Hadapi Revolusi Industri 4.0, SDM Indonesia Perlu Dipersiapkan Sejak Dini

Senin, 14 Juni 2021 - 20:07 WIB
loading...
Hadapi Revolusi Industri...
Seminar dan Launching kagamakarir.id PP Kagama-UGM, bertajuk Kesiapan Ketenagakerjaan Indonesia Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Sabtu 12 Juni 2021. Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Secanggih apa pun teknologi, jika seseorang bekerja seperti halnya tombol enter dipencet, lantas apa bedanya manusia dengan mesin? Pertanyaan tersebut disampaikan oleh Analisa Widyaningrum, Psikolog & CEO APDC Indonesia dalam Seminar dan Launching kagamakarir.id PP Kagama-UGM.



Menurut Analisa, interaksi antarmanusia dalam sebuah pekerjaan amatlah penting. Sebuah perusahaan, kata Analisa, hendaknya juga mampu memahami baik secara cerdas, emosi, maupun secara psikologis bahwa akan selalu ada perbedaa dari setiap generasi.

"Kita dukung bersama bagaimana digital native yang dikatakan sebagai generasi yang paling dekat dengan digital transformation ini bisa mampu memiliki tim. Pastikan bagaimana setiap organisasi maupun perusahaan kita sudah siap mendukung transformasi digital," ucapnya.

Pasalnya kata Analisa, betapa pun teknologi itu keren, kalau orang dan kulturnya tidak siap, akhirnya yang muncul adalah budaya kerajaan. Perusahaan tersebut bukan lagi menjadi sebuah universitas yang selalu bertumbuh.

"Kalau kerajaan, artinya semua orang menyelamatkan dirinya, tidak mampu mendukung transformasi digital ini. Jadi percuma. Jadi aset terbesarnya adalah analog atau manusia itu sendiri," jelasnya.

"Karena dalam proses digitalisasi, person yang ada di dalamnya yang mampu membantu kontribusi, serta bagaimana dalam sektor kerja kita mampu beradaptasi," tambahnya.

Selain itu, Analisa menilai pentingnya mindset seseorang untuk terus bisa berevolusi menghadapi Revolusi Industri 4.0. Karena, betapa pun teknologi tiu canggih, mindset yang dibutuhkan adalah bagaimana perusahaan menguatkan mental para pekerjanya.

Mental yang dibangun adalah teknologi bukanlah untuk menggantikan peran manusia. Menurut Analisa, Human Touch akan membuat manusia terbantu oleh teknologi.

"Artinya, kita yang harus upgrade kemampuan diri kita untuk mampu agile and inovate mengahadapi apa pun disrupsi ke depan. Aset terbesarnya dari perusahaan itu bukannya teknologi saja. Tapi culture yang dibangun. People yang ada di dalamnya," tegasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2261 seconds (0.1#10.140)