di negara-negara maju pada 2022 sekitar 3,9% dan negara-negara berkembang sekitar 5,9%. Inflasi itu disebabkan disrupsi rantai pasok, pengetatan kebijakan moneter, lonjakan harga energi dan pangan, serta peningkatan permintaan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, Indonesia kini harus mewaspadai lonjakan inflasi dunia terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS) yang telah menembus angka 7,5%.

Fenomena serupa terjadi di Eropa. Salah satu negara Eropa dengan ekonomi terbesar, Jerman, mencatat kenaikan inflasi di atas 4%. Padahal inflasi negara di zona ini biasanya mendekati 0% atau bahkan deflasi.

Negara-negara emerging inflasinya sudah mengalami peningkatan. Misalnya Argentina mencatat inflasi 50%, Turki 48%, Brasil 10,4%, Rusia 8,7%, dan Meksiko 7,1%. Kenaikan inflasi yang tinggi tentu akan bisa mengancam proses pemulihan ekonomi karena daya beli masyarakat tentu akan tergerus. Ini yang akan diwaspadai.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti tahunan mencapai 2,37% pada Maret 2022 (year-on-year/yoy). Level ini merupakan yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir di mana inflasi Oktober 2021 tercatat 1,33%, November 2021 (1,44%), Desember 2021 (1,56%), Januari 2022 (1,84%), Februari 2022 (2,03%). Dari bulan ke bulan trennya selalu meningkat.

Perang Rusia-Ukraina yang masih terjadi berdampak ke harga minyak mentah dunia. Hal ini juga bisa memengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM), elpiji, dan listrik di Indonesia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) periode 1–24 Februari rata-rata USD95,45 per barel. Ini jauh di atas asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 USD63 per barel. Kenaikan harga minyak dunia ini turut berdampak pada APBN, khususnya pos subsidi BBM dan elpiji.

Beban subsidi, khususnya BBM dan elpiji, juga meningkat dan bisa melebihi asumsi APBN 2022. Belum lagi biaya kompensasi BBM. Namun yang pasti pemerintah terus mengamankan pasokan BBM dan elpiji.Kenaikan harga minyak mentah Indonesia menyebabkan harga keekonomian BBM meningkat. Hal ini menambah beban subsidi BBM dan elpiji serta kompensasi dalam APBN.

Kenaikan harga minyak juga berdampak terhadap subsidi dan kompensasi listrik. Ini mengingat masih terdapat penggunaan BBM pada pembangkit listrik. Pemerintah tengah menghadapi dilema dalam menetapkan harga BBM di tengah lonjakan minyak mentah dunia. Imbas harga minyak dunia yang lebih mahal membuat harga keekonomian BBM ikut meroket sehingga mau atau tidak harus menaikkan harga BBM.
(bmm)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2199 seconds (0.1#10.140)