Indonesia Membutuhkan Generasi Muda yang Berideologi Pancasila dan Berjiwa Kesatria

Rabu, 02 Desember 2020 - 09:11 WIB
loading...
A A A
Setiap hari kita melihat banyak orang-orang yang menunjukkan sikap tidak ksatria, baik itu pejabat maupun warga sipil yang terprovokasi atau bahkan ikut memprovokasi warga lainnya. Ini harus dihentikan. Semua pihak harus bercermin dan jujur pada diri sendiri, apakah yang kita lakukan baik dan benar? Maksud baik belum tentu benar, sementara yang benar mestinya baik, walaupun mungkin kurang nyaman bagi sebagian orang.

Dalam menghadapi orang yang tidak kesatria, kita tidak boleh bersikap serupa. Kita harus lebih sabar dan memberi respons yang lebih cerdas serta Kita harus menunjukkan sikap seorang yang kesatria. Supaya bisa menjadi kesatria kita harus belajar. Belajar memahami apa artinya menjadi kesatria dan menjaga kedisiplinan diri untuk tetap konsisten dengan sikap tersebut.

Untuk itu seorang kesatria harus konsisten, berjiwa besar, tidak cengeng, tidak bersikap kejam, tidak bersikap kasar, tidak menyebar kebohongan, tidak lakukan hal yang memalukan, tidak berkhianat, dan berperilaku sopan dan santun.

Seorang pemimpin berjiwa kesatria perlu cepat belajar dari kesalahannya dan bahkan cepat menunjukkan bagaimana ia memperbaiki diri melalui tindakan-tindakannya. Memang dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kelemahan diri di depan orang banyak, dan dibutuhkan pula kebesaran hati untuk menerima kekurangan orang lain. Orang defensif, yang tidak mengakui kesalahan bahkan menghindar, tampaknya sudah tidak memiliki tempat di hati manusia-manusia kritis dan modern. Kebiasaan untuk mencari-cari alasan sudah tidak lagi bisa diterima saat ini. Informasi sudah terlalu terbuka sehingga orang dengan mudah bisa mengecek kebenaran fakta yang dibicarakan orang.

Mengalah bukan berarti kalah, namun berbuat sesuatu yang membuat situasi yang lebih terkendali. Biarlah diri kita tersakiti, namun yakinlah suatu saat rasa sakit itu akan terobati dan tergantikan dengan kebahagiaan. Namun alangkah indahnya hidup yang bergejolak, jika kita hiasi dengan rasa mengalah itu sendiri. Untuk itu perlunya pendidikan mulai usia dini tentang ideologi Pancasila dan sosok manusia yang berjiwa ksatria.

Semenjak Presiden ke-2 lengser, pendidikan Pancasila di tingkat SD Sampai SMA seolah diabaikan oleh pemerintah yang menggantikan sampai saat ini. Hal ini berdampak pada anak cucu kita yang disebut anak milenial kurang memahami seluk-beluk Pancasila, di mana Pancasila merupakan dasar negara kita yang seharusnya kita mampu menghafal dan melafalkan serta menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kita belum terlambat untuk mau berubah ke arah yang lebih baik, butuh kerja sama seluruh anak bangsa untuk saling bergandengan tangan, jangan mau kita dihasut oleh orang-orang yang beraliran radikal yang mengatasnamakan agama. Jangan mau kita diadu domba antaragama oleh orang-orang yang mengatasnamakan keturunan nabi.

Ingat bangsa ini besar karena pendahulu kita yang berjuang dengan mengorbankan darahnya. Kita wajib menjaga kemerdekaan ini, Kita harus lebih pandai dari mereka yang ingin memporak-porandakan kesatuan dan persatuan bangsa. Kita harus bisa merawat Kebhinnekaan dari Sabang sampai Merauke dari Miangas ke Pulau Roye. Generasi muda...Jangan lengah, tetap Waspada dan berhati-hati dalam setiap langkah...Karena Indonesia ke depan di tanganmu. Saat ini dibutuhkan sosok generasi muda yang berideologi Pancasila dan berjiwa ksatria untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.
(abd)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.8004 seconds (0.1#10.140)