Pemerintah Disarankan Ubah Sistem Pengendalian Covid-19, Terapkan Karantina dan Beri Jaminan Hidup
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyebut pemerintah Indonesia perlu melakukan perubahan sistem pengendalian penularan Covid-19. Mencegah penyebaran Covid-19 yang ampuh hanya dapat dilakukan dengan melakukan isolasi.
"Upaya memutus rantai penularan hanya bisa dilakukan melalui isolasi dan karantina yang disiplin," kata Masdalina kepada iNews.id, saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (5/1/2021).
Dia menilai anggaran testing yang selama ini digelontorkan hanya seperti dihamburkan untuk menambah angka positif Covid-19 , bukan untuk menyembuhkan. Epidemiolog banyak mendapatkan kasus ringan bahkan tanpa gejala di rumah sakit.
( ).
Hal itu membuktikan kekuatan penuh pemerintah hanya untuk mendeteksi, bukan untuk penyembuhan. Bahkan, banyak pasien yang dalam kondisi berat atau kritis kehabisan ruang karena banyak orang tanpa gejala yang ditampung di RS.
Dia menilai, sistem pengendalian Covid-19 saat ini harus diubah. Anggaran yang sebelumnya banyak terkuras untuk testing harus dialihfungsikan untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang terdampak Covid-19. "Daripada uangnya dipakai untuk testing tidak selesai-selesai, mending diberikan pada warga sebagai bantuan program karantina," jelasnya.
( ).
Dia menjelasan, jika dalam satu keluarga terdapat satu orang positif dengan empat anggota keluarga lainnya kontak erat, lebih baik langsung dilakukan isolasi dan karantina. Tidak perlu dilakukan tes swab jika selama proses karantina tidak muncul gejala bagi keluarga yang kontak erat.
"Daripada swab untuk empat orang dan harus dua kali swab pula untuk dinyatakan negatif jadi butuh delapan kali swab. Jika sekali swab 900 ribu itu sudah 7,2 juta. Lebih baik karantina 10 hari, kasih uangnya untuk mencukupi gizi dan daya tahan tubuh mereka," jelasnya.
( ).
"Jika dalam 10 hari pemantauan muncul gejala langsung lakukan swab. Jika kasus konfirmasi mengalami perburukan atau rasa makin tidak enak badan, langsung tarik ke pusat-pusat isolasi," bebernya.
Dia menilai, saat ini banyak orang enggan melakukan karantina karena kehidupannya tidak dijamin. Sehingga banyak yang memaksa keluar dan menularkan orang lain sehingga angka kematian terus meningkat.
"Mengapa masyarakat tidak mau karantina? Karena tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan harian mereka. Coba saja dikasih 1,5-2 juta dengan catatan tidak boleh ke mana-mana selama 10 hari, rame pasti yang mau," pungkasnya.
"Upaya memutus rantai penularan hanya bisa dilakukan melalui isolasi dan karantina yang disiplin," kata Masdalina kepada iNews.id, saat dihubungi melalui pesan singkat, Selasa (5/1/2021).
Dia menilai anggaran testing yang selama ini digelontorkan hanya seperti dihamburkan untuk menambah angka positif Covid-19 , bukan untuk menyembuhkan. Epidemiolog banyak mendapatkan kasus ringan bahkan tanpa gejala di rumah sakit.
( ).
Hal itu membuktikan kekuatan penuh pemerintah hanya untuk mendeteksi, bukan untuk penyembuhan. Bahkan, banyak pasien yang dalam kondisi berat atau kritis kehabisan ruang karena banyak orang tanpa gejala yang ditampung di RS.
Dia menilai, sistem pengendalian Covid-19 saat ini harus diubah. Anggaran yang sebelumnya banyak terkuras untuk testing harus dialihfungsikan untuk memberikan bantuan kepada keluarga yang terdampak Covid-19. "Daripada uangnya dipakai untuk testing tidak selesai-selesai, mending diberikan pada warga sebagai bantuan program karantina," jelasnya.
( ).
Dia menjelasan, jika dalam satu keluarga terdapat satu orang positif dengan empat anggota keluarga lainnya kontak erat, lebih baik langsung dilakukan isolasi dan karantina. Tidak perlu dilakukan tes swab jika selama proses karantina tidak muncul gejala bagi keluarga yang kontak erat.
"Daripada swab untuk empat orang dan harus dua kali swab pula untuk dinyatakan negatif jadi butuh delapan kali swab. Jika sekali swab 900 ribu itu sudah 7,2 juta. Lebih baik karantina 10 hari, kasih uangnya untuk mencukupi gizi dan daya tahan tubuh mereka," jelasnya.
( ).
"Jika dalam 10 hari pemantauan muncul gejala langsung lakukan swab. Jika kasus konfirmasi mengalami perburukan atau rasa makin tidak enak badan, langsung tarik ke pusat-pusat isolasi," bebernya.
Dia menilai, saat ini banyak orang enggan melakukan karantina karena kehidupannya tidak dijamin. Sehingga banyak yang memaksa keluar dan menularkan orang lain sehingga angka kematian terus meningkat.
"Mengapa masyarakat tidak mau karantina? Karena tidak ada jaminan pemenuhan kebutuhan harian mereka. Coba saja dikasih 1,5-2 juta dengan catatan tidak boleh ke mana-mana selama 10 hari, rame pasti yang mau," pungkasnya.
(zik)