Masa Pandemi, Physical Distancing Jadi Momen Rekatkan Hubungan Keluarga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Virus corona masih menjadi kabar buruk bagi masyarakat Indonesia. Mengingat pandemi ini berdampak besar, pemerintah pun memberlakukan physical distancing sebagai solusi menekan angka penyebaran yang semakin tinggi.
Meski begitu, ada banyak hikmah positif di balik fenomena ini. Walau hanya bersifat imbauan, keefektifan kebijakan ini amat tergantung dari peran masyarakat yang sadar dan peduli akan pentingnya kesehatan satu sama lain.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengatakan, arahan pemerintah terkait pemberlakuan physical distancing harus dijadikan momentum sebagai gerakan sosial bersama dan juga bisa menjadi ajang mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
"Harus ada gerakan sosial bersama dari masyarakat bahwa kita saat ini sedang menghadapi bencana," ujar Agus saat di hubungi KORAN SINDO.
Agus menambahkan, berdasarkan pengamatannya hingga saat ini belum semua masyarakat memahami betul pentingnya melakukan physical distancing memerangi korona. Jika dilihat dengan baik, cara ini sangat efektif dan memiliki sisi positif. (Baca: 5 Warga Indramayu Terkonfirmasi Positif Covid-19, Pelacakan Kontak Dilakukan)
‎Physical distancing atau jaga jarak tidak hanya efektif mencegah penularan virus korona atau Covid-19. Jika diamati, kebijakan ini bisa menjadi sarana tepat untuk merekatkan kembali hubungan antara anggota keluarga.
Hal ini pun ditegaskan child protection specialis Unicef Indonesia, Astri‎d Gonzaga Dionia. Dia menilai tiga cara phyical distancing, yakni bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah dapat menjadi cara mendekatkan sesama anggota keluarga yang lain.
Baginya, banyak cara untuk membunuh waktu selama menjalani jaga jarak sosial dengan berdiam diri di rumah. Seperti berbincang bersama tanpa dibatasi dengan gawai, makan bersama, hingga beribadah bersama.
"Hal yang selama ini sulit dilakukan terutama bagi keluarga di perkotaan, misalnya di Jakarta, bapak dan ibunya harus berangkat bekerja pagi hari, pulang malam hari ketika anak sudah tidur. Jadi, waktu lebih intim dengan keluarga berkurang. Namun sejak work from home (WFH) mereka bisa merasakan momen kedekatan bersama keluarga," jelasnya.
Untuk itu, berdiam diri di rumah menjadi waktu yang tepat merajut hubungan lebih dekat antara anggota keluarga. "Hikmahnya, stay at home saat ini merupakan kesempatan merajut kembali komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga," katanya.
Dari segi orang tua, berdiam diri di rumah dapat meningkatkan stres. Hal ini diyakini Astrid, lantaran tugas dirumah yang semakin bertambah.
"Awalnya hanya memikirkan belanja, memasak, tetapi sekarang harus mendampingi anak-anak. Seseorang yang ingin mendampingi tentu menjadi stressfull. Apalagi kalau tidak ada yang bisa membantu," paparnya.
Kendati demikian, menjalani physical distancing diperlukan kerja sama dan gotong royong yang baik antara anggota keluarga. Dengan demikian, spirit gotong royong bisa menjadi alternatif mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
Di sisi lain, hikmah yang bisa diambil dari penyebaran virus ini menurut psikolog Meity Arianty adalah masyarakat bisa lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga di rumah, dan bisa berbuat berbagai hal baik, seperti memberikan donasi, membantu pekerja-pekerja di jalanan.
"Di situasi yang seperti kita semua saling bersatu, menjaga keluarga, jadi lebih banyak bersama di rumah, kita diminta untuk saling berbagi lewat doa,"jelas Meity. (Baca juga: Pemerintah Harus Perhatikan Kaum Disabilitas di Tengah Pandemi Corona)
Lebih lanjut, Meity mengungkapkan kalau sisi positif yang diambil adalah keegoisan sebagai manusia berkurang, dan bahkan dihilangkan dengan adanya kasus wabah virus korona ini
Oleh sebab itu, ia berharap kalau masyarakat bisa tetap tenang dan tidak panik meskipun kini tengah menghadapi masalah virus korona yang telah mengintai banyak korban di Indonesia.
"Kita diajak untuk tidak egois dan hanya memikirkan diri sendiri, namun saat ini kita menjaga diri kita, artinya kita menjaga orang lain agar tidak terpapar. Banyak hal yang bisa kita petik agar pikiran kita tetap positif," katanya.
Nilai positif yang ditimbulkan dari pemberlakuan physical distancing dengan lebih dekat kepada anggota keluarga juga dirasakan artis dan juga anggota DPR Komisi X, Eko Patrio. Kini dia lebih sering di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Hal ini dia lakukan demi mengikuti imbauan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. "Hubungan keluarga menjadi semakin erat karena karantina di rumah saja juga dirasakan pasangan lain di seluruh dunia," tegasnya. ‎
Eko menyebut karantina ini sebagai rezeki di balik dampak korona. Tetapi tetap saja ada kekhawatiran, justru saya ikuti prosedur pemerintah. "Kantor libur ya libur, saya tipikal orang yang aktivitas tinggi, tapi alhamdulillah saya bisa rem. Saya subuh sampai Isya bisa berjamaah dengan keluarga alhamdulillah, ambil hikmahnya," tambah Eko. (Baca juga: Abaikan Protokol Kesehatan, Kepatuhan Pysical Distancing Mulai Kendur)
Meskipun ini berdampak pada penghasilannya, namun Eko percaya kalau rezeki tidak akan kemana. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya.
"Ya yang saya bilang tadi, sudah pasti dengan kondisi seperti ini ekonomi tidak stabil, tapi tetap harus kita nikmati, dan pembatasan semua kegiatan kan sudah mulai sejak Pak Jokowi umumkan bahwa dua orang terkena korona," lanjutnya.
Eko pun menambahkan, kembali lagi Tuhan tidak pernah salah memberikan rezeki kepada kita. Menurutnya, suatu saat setelah pandemik berakhir, derajat sebagai manusia bakal dinaikkan kembali. "Semoga ada jalan yang terbaik di tengah pandemi ini karena banyak hikmah yang bias diambil," ujarnya.
Sementara itu, Eko pun tidak lupa tetap mengingatkan agar tidak tertular virus tersebut. "Selalu jaga jarak, berjemur kalau ada waktu, dan hal yang termudah dilakukan adalah di rumah aja. Kita selau mencari jalan terbaik untuk memutus mata rantai Covid-19 ini," tuturnya. (Aprilia S Andyna)
Meski begitu, ada banyak hikmah positif di balik fenomena ini. Walau hanya bersifat imbauan, keefektifan kebijakan ini amat tergantung dari peran masyarakat yang sadar dan peduli akan pentingnya kesehatan satu sama lain.
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio mengatakan, arahan pemerintah terkait pemberlakuan physical distancing harus dijadikan momentum sebagai gerakan sosial bersama dan juga bisa menjadi ajang mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
"Harus ada gerakan sosial bersama dari masyarakat bahwa kita saat ini sedang menghadapi bencana," ujar Agus saat di hubungi KORAN SINDO.
Agus menambahkan, berdasarkan pengamatannya hingga saat ini belum semua masyarakat memahami betul pentingnya melakukan physical distancing memerangi korona. Jika dilihat dengan baik, cara ini sangat efektif dan memiliki sisi positif. (Baca: 5 Warga Indramayu Terkonfirmasi Positif Covid-19, Pelacakan Kontak Dilakukan)
‎Physical distancing atau jaga jarak tidak hanya efektif mencegah penularan virus korona atau Covid-19. Jika diamati, kebijakan ini bisa menjadi sarana tepat untuk merekatkan kembali hubungan antara anggota keluarga.
Hal ini pun ditegaskan child protection specialis Unicef Indonesia, Astri‎d Gonzaga Dionia. Dia menilai tiga cara phyical distancing, yakni bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah dapat menjadi cara mendekatkan sesama anggota keluarga yang lain.
Baginya, banyak cara untuk membunuh waktu selama menjalani jaga jarak sosial dengan berdiam diri di rumah. Seperti berbincang bersama tanpa dibatasi dengan gawai, makan bersama, hingga beribadah bersama.
"Hal yang selama ini sulit dilakukan terutama bagi keluarga di perkotaan, misalnya di Jakarta, bapak dan ibunya harus berangkat bekerja pagi hari, pulang malam hari ketika anak sudah tidur. Jadi, waktu lebih intim dengan keluarga berkurang. Namun sejak work from home (WFH) mereka bisa merasakan momen kedekatan bersama keluarga," jelasnya.
Untuk itu, berdiam diri di rumah menjadi waktu yang tepat merajut hubungan lebih dekat antara anggota keluarga. "Hikmahnya, stay at home saat ini merupakan kesempatan merajut kembali komunikasi yang baik dengan anak dan keluarga," katanya.
Dari segi orang tua, berdiam diri di rumah dapat meningkatkan stres. Hal ini diyakini Astrid, lantaran tugas dirumah yang semakin bertambah.
"Awalnya hanya memikirkan belanja, memasak, tetapi sekarang harus mendampingi anak-anak. Seseorang yang ingin mendampingi tentu menjadi stressfull. Apalagi kalau tidak ada yang bisa membantu," paparnya.
Kendati demikian, menjalani physical distancing diperlukan kerja sama dan gotong royong yang baik antara anggota keluarga. Dengan demikian, spirit gotong royong bisa menjadi alternatif mendekatkan hubungan antara anggota keluarga.
Di sisi lain, hikmah yang bisa diambil dari penyebaran virus ini menurut psikolog Meity Arianty adalah masyarakat bisa lebih banyak meluangkan waktu dengan keluarga di rumah, dan bisa berbuat berbagai hal baik, seperti memberikan donasi, membantu pekerja-pekerja di jalanan.
"Di situasi yang seperti kita semua saling bersatu, menjaga keluarga, jadi lebih banyak bersama di rumah, kita diminta untuk saling berbagi lewat doa,"jelas Meity. (Baca juga: Pemerintah Harus Perhatikan Kaum Disabilitas di Tengah Pandemi Corona)
Lebih lanjut, Meity mengungkapkan kalau sisi positif yang diambil adalah keegoisan sebagai manusia berkurang, dan bahkan dihilangkan dengan adanya kasus wabah virus korona ini
Oleh sebab itu, ia berharap kalau masyarakat bisa tetap tenang dan tidak panik meskipun kini tengah menghadapi masalah virus korona yang telah mengintai banyak korban di Indonesia.
"Kita diajak untuk tidak egois dan hanya memikirkan diri sendiri, namun saat ini kita menjaga diri kita, artinya kita menjaga orang lain agar tidak terpapar. Banyak hal yang bisa kita petik agar pikiran kita tetap positif," katanya.
Nilai positif yang ditimbulkan dari pemberlakuan physical distancing dengan lebih dekat kepada anggota keluarga juga dirasakan artis dan juga anggota DPR Komisi X, Eko Patrio. Kini dia lebih sering di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga.
Hal ini dia lakukan demi mengikuti imbauan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. "Hubungan keluarga menjadi semakin erat karena karantina di rumah saja juga dirasakan pasangan lain di seluruh dunia," tegasnya. ‎
Eko menyebut karantina ini sebagai rezeki di balik dampak korona. Tetapi tetap saja ada kekhawatiran, justru saya ikuti prosedur pemerintah. "Kantor libur ya libur, saya tipikal orang yang aktivitas tinggi, tapi alhamdulillah saya bisa rem. Saya subuh sampai Isya bisa berjamaah dengan keluarga alhamdulillah, ambil hikmahnya," tambah Eko. (Baca juga: Abaikan Protokol Kesehatan, Kepatuhan Pysical Distancing Mulai Kendur)
Meskipun ini berdampak pada penghasilannya, namun Eko percaya kalau rezeki tidak akan kemana. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya.
"Ya yang saya bilang tadi, sudah pasti dengan kondisi seperti ini ekonomi tidak stabil, tapi tetap harus kita nikmati, dan pembatasan semua kegiatan kan sudah mulai sejak Pak Jokowi umumkan bahwa dua orang terkena korona," lanjutnya.
Eko pun menambahkan, kembali lagi Tuhan tidak pernah salah memberikan rezeki kepada kita. Menurutnya, suatu saat setelah pandemik berakhir, derajat sebagai manusia bakal dinaikkan kembali. "Semoga ada jalan yang terbaik di tengah pandemi ini karena banyak hikmah yang bias diambil," ujarnya.
Sementara itu, Eko pun tidak lupa tetap mengingatkan agar tidak tertular virus tersebut. "Selalu jaga jarak, berjemur kalau ada waktu, dan hal yang termudah dilakukan adalah di rumah aja. Kita selau mencari jalan terbaik untuk memutus mata rantai Covid-19 ini," tuturnya. (Aprilia S Andyna)
(ysw)