EKOSIDA dan Pandemic COVID-19

Jum'at, 24 April 2020 - 05:31 WIB
loading...
EKOSIDA dan Pandemic COVID-19
Wakil Ketua Komnas HAM 2007-2012 M Ridha Saleh. Foto/Dok/SINDOnews
A A A
M Ridha Saleh
Wakil Ketua Komnas HAM 2007-2012

PANDEMIC Corona Virus disease 2019 (COVID-19) ini hanya katuk dari krisis yang sebenarnya sudah tertanam begitu dalam didalam sistim ekonomi politik dunia - Termasuk Indonesia.

Krisis yang tertanam didalam sistim ekonomi politik tersebut terjadi karena ekspansi, penetrasi dan ekploitasi terhadap sumber-sumber kehidupan manusia dihampir semua sector kedidupan, tidak terkecuali dalam sistim pelayanan kesehatan saat ini.

Akibatnya terjadi jurang yaitu ketimpangan penguasaan, kesenjangan dan ketidak adilan yang akut dalam suatu sistim sosial ekonomi antar kelas masyarakat. itulah krisis kemanusiaan yang tertanam didalam sistim ekonomi politik negara saat ini.

Dominasi dan akumulasi modal yang terjadi pada sistem ekonomi politik antar negara di dunia dan antar kelas sosial didalam masyarakat sebenarnya merupakan kerentanan dan kerapuhan itu sendiri. Karena dominasi dan akumulasi modal yang terjadi didalam sistim kekuasaan adalah kapitalistik merupakan bentuk penghisapan.

Negara tidak dapat berfungsi secara maksimal sebagai pelindung rakyat, sebaliknya lebih banyak melayani dan memfasilitasi kepentingan korporasi kuat dan elitnya sendiri. Krisis pandemic COVID-19 contoh nyata dari ketidak sigapan negara dalam melindungi rakyat.

Ekspansi COVID-19

COVID 19 adalah patogen yang bekerja dengan brutal tidak mengenal suku, agama, ras, golongan, usia, kelas sosial, jenis kelamin bahkan negara maju mapun berkembang, jika lengah pasti akan terpapar.

Untuk melawan virus tersebut tidak boleh dengan cara serampangan, harus ditopang dengan tenaga serta fasilitas medik yang memadai, melalui suatu informasi dan penelitian ilmiah dan tehnologi, sosialisasi dan edukasi yang masif bahkan, dengan suatu rekayasa sosial, disiplin dan kesadaran diri terbaik dari semua pihak.

Penyebaran COVID-19 ke seluruh dunia diyakini bermula dari pasar basah di Wuhan, China yang menjual hewan hidup dan mati. Hanya terhitung beberapa minggu, COVID-19 membuat ekonomi dunia jungkir balik.

Informasi yang tersebar secara massif membuat kita tahu tentang COVID-19, bahkan banyak artikel ilmiah tentang virus ini tersebar, Tapi di luar sana juga banyak tersebar kabar miring tentang virus ini, walaupun banyak yang tidak jelas dari mana asal usulnya.

Mislanya dari spesies hewan mana virus ini berasal? Kelelawar, trenggiling, atau hewan liar lainnya? Dari mana daerah asalnya? Dari sebuah gua atau hutan di Provinsi Hubei, Cina atau di tempat lain? (kompas, 26/03/2020)

Pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa menjadi ujung pangkal melihat masalah COVID-19 diluar dari cara pandang virologi dan epidemologi itu terletak, sudut pandangan ekologi politik tentu berbeda, Transmisi dan penyebaran COVID-19 begitu cepat pada manusia, salah satunya disebabkan oleh ekpansi dan ekploitasi yang begitu brutal terhadap ekosistim dan sumberdaya alam yang terlampau jauh masuk dalam kehidupan liar, menyebabkan retaknya metabolism alam sekaligus menyebabkan kerentanan kehidupan sosial ekologi antar sesama mahluk hidup.

Ekosida

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia saat ini karena krisis yang kita buat sendiri. Itulah pesan dari para ahli penyakit menular dan kesehatan lingkungan terkemuka. Namun sebahagian orang tidak terlalu mempercayainya, COVID-19 masih dianggap sebagai pandemic yang berdiri sendiri diluar dari efek pengrusakan lingkungan hidup dan sumberdaya alam, terdengar seperti tidak berhubungan. relasi COVID-19, krisis iklim dan hancurnya keanekaragaman hayati itu sangat terkait.

Terlebih lagi, perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. Seiring dengan hilangnya habitat, pergeseran zona iklim menyebabkan satwa liar bermigrasi ke tempat-tempat baru, di mana mereka berinteraksi dengan spesies lain yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Ini tentu meningkatkan risiko munculnya penyakit baru.

Untuk menempatkan perspektif Pandemic Covid-19 dalam kerangka ekosida, maka COVID-19 harus dilihat dalam kerangkan bahwa COVID-19, tidak saja akan mengarah pada krisis yang multi dimemnsional tapi juga di latar belakangi oleh masalah yang juga multi dimensional.

COVID-19 berkembang dari satu relasi produksi yang bersifat structural, dimana dominasi, ekspansi dan akaumulasi modal menjadi faktor utama terjadinya kerusakan ekologi serta berdampak pada penyimpangan pertumbuhan biologi manusia dan mahluk hidup lainya dalam waktu yang sangat panjang.

Yang bisa kita ketahui dari sejumlah pengetahuan ialah SARS dan virus Hendra berkembang ketika perubahan penggunaan lahan dan kondisi iklim yang berubah serta hilangnya habitat memaksa kelelawar memindahkan virusnya ke manusia.

Praktek ekosida bahkan menyebabkan keamanan dan kedamaian hidup manusia dan mahluk hidup lainya menjadi retak, selain mengakibatkan krisis ekologi, juga akan memproduksi virus dan penyakit menular baru lainnya yang kemungkinan besar masih akan kita temui di masa depan.

Asumsi Positif

Berita buruknya adalah bahwa krisis pandemic COVID-19 akan memperburuk semua masalah, namun berita baiknya adalah kita dapat menggunakan keadaan darurat saat ini untuk mulai sungguh-sungguh membenahi dan membangun ekonomi, pangan dan kesehatan yang lebih ramah lingkungan, inklusif dan berkelanjutan.

Solidaritas sosial dan saling peduli sangat dibutuhkan dalam kondisi krisis pandemic COVID 19 saat ini, akan tetapi itu bukan sandaran utama dari langkah penyelamatan, Negara harus mengembalikan dan memainkan peran utama sebagai penangung jawab untuk milindungi dan menyelamatkan bangsa, dengan segera memberikan solusi, merancang sedemikian rupa untuk melayani kepentingan publik dalam jangka panjang.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3124 seconds (0.1#10.140)