Soal Wacana Poros Islam, Eep Saefulloh Bilang Poros Umat Islam Sudah Terbentuk Duluan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perbincangan tentang wacana Poros Islam atau Poros Partai Islam terus bergulir. Pengamat politik Eep Saefulloh Fatah menyebut, tanpa harus dibicarakan atau dilihat bentuknya, sebetulnya saat ini sudah terbentuk 'Poros Umat Islam'.
Menurut Eep, yang harus dipikirkan siapa pun saat ini, bukan memikirkan poros pada tingkat elite, pekerja partai, pemimpin partai, atau partai. "Tetapi poros yang sebetulnya sudah terbangun duluan di kalangan pemilih. Jadi, kalau sekarang kita bicara misalnya tentang Poros Islam , maka sebetulnya yang sudah terbentuk duluan sebelum judul ini dilahirkan bahkan adalah Poros Umat Islam," ujar Eep dalam diskusi Indonesia Leaders Talk bertema 'Poros Islam dan Pemilu 2024' yang tayang di Channel YouTube Rasil TV, Jumat (23/4/2021) malam.
Poros Umat Islam tersebut, kata Eep, ditandai dengan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, bahkan rasa sedih dan duka karena ditinggalkan oleh kerabatnya dan orang-orang yang dicintai karena pandemi Covid-19. Kemudian, resesi yang ditandai dengan hidup yang semakin mengimpit.
"Dan kemudian pada saat yang sama, banyak orang makin sadar bahwa seperti yang kata Mas Mardani tadi (Mardani Ali Sera) tadi bahwa kepemimpinan itu bukan soal sepele, kepemimpinan itu amat sangat penting dan amat sangat genting pada saat yang sama," ujarnya.
Dalam konteks itu, lanjut Eep, sebetulnya tanpa harus dibicarakan dan tanpa harus dilihat bentuknya secara kasat mata, Poros Umat Islam itu sudah terbentuk. "Kalau partai-partai, baik partai kalangan Islam maupun majemuk kemudian tidak menjawab kebutuhan umat, tidak merespons pada keadaan umat, ya mereka tidak akan punya tempat."
Founder and CEO PolMark Indonesia ini menambahkan, sekarang adalah bagaimana semua partai, termasuk partai Islam, mendekat ke umat, mendekat ke pemilih, mendekat ke rakyat, lalu kemudian mencari jalan keluar dari masalah sangat konkret yang mereka hadapi.
"Tidak cukup lagi pidato, tidak cukup lagi seremoni, tidak cukup lagi program-program yang sifatnya tidak berkait dengan persoalan dasar warga atau persoalan dasar rakyat. Sekarang ini semua harus turun, semua harus menjadi bagian dari proses pencarian jalan keluar dari masalah yang sangat pelik," jelasnya.
Menurut Eep, yang harus dipikirkan siapa pun saat ini, bukan memikirkan poros pada tingkat elite, pekerja partai, pemimpin partai, atau partai. "Tetapi poros yang sebetulnya sudah terbangun duluan di kalangan pemilih. Jadi, kalau sekarang kita bicara misalnya tentang Poros Islam , maka sebetulnya yang sudah terbentuk duluan sebelum judul ini dilahirkan bahkan adalah Poros Umat Islam," ujar Eep dalam diskusi Indonesia Leaders Talk bertema 'Poros Islam dan Pemilu 2024' yang tayang di Channel YouTube Rasil TV, Jumat (23/4/2021) malam.
Poros Umat Islam tersebut, kata Eep, ditandai dengan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, bahkan rasa sedih dan duka karena ditinggalkan oleh kerabatnya dan orang-orang yang dicintai karena pandemi Covid-19. Kemudian, resesi yang ditandai dengan hidup yang semakin mengimpit.
"Dan kemudian pada saat yang sama, banyak orang makin sadar bahwa seperti yang kata Mas Mardani tadi (Mardani Ali Sera) tadi bahwa kepemimpinan itu bukan soal sepele, kepemimpinan itu amat sangat penting dan amat sangat genting pada saat yang sama," ujarnya.
Dalam konteks itu, lanjut Eep, sebetulnya tanpa harus dibicarakan dan tanpa harus dilihat bentuknya secara kasat mata, Poros Umat Islam itu sudah terbentuk. "Kalau partai-partai, baik partai kalangan Islam maupun majemuk kemudian tidak menjawab kebutuhan umat, tidak merespons pada keadaan umat, ya mereka tidak akan punya tempat."
Founder and CEO PolMark Indonesia ini menambahkan, sekarang adalah bagaimana semua partai, termasuk partai Islam, mendekat ke umat, mendekat ke pemilih, mendekat ke rakyat, lalu kemudian mencari jalan keluar dari masalah sangat konkret yang mereka hadapi.
"Tidak cukup lagi pidato, tidak cukup lagi seremoni, tidak cukup lagi program-program yang sifatnya tidak berkait dengan persoalan dasar warga atau persoalan dasar rakyat. Sekarang ini semua harus turun, semua harus menjadi bagian dari proses pencarian jalan keluar dari masalah yang sangat pelik," jelasnya.
(zik)