Tinjau Pengolahan Timah, Waka BRIN Percepat Teknologi Ekstraksi Logam Tanah Jarang

Jum'at, 19 Juli 2024 - 20:46 WIB
loading...
Tinjau Pengolahan Timah,...
Waka BRIN Prof Amarulla Octavian melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke PT Bangka Citra Pratama di Pangkal Pinang, Pulau Bangka. Foto/istimewa
A A A
JAKARTA - Wakil Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional ( BRIN ) Prof Amarulla Octavian melaksanakan kunjungan kerja (kunker) ke PT Bangka Citra Pratama di Pangkal Pinang, Pulau Bangka.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Waka BRIN didampingi Kepala Organisasi Riset Energi dan Manufaktur Prof. Cuk Supriadi beserta 6 periset BRIN. Termasuk Komandan Pangkalan TNI AL Bangka-Belitung Kolonel Laut Erwin dan staf Jumat (19/7/2024).

Pada kesempatan itu, Prof. Amarulla Octavian meninjau fasilitas, peralatan, dan proses pengolahan mineral utama timah dan Mineral Ikutan Timah (MIT) dengan teknologi separator gravitasi, magnetik, dan elektrostatik.



Selama ini, mineral utama hasil tambang adalah pasir timah yang telah banyak dimanfaatkan, sementara MIT ekonomis belum optimal diolah karena keterbatasan teknologi. Bahkan beberapa tahun yang lalu MIT masih diperlakukan sebagai limbah oleh sebagian perusahaan. Akibatnya, lahan bekas tambang sulit diolah kembali. Ditengarai salah satu sebabnya karena dampak limbah tersebut.

"Sejak awal 2000-an beberapa MIT sudah diolah, seperti rutil, zircon, monasit, silicon, dan lain-lain, dengan berbagai ragam pemanfaatan pada bidang metalurgi, manufaktur, keramik, dan sebagainya," katanya.

Pengolahan MIT di dalam negeri juga ditujukan untuk mengurangi impor dari beberapa negara tertentu. Khusus monasit sampai saat ini masih belum optimal pengolahannya untuk bisa dimanfaatkan lagi.Prof. Amarulla Octavian mendorong Tim Periset BRIN mempercepat teknologi BRIN guna melakukan ekstraksi monasit, utamanya 3 mineral logam, seperti phospat, uranium-thorium, dan Logam Tanah Jarang (LTJ).



Riset BRIN diarahkan untuk memanfaatkan teknologi ekstraksi phospat dari monasit yang nantinya digunakan dalam produksi pupuk, uranium-thorium untuk produksi bahan bakar nuklir (foto X-ray kesehatan, energi listrik, dan lain-lain), serta LTJ untuk produksi baterai mobil listrik, semiconductor, permanent magnet, dan sebagainya.

"Dengan teknologi yang dikembangkan BRIN, maka diharapkan semua MIT dapat diolah kembali sehingga memperoleh nilai ekonomis tinggi berlipat-lipat," ujarnya.

Teknologi BRIN juga diarahkan untuk bisa mengolah hasil akhir MIT sampai memiliki kadar konsentrasi yang ramah lingkungan sehingga proses recovery lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan ulang untuk produksi pangan atau green economy.

"BRIN sangat berkepentingan untuk mengolah LTJ sebagai bahan baku industri teknologi canggih untuk masa depan dunia," katanya.
(cip)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1913 seconds (0.1#10.140)