In Memoriam Beben Jazz, Penebar Benih Jazz Itu Berpulang

Selasa, 06 Juli 2021 - 21:11 WIB
loading...
In Memoriam Beben Jazz,...
Kang Beben Jazz, wafat. Foto/Ist
A A A
Eddy Koko
Pemerhati Musik

TERKEJUT saya, Senin pagi (5/7/21], di sela baca koran dapat info, Kang Beben Jazz, wafat. Seketika merenung, Beben orang baik, muda, olahragawan, semula sehat walafiat, rajin salat itu sekarang wafat. Bahwa ketentuan jodo, rezeki dan mati itu otoritas Tuhan saya amat sangat sepakat. Tapi tetap saja wafatnya seorang sahabat memunculkan perenungan sesaat. Semoga Beben Jazz tidur dalam mimpi indah di sisi GustiAllah yang maha kuat.

Lama saya mengenal Beben. Seingat saya sebelum berdirinya Komunitas Jazz Kemayoran 2004. Perkenalan kami karena saya sering menulis artikel seputar musik jazz merasa perlu diskusi jazz. Itu waktu materi atau literatur tentang jazz belum semudah sekarang yang bisa klik Google. Saya juga sempat berkunjung ke KJK di Kemayoran seraya menikmati mie pangsit dekat markas KJK. Dua tahun lalu sebelum wabah Corona melanda dunia dan ikut menyerang Beben, saya juga main ke KJK di Bekasi. Kami makan siang berdua seraya membahas perkembangan dunia jazz Indonesia. Beben juga selalu menginfokan kapan dan dimana akan manggung bersama anak-anak KJK dan mereka yang berminat pada musik jazz. Saya datang jika kebetulan waktu luang dan terjangkau. Bahkan ketika tampil di Lampung Jazz Festival saya juga datang bergabung dengan Beben. Nonton.

Saya jarang membuka grup percakapan Whatsapp (WA). Saya tidak pandai berkomentar atau bermedia sosial sehingga takut salah tulis mengganggu kenyamanan. Tetapi diskusi personal atau japri dengan Beben tetap jalan. Dari catatan WA saya buka terakhir diskusi dengan Beben adalah tanggal 18 Mei 2021 pukul 12.58. Anakku butuh gitar elektrik dan dia menyarankan model dan merk nya. Saya beli kemudian. Mengetahui Beben masuk rumah sakit karena Corona relatif telat tetapi kemudian ikut memantau perkembangan kondisinya sambil nmendoakan kesembuhan.

Beben punya banyak pengikut yang dengan bangga mereka mengaku sebagai muridnya. Beben memang layak jadi guru dan ditiru. Sebagai guru Beben tergolong mumpuni dalam membimbing mereka yang ingin bermusik jazz. Beben telaten dan disiplin ditandai dengan tidak pernah pertemuan KJK libur sejak tahun 2004 sampai menjelang "pulang". Layak ditiru karena sebagai musisi Beben juga relgius sapat dilihat kedekatannya dengan Cak Nun. Beben memberikan ilmunya tanpa pamrih. Satu yang saya tau, dia tidak pernah marah. Walaupun pernah manggung dijanjikan dibayar tapi panitia "lupa" bayar.

Ada satu waktu dalam sebuah ajang jazz di Jakarta Selatan, tampil banyak musisi dengan grupnya masing-masing. Beben juga diundang main. Usai manggung pantia bayar Beben. Beben beres-beres alat. Sebentar berhenti minum. Selanjutnya Beben berjalan meninggakan lokasi untuk pulang. Tiba-tiba seorang penyelenggara mengejar, memanggilnya dan Beben berhenti. Pembicaraan terjadi. Bisakah honor Beben dipakai dulu buat musisi lain yang lebih senior. Panitia kurang dana. Dengan tetap senyum Beben merogoh kantong, berikan amplop yang belum dia buka, diserahkan kepada panitia dan lanjut pulang. Itulah Beben. Rezeki Tuhan yang atur, Mas. Katanya kepada saya. Sepakat.

Dalam dunia musik jazz Indonesia, Beben bukan siapa-siapa dibanding dengan para senior. Dia mengatakan itu. Cermati dan buka dokumentasi akan tampak Beben bukan musisi yang dibicarakan dunia jazz Indonesia. Beben ketawa ketika saya menyebut dirinya pendekar jazz yang mengepung kota dari desa. Dia bergerak dari Kemayoran dan merajalela ke berbagai daerah kemudian hari. Ketika banyak musisi jazz berebut panggung pada awal dekade tahun 2000-an Beben menepi tidak masuk dalam pusaran pertarungan tersebut. Beben itu waktu asik dengan sedikit anak muda peminat jazz bermain dan diskusi di garasi rumah orang tuanya, Kemayoran Jakarta Pusat. Dia punya prinsip dan konsiten.

Aktifitas Beben dengan KJK nya terus bergerak. Beben tampak menikmati dunianya dengan caranya bersama para muridnya. Dunia berputar. KJK menjadi besar. Para murid KJK mulai berani unjuk diri tampil dalam berbagai pergelaran. Beben pun diperhitungkan. Tapi dia tetap rendah hati. Bicaranya tetap santun dan sejuk. Beben menjadi "tokoh" Jazz Indonesia dan pemakaian nama Jazz di belakang menjadi sah. Beben Jazz.

Bersama KJK banyak kehidupan jazz di daerah bergairah dan bermunculan, bergandeng tangan dengan komunitas-komunitas jazz lainnya. Berjalan bersama jaman, jazz yang dulu hanya ada di kota besar bertaburan di kota kecil sampai pedesaan. Sebagian dari semua itu ada peran Beben di sana. Beben tanpa pamrih memberi suport kepada embrio-embrio jazz di berbagai tempat. Banyak bibit jazz muda yang tersesat, tidak berani bertanya kepada musisi senior tetapi diterima dengan senyum oleh Beben. Tidak heran jika kabar duka wafatnya Beben pagi ini meriuhkan ruang diskusi jazz Indonesia. Musisi jazz muda berlomba menuliskan, saya murid Kang Beben.

Kami sebetulnya bertemu di Bekasi di ruang kelas musik Beben, tempo hari, membahas rencana menulis buku tentang Jazz Indonesia? Outline pun ditorehkan. Tapi tiba-tiba pandemi corona datang. Diskusi tertunda. Beben Jazz berpulang.

Selamat jalan sang pejuang!
(maf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1806 seconds (0.1#10.140)