Berdampak Positif, PSBB Tingkatkan Kualitas Udara dan Kurangi Sampah

Sabtu, 16 Mei 2020 - 08:23 WIB
loading...
Berdampak Positif, PSBB...
Foto/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia maupun lockdown di negara-negara lain di dunia tidak selalu berdampak buruk. Ada pula dampak positif dari kebijakan tersebut. Di antaranya untuk pertama kali secara berturut-turut, emisi gas rumah kaca, konsumsi bahan bakar fosil, lalu lintas udara, darat, laut dan sampah menurun secara drastis.

Data dari Badan meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, pemberlakuan PSBB menurunkan rata-rata konsentrasi karbondioksida (CO2) sekitar 47 ppm atau turun 9,8% dibandingkan tahun 2019. Periode yang sama di Maret-April tahun ini dapat turun pada kisaran 420 ppm di Jakarta. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan langit Jakarta yang tampak lebih cerah dua bulan terakhir.

Rizaldi Boeris Director of the Centre for Climate Risk and Opportunity Management in Southeast Asia and Pacific (CCROM-SEAP) menjelaskan, dengan adanya PSBB pembatas aktivitas orang juga transportaasi berkurang tentu polusi yang berasal dari tranportasi juga ikut berkurang. "Sehingga terlihat langit cerah karena aerosol yang dilepaskan polusi sedikit. Perbedaan itu bisa dilihat melalui satelit, kalau normal akan merah sebab suhu tinggi," ucapnya di Jakarta, kemarin. (Baca: Menkes Setujui PSBB Jakarta, Pemerintah Ungkap Manfaatnya)

Menurut dia, satelit menangkap warna yang menggambarkan suhu permukaan. Begitu ada pembatasan aktivitas masyarakat, tidak ada lalu lintas manusia juga kendaraan sehingga suhu permukaan pun dingin. Satelit akan menangkap suhunya stabil sehingga warnanya tidak merah lagi.

Artinya, lanjut Rizaldi udara Jakarta membaik karena tidak adanya mobilitas manusia bukan karena virusnya secara langsung. Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga menghubungkan Covid-19 dengan polusi.

Menurutnya polusi dapat mempermudah proses penularan. Polusi menjadi faktor penyakit Infeksi saluran pernapasan sementara itu Covid-19 salah satu virus yang menyerang infeksi saluran pernapasan. Sehingga jika virus ada di udara berpolusi tinggi akan menyebabkan orang mudah terinfeksi.

Mengenai informasi lapisan ozon membaik, Rizaldi belum bisa membuktikan sebab tidak ada riset lebih mendalam. Namun, dia mengakui ada indikasi ke arah itu, sebab selama ini yang merusak lapisan ozon ialah aerosol yang berasal dari polusi.

Yayat Supriatna pengamat perkotaan dari Universitas Trisaksi mengakui adanya dampak positif pada lingkungan terkait serangan Covid-19. “Hal positif dari karantina mandiri masyarakat ialah dengan menurunnya penggunaan bahan bakar. Keuntungannya, tentu dapat mengontrol eksploitasi sumber daya alam dan berkurangnya polusi dari kendaraan,” jelas Yayat.

Sayangnya tingkat pernurunan polusi udara khususnya di Jakarta dan kota kota besar Indonesia menurut dia, belum maksimal lantaran beberapa pabrik masih ada yang beroperasi. Namun demikan, dampak lainnya dari PSBB membuat volume sampah berkurang. Baik sampah dari mal, restoran dan perkantoran yang tutup.

"Sampah rumahan meningkat tidak signifikan tetapi pengurangan sampah besar dari tempat-tempat umum terlihat jelas. Mobilitas masyarakat itu berpengaruh terhadap sampah ada dimana-mana kalau di rumah saja sampah hanya di rumah," jelasnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2243 seconds (0.1#10.140)