Wawancara Khusus Kepala BRIN Laksana Tri Handoko: Swasta Harus Terlibat dalam Penelitian

Rabu, 22 Desember 2021 - 11:23 WIB
loading...
A A A
Pengujian inilah yang mahal dan berisiko makanya industringgaksanggup masuk karena skala ekonomi industri farmasi kita belum terlalu besar kalau dibandingkan global. Apalagi kalau lembaga riset dan kampus,nggakmungkin sanggup. Bahkan, LIPI pun pada saat itu mencoba paling sanggup sekitar tiga formula. Kalau tiga formula dan cuma 10% yang berhasil, artinya nol.

Wawancara Khusus Kepala BRIN Laksana Tri Handoko: Swasta Harus Terlibat dalam Penelitian

BRIN memberikan sebanyak 800 spesimen dari 82 jenis tumbuhan langka dan hampir
punah kepada masyarakat di Kabupaten Bogor
pada program BRIN Peduli Lingkungan. foto/Dok BRIN



Dengan adanya BRIN, paling depan bisa langsung menyediakan anggaran hingga 40 formula. Sehingga kalaukalau10%, 3-4 formula jadi. Lisensi balik, 60% setor ke negara. Jadi, negaranggakrugi-rugi amat. Itu tidak mungkin kita lakukan kalau tidak konsolidasi sumber daya yang sebetulnya sudah dimiliki. Dulukepencar-kepencarmakanyanggakjadi apa-apa semua.

Ketertarikan itu berapa lama hingga nantinya 80% dari swasta dan pemerintah 20%?
Bayangan saya, itu bisa terjadi dalam lima tahun kalau kita konsisten melakukan fasilitasi ini. Swasta pasti ramai langsung masuk. Karena mereka itu sangat mendambakanproductdevelopmentberbasis riset. Karena mereka juga kompetisi banget dan itu bisa dimenangkan kalau produknya ada diferensiasi. Itu hanya mungkin dengan riset. Diferensiasi tidak cukup hanya ganti warna, tapi harus ada sesuatu yang signifikan. Kalaunggak, konsumennggakmau beli.

baca juga: Jokowi Lantik Dewan Pengarah BRIN, PDIP: Riset dan Teknologi Harus Digerakkan Ideologi

Swasta mana saja yang sudah berminat?
Kalau itu banyak. Misalnya, fasilitas uji klinis. Semua perusahaan farmasi ikut, mau besar atau kecil. Karena perusahaan besar sajanggaksanggup menanggung risiko. Untuk 40 formula itu saja, perlu minimal Rp300 miliar dalam setahun.

Sektor mana yang berpotensi sangat besar untuk dimanfaatkan dari BRIN?
Sektor yang paling besar dan jadi target utama kami adalah barang konsumsi termasuk kesehatan. Misalnya, obat, imunomodulator, vaksin (hewan, manusia). Selain itu, sektor pangan, elektronik. Elektronik jaman sekarang juga sama, kita harus terus mengembangkan produknya meskipun komponen bisa impor dari mana-mana. Kalau sektor elektronik, biaya R&D-nyabiasanya jauh lebih rendah. Tapi kalau sektor kesehatan, ituhighriskdan mahal.

Bagaimana BRIN beradaptasi di era transformasi digital saat ini?
Digital sudah pasti. Tapi kan digital itu macam-macam, mulai darigame, animasi, aplikasi. Biayaproductdevelopmentdigital itu murah. Yang mahal itu membangun infrastrukturnya. Misalnya, kami membuka sebagian fasilitas komputasi yang tersisa untuk dipakai adik-adik untuk pengembangan animasi,gamedan sebagainya. Kalau bicaragame, kita menyediakanassetstore, di dalamnya itu ada karakter-karakter. Kita buat karakter, artefak dari lokal dan itu kita digitalkan.

baca juga: Rencana Wisata Malam Kebun Raya Bogor Dikritisi, Begini Jawaban BRIN dan Operator
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1167 seconds (0.1#10.140)