Peran Strategis Kader NU Kembalikan Kejayaan PPP

Jum'at, 04 Desember 2020 - 15:03 WIB
loading...
A A A
Yang tidak kalah penting adalah tampilnya sesepuh PPP sebagai figur sentral yang menjadi tokoh besar nasional yang memiliki pengaruh luas di masyarakat seperti almarhum KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). Beliau menjadi perekat dan penyelamat di saat PPP mengalami ujian perpecahan.

Benang Merah PPP dan NU
Jati diri, visi, dan prinsip perjuangan PPP tegak lurus dengan NU. Dengan melihat benang merah PPP dan NU, tidak bisa dilepaskan begitu saja PPP dari NU. Selain karena ikatan historis dan kultural maka ada ikatan tanggung jawab yang sama untuk saling bersinergi dalam upaya mewujudkan tujuan mulia.

Karena NU bukan merupakan lembaga politik praktis, maka tidak salah jika menyerahkan sebagian aspirasi politiknya kepada partai yang memiliki hubungan sejarah serta kesamaan paradigma keagamaan dan kebangsaan. PPP memiliki basis ikatan yang kuat untuk tidak lari menjauh dari amanah perjuangan NU.

Kejayaan PPP sedikit banyak pasti akan merepresentasikan kejayaan NU. Oleh karena itu, bisa dikatakan dalam tanggung jawab NU ada tanggung jawab PPP, begitu sebaliknya. Sehingga adanya kebutuhan tampilnya pelaku atau aktor dalam posisi dan peran yang sama menjadi sebuah keniscayaan.

Kader NU menjadi kader PPP atau sebaliknya. Dengan kata lain, terhadap eksistensi dan kejayaan PPP di negeri ini ada sebagian yang mengharuskan menuntut tanggung jawab kader-kader NU.

Merebut Kembali Simpati Basis Kaum Santri
Keberadaan kader-kader NU dalam posisi dan perannya untuk mengembalikan kejayaan PPP tidak lain tidak bukan adalah untuk mengambil posisi kepemimpinan dalam upaya mengatasi permasalahan serta tantangan yang dihadapi PPP hari ini dan masa yang akan datang. Permasalahan yang ada hari ini adalah perjalanan sejarah konflik yang terjadi di internal PPP.

Hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa konflik yang ada di tubuh PPP telah dirasakan di semua lapisan struktur dari pusat sampai ke basis. Diakui atau tidak dengan adanya konflik yang mulanya terjadi di tingkat DPP telah berakibat pada melemahnya dukungan dari berbagai komponen yang berujung pada tergerusnya basis suara PPP dalam pemilu 2019.

Penurunan suara PPP tahun 2019 diikuti dengan penurunan perolehan kursi baik di pusat maupun di daerah. Melemahnya suara PPP sebetulnya sudah banyak diprediksi oleh para pengamat dan lembaga survei. Bahkan sebelum pemilu digelar sebagian ada yang meramalkan bahwa PPP tidak akan bisa memenuhi electoral threshold.

Alhamdulillah, ramalan tersebut meleset tidak sepenuhnya terjadi. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa PPP masih bisa bertahan, kendati telah mengalami penurunan perolehan suara yang signifikan? Jawabannya, karena PPP masih memiliki basis pendukung setia (die hard voters) dari massa tradisional yang fanatic dan loyal dengan pengurus yang masih setia di seluruh wilayah Indonesia.

Kemudian ke mana larinya sebagian suara PPP? Di antaranya karena pemilih banyak yang telah memutuskan mencoba pilihan pada partai lain yang bahkan tidak memiliki kesamaan ideologi dengan PPP sekalipun, karena telah masuk dalam arus rasionalisme atupun pragmatisme politik. Banyak fakta bahwa pola hubungan politik terjadi dalam ikatan jangka pendek baik dengan menggunakan instrumen uang (money politics), jasa atau kepentingan politik sesaat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1678 seconds (0.1#10.140)