Ari Fahrial Syam: Masyarakat Harus Memiliki Pemahaman Tepat Mengenai Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masyarakat harus memiliki dasar pengetahuan dan pemahaman yang tepat mengenai Covid-19 agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi pandemi ini. Demikian pandangan Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam , Sp.PD-KGEH, MMB yang melatarbelakangi dirinya untuk membuat buku berjudul "Goresan di Tengah Kesibukan Jilid 5: Berbagai Catatan Seputar Pandemi Global Covid-19 di Indonesia" yang diluncurkan Jumat (29/1/2021).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), akademisi, dan praktisi klinis ini prihatin, infeksi Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 menyebar dengan pesat ke seluruh dunia hingga mendorong WHO untuk menyatakan situasi ini sebagai pandemi.
"Di Indonesia, pemerintah mengumumkan kasus positif Covid-19 untuk pertama kalinya di bulan Maret 2020. Sejak saat itu, perubahan dalam berbagai aspek kehidupan terjadi dan masyarakat didorong untuk beradaptasi," kata Prof Ari Fahrial, dokter Spesialis Penyakit Dalam ini.
Buku berjudul "Goresan di Tengah Kesibukan Jilid 5: Berbagai Catatan Seputar Pandemi Global Covid-19 di Indonesia" ini berisi kumpulan tulisan opini dari Ari Fahrial Syam mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia pada tahun 2020.
Salah satu topik yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai bahaya infeksi Covid-19 sebagai "great imitator". Infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, ternyata menimbulkan manifestasi klinis yang beragam.
Sebagian besar penderita Covid-19 memang mengalami gejala saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, atau demam, tetapi tidak sedikit penderita yang mengalami gejala di organ lain, seperti saluran pencernaan, bahkan mata dan kulit.
Isu terkait penggunaan deksametason sebagai terapi untuk pasien Covid-19 turut dibahas dalam buku ini. Penelitian menunjukkan deksametason terbukti efektif menurunkan angka kematian pasien-pasien Covid-19 kategori berat atau kritis.
Baca juga: Evaluasi PPKM: Zona Merah Turun, Permukiman Jadi Perhatian
"Namun, obat ini menimbulkan efek samping yang tidak sedikit sehingga pemberiannya harus berdasarkan resep dan arahan dokter. Ini tampaknya menjadi hal yang patut diketahui oleh masyarakat agar mereka tidak sembarang membeli dan mengonsumsi deksametason," tutur Ari Fahrial mengingatkan.
Selain dari sisi medis, buku ini juga membahas sisi politik penanganan pandemi Covid-19. Dalam buku ini dijelaskan berbagai upaya dan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan protokol kesehatan, serta dilema dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan kebijakan-kebijakan tersebut.
Baca juga: Ketum PAN Zulkifli Hasan Tegaskan Perlunya Lockdown Akhir Pekan
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), akademisi, dan praktisi klinis ini prihatin, infeksi Covid-19 yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019 menyebar dengan pesat ke seluruh dunia hingga mendorong WHO untuk menyatakan situasi ini sebagai pandemi.
"Di Indonesia, pemerintah mengumumkan kasus positif Covid-19 untuk pertama kalinya di bulan Maret 2020. Sejak saat itu, perubahan dalam berbagai aspek kehidupan terjadi dan masyarakat didorong untuk beradaptasi," kata Prof Ari Fahrial, dokter Spesialis Penyakit Dalam ini.
Buku berjudul "Goresan di Tengah Kesibukan Jilid 5: Berbagai Catatan Seputar Pandemi Global Covid-19 di Indonesia" ini berisi kumpulan tulisan opini dari Ari Fahrial Syam mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia pada tahun 2020.
Salah satu topik yang dibahas dalam buku ini adalah mengenai bahaya infeksi Covid-19 sebagai "great imitator". Infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19, ternyata menimbulkan manifestasi klinis yang beragam.
Sebagian besar penderita Covid-19 memang mengalami gejala saluran pernapasan, seperti batuk, pilek, atau demam, tetapi tidak sedikit penderita yang mengalami gejala di organ lain, seperti saluran pencernaan, bahkan mata dan kulit.
Isu terkait penggunaan deksametason sebagai terapi untuk pasien Covid-19 turut dibahas dalam buku ini. Penelitian menunjukkan deksametason terbukti efektif menurunkan angka kematian pasien-pasien Covid-19 kategori berat atau kritis.
Baca juga: Evaluasi PPKM: Zona Merah Turun, Permukiman Jadi Perhatian
"Namun, obat ini menimbulkan efek samping yang tidak sedikit sehingga pemberiannya harus berdasarkan resep dan arahan dokter. Ini tampaknya menjadi hal yang patut diketahui oleh masyarakat agar mereka tidak sembarang membeli dan mengonsumsi deksametason," tutur Ari Fahrial mengingatkan.
Selain dari sisi medis, buku ini juga membahas sisi politik penanganan pandemi Covid-19. Dalam buku ini dijelaskan berbagai upaya dan kebijakan pemerintah untuk mengendalikan penyebaran virus corona, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan penerapan protokol kesehatan, serta dilema dan tantangan yang dihadapi dalam penerapan kebijakan-kebijakan tersebut.
Baca juga: Ketum PAN Zulkifli Hasan Tegaskan Perlunya Lockdown Akhir Pekan