Di Bawah Payung Sirkuit The New Normal, Marwan: Kita Pacu Industrialisasi

Kamis, 04 Juni 2020 - 15:27 WIB
loading...
Di Bawah Payung Sirkuit...
Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar. Foto/Dok/SINDOphoto
A A A
JAKARTA - Untuk membangkitkan kembali dunia industri di Era Normal Baru (The New Normal) diakui tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Meski di sirkuit yang berkelok-kelok, naik-turun, tikungan tajam, licin dan cuaca yang belum bersahabat, industrialisasi harus berjalan dalam rangka menapaki tatanan era baru di arena persaingan global.

Anggota Komisi VI DPR Marwan Jafar mengusulkan langkah-langkah strategis untuk menggenjot industrialisasi bidang-bidang. Perlunya memacu kebijakan akselerasi industri ruralisasi berskala menengah dan besar, baik di sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan serta sektor agrobisnis lainnya.

"Sudah berkali-kali, sektor ruralisasi ini saya sampaikan atau usulkan, baik melalui forum virtual maupun media massa. Program ruralisasi itu punya nilai strategis dan berkelanjutsn, untuk saat ini dan dimasa yang akan datang, termasuk tahan banting terhadap bencana, terutama bencana non alam, seperti pandemi Covid-19 yang sekarang mewabah secara global," kata Marwan dalam keterangan tertulisnya, Kamis (4/6/2020).

Oleh karena itu,kata dia, sudah selayaknya dan seharusnya program ruralisasi, terutama yang berskala menengah dan besar menjadi program andalan dan unggulan pemerintah, mengingat potensi sumber daya kita luar biasa besar. Termasuk untuk menekan impor, dan mendorong ekspor secara maksimal.

"Sebab itulah evalusi dan merubah RPJMN kita dengan memasukkan program ruralisasi, sangatlah penting dan strategis," katanya.

Lanjutnya, kinerja industri sawit di Kalimantan, misalnya tetap tahan banting, tak terganggu pandemei Covid-19, dengan harga pembelian TBS di tingkat petani juga masih di kisaran angka Rp1.200-Rp1.300 per kg. Industri sawit masih dibutuhkan dunia. "Eropa masih menggunakan bahan baku minyak sawit untuk membuat sanitizer," ujarnya.

Selain itu, kata dia, pengembangan sektor perikanan perlu terus didorong ke orientasi industri yang dapat meningkatkan kebutuhan eksport. Laporan media menyebutkan, total ekspor produk perikanan Indonesia pada lima tahun terakhir tercatat mencapai USD 3,60 miliar, dimana Amerika Serikat merupakan tujuan ekspor terbesar produk perikanan Indonesia mencapai USD 1,44 miliar.

"Demikian pula sektor agribisnis nasional, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan agribisnis pada kuartal II 2018 mencapai 4,76 persen melonjak dari 3,23 persen pada kuartal yang sama di 2017," kata politikus PKB ini.

"Industri ruralisasi di sektor-sektor andalan tersebut tidak bisa ditawar lagi. Ini menjadi payung sirkuit yang diharapkan tahan banting, siap memacu kendaraan menyusuri arena balap yang berkelok-kelok mencapai titik finis. Ke depan, kita harapkan dapat ekapor, bukan hanya berupa bahan baku, namun berupa hasil produksi", tegasnya.

Perlu pengembangan industri ritel, karena sepanjang catatan sebelum pandemi Covid-19, sektor ini mengalami trend yang positif. Data Kementerian Perdagangan periode 2018-2019 menunjukkan, pertumbuhan industri ritel modern, khususnya konsumsi barang kebutuhan sehari–hari atau fast moving consumer goods (FCMG) terlihat menggembirakan, yakni sebesar 6,6 persen format minimarket tumbuh 12,1 persen, format supermarket dan hypermarket -6,8 persen.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2249 seconds (0.1#10.140)