Kebenaran Dahulu, Kebagusan Kemudian: Refleksi Kesenian saat Pandemi

Selasa, 27 Juli 2021 - 17:14 WIB
loading...
A A A
Ingatan tentang kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan Pemerintah di masa krisis ini, mau tidak mau tertaut pada seorang ahli kebijakan publik dan pakar geo-politik dan ilmuwan sosial sohor, Kishore Mahbubani. Buku karyanya, Asia Hemisfer Baru Dunia: Pergeseran Kekuatan Global ke Timur yang Tak Terelakkan (2008) terpatri dalam benak. Mahbubani menemukan konsep penemuan jati diri bangsa Asia, setelah 200 tahun dihegemoni oleh Barat pada abad 21 ini telah “terbebaskan” yang justru karena telah meniru Barat.

Sementara bangsa Barat (terutama oleh pemerintahnya masing-masing) telah menjauh dari keyakinan “prinsip-prinsip kebijaksanaan Barat sendiri”. Barat cenderung mengutamakan energi aktif untuk berkonflik di beberapa kawasan, menerapkan pasar bebas yang ambigu, seperti adanya proteksi produk-produk Barat tertentu.

Juga bagaimana Barat hari ini ternyata sistem demokratisasinya terinfeksi faham non meritokrasi, yang menerima nilai-nilai kekerabatan dan perkoncoan ketimbang kemampuan dan kemandirian nalar manusia pada sisi yang objektif.

Menurut Mabhubani bisa ditelaah dalam Tujuh Kebijakan Barat itu di dalam tujuh kriteria seperti: pasar bebas, meritokrasi, pragmatisme, iptek, budaya damai, pendidikan dan penegakan hukum. Yang dalam bukunya Mabhubani menyebutnya dengan istilah Asia dengan modal itu sedang “Berbaris Ke Arah Modernitas”.

Dari Tesis Mahbubani tersebut, tentunya perwakilan teritori Asia telah berhasil pulih dari pandemi, bahkan mencengangkan performanya yakni kebijakan publik ala China layak ditiru. Setidaknya dalam konteks penerima dan pengelolaan dana hibah yang tepat sasaran sesuai dengan prinsip-prinsip meritokrasi dan keadilan sosial.

Kondisi mengenaskan pekerja seni dan konstruksi lemah seluruh gelanggang seni di masa pandemi ini, kemudian sepertinya bagai ilustrasi imej di awal tulisan ini. Karya pelukis Awan Behartawan itu, yang meminjam konsep geometri fractal visual, yakni sebuah kondisi kompleks yang sebenarnya memiliki pola-pola teratur dan diulang-ulang. Dengan cara yang lebih hati-hati, kekompleksitasan tentu bisa didekati dan diurai dengan lebih sistemik dimulai dengan pembenahan bantuan hibah sesuai target sasaran.
(poe)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1154 seconds (0.1#10.140)