Wacana Mulai Belajar di Sekolah, Orang Tua Khawatir Muncul Kluster Baru

Sabtu, 06 Juni 2020 - 10:07 WIB
loading...
A A A
"Saya cukup tenang melepas anak ke sekolah jika nanti sekolah kembali di buka. Sebab, anak saya punya pengetahuan dan kesadaran yang cukup untuk melindungi dirinya," jelasnya.

Kekhawatiran para orang tua murid pun bukan tanpa alasan mengingat anak-anak yang cenderung aktif dan belum memahami dengan jelas mengenai dampak virus korona ini. Hal ini pun turut di tegaskan oleh Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti. Menurutnya, sekitar 80% orang tua tidak setuju dengan wacana pembukaan sekolah.

“Data ini didapat dari poling yang kami di Facebook, ada 196.559 orang tua murid berpartisipasi. Pada survei yang dilakukan oleh KPAI tercatat 80% orang tua murid menyatakan tidak setuju, namum sekitar 60% dari total 18.112 guru tidak setuju dengan pembukaan sekolah.” katanya.

Dalam poling ini tidak hanya orang tua murid yang ikut berpartisipasi, tetapi ada sekitar 9.643 murid juga menyatakan diri untuk kembali ke sekolah.

"Data ini masih dalam analisis, jadi masih bisa terus berkembang. Menurut saya, Kemendikbud juga harus memiliki inisiatif dan selalu berkoordinasi dengan dinas pendidikan daerah, nantinya dinas pendidikan berkoordinasi dengan sekolah untuk memetakan infrastruktur jika sekolah dibuka pada tahun depan," ungkap Retno. (Baca juga: Terapkan Fleksibilitas, Kominfo Siapkan Pekerja Produktif dan Aman)

Dia menegaskan, sekolah hanya kembali dibuka jika sudah ada data yang menunjukkan bahwa kasus covid-19 di satu daerah tersebut nihil. Tetapi pemerintah daerah juga harus berkordinasi dengan pihak yang lebih mengerti seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) daerah dan juga Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD). Dalam hal ini pemerintah juga harus meminta pendapat ahli penyakit menular agar semua kegiatan bisa berjalan aman.

"Jangan sampai nanti setelah sekolah dibuka kasusnya sama dengan Finlandia dan Prancis. Terjadi peningkatan kluster baru Covid-19 setelah sekolah kembali dibuka. Kita harus bisa belajar agar tidak kembali kebobolan seperti negara tersebut. Karena negara yang sudah memiliki kelengkapan alat saja angka penyebarannya bisa tinggi lagi," kata Retno.

Sementara itu, IDAI telah mengeluarkan anjuran mengenai proses belajar mengajar yang aman untuk anak-anak di masa pandemi. Seperti, IDAI mendukung sepenuhnya keputusan Kemendikbud agar menjadikan rumah sebagai sekolah dan melibatkan peran aktif siswa, guru, dan orang tua dalam proses belajar mengajar.

IDAI juga menganjurkan agar kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan melalui sekema pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik secara jaringan maupun luar jaringan, menggunakan modul belajar dari rumah yang sudah disediakan oleh Kemendikbud.

Nantinya, anjuran PJJ ini akan dievaluasi secara berkala mengikuti perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia. Dengan mempertimbangkan antisipasi lonjakan kasus ke dua, sebaiknya sekolah tidak dibuka setidaknya sampai Desember 2020. Pembukaan kembali sekolah dapat dipertimbangkan jika jumah kasus Covid-19 telah menurun.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1836 seconds (0.1#10.140)