Berdampak Positif, PSBB Tingkatkan Kualitas Udara dan Kurangi Sampah

Sabtu, 16 Mei 2020 - 08:23 WIB
loading...
A A A
Jika industri manufaktur tidak beroperasi, limbah akan lebih banyak berkurang karena limbah industri yang juga tidak ada. "Bisa dikatakan kota yang mati atau tanpa aktivitas dari warganya justru lebih baik karena tidak menghasilkan limbah sdan buangan gas," aku Yayat.

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Rosa Vivien Ratnawati mengatakan kondisi pengelolaan sampah pada masa pandemik saat ini. Timbulan sampah kota dengan ciri komuter, terjadi penurunan timbulan yang signifikan hingga10-15%. Kota Jakarta 620 ton per hari, Surabaya 310 ton per hari. Bahkan, Bukit Tinggi hampir 20% penurunan nya.

"Kota lainnya, bukan dengan ciri komuter, terjadi penurunan timbulan, rata-rata hanya dibawah 1- 3%. Yakni Bandung, Balikpapan, Tangerang Selatan, Bogor dan Bekasi," ungkapnya.

Rosa menambahkan, kondisi ini terjadi karena sumber sampah komersial menurun drastis, tetapi dari sumber rumah yangga ada peningkatan. Walaupun timbulan sampah menurun, hasil penelitian LIPI menunjukkan adanya peningkatan komposisi sampah plastik akibat belanja online dan menggunakan masker sekali pakai.

"Komposisi masker sekali pakai termasuk paling banyak ditemukan di sungai yang menuju Teluk Jakarta selama pandemi Covid-19 ini," pungkasnya. (Baca juga: Alur Pengajuan Terlalu Panjang, Daerah Perlu Dipermudah Terapkan PSBB)

Terkait limbah medis, sesuai Surat Edaran MenLHK No 02 tahun 2020 yang ditujukan untuk BNPB, tugas percepatan penanganan Covid-19, gubernur , bupati dan walikota daerah di seluruh Indonesia. Limbah dari fasilitas kesehatan harus dimusnahkan dengan insinerator pada suhu pembakaran 800 derajat Celcius. Kemudian residu hasil pembakaran ditempatkan dan diberi label B3 dan simbol beracun. Untuk disimpan di tempat sementara pembuangan limbah B3 kemudian diserahkan kepada pengelola limbah B3.

Direktur Kesehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Imran Agus Nurali mengatakan, rumah sakit darurat wajib memenuhi standar rumah sakit pada umumnya. Sudah ada prosedurnya termasuk pengolahan limbah cair, limbah padat harus sesuai dengan standar.

"Di daerah yang dijadikan rumah sakit darurat, sudah kami buatkan pedomannya. Mereka hanya mengacu pada pedoman rujukan , darurat hingga puskesmas," ungkapnya.

Imran juga berpendapat, saat pandemi ini limbah rumah tangga juga berdampak negatif untuk lingkungan. Seringnya cuci tangan dengan sabun ternyata dampak jauhnya pada air sabun yang mengalir harus masuk ke saluran air bukan di sembarang tempat. Sebab, air sabun termasuk grey water yang tidak bisa dibuang begitu saja. "Kalau ingin membuat sanitasi hal ini yang harus diperhatikan ada sumber air bersihnya yang jelas," ucapnya. Kemenkes selain mengingatkan untuk menjaga kebersihan diri dengan rajin cuci tangan juga mengkampanyekan hemat air. Salah satu caranya dengan mengecilkan kran tutup air saat sedang mencuci tangan.

Di belahan dunia lain, Mohammad Darvish anggota dari Dewan Keamanan Nasional Iran untuk lingkungan yang dilansir dari Tehran Times mengatakan, dampak lingkungan akibat serangan virus tersebut membuat emisi gas rumah kaca pada Maret 2020 menjadi sama kondisinya dengan 1990-an, yaitu 30 tahun yang lalu.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0943 seconds (0.1#10.140)