Ketauladanan Itu Penting!

Jum'at, 20 November 2020 - 21:33 WIB
loading...
A A A
Anak-anak itu secara alami bahkan dengan diam-diam memperhatikan kedua orang tuanya. Mereka akan kagum atau sebaliknya kecewa kepada orang tua mereka, tergantung bagaiman kedua orang tua membawa diri di hadapan anak-anaknya.

Doa yang selalu kita panjatkan: "waj'alna lil muttaqiina imaama" (jadikan kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa) salah satunya mengindikasikan pentingnya membangun ketauladanan kepada anak.

Ketiga, Urgensi membangun ketauladanan kepada sesama Mukmin. Bahwa seorang Mukmin itu adalah tauladan kepada sesama Mukmin. Ini yang ditegaskan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW: "al-mu’minu mir-aatul mu'min" (orang beriman itu adalah cermin kepada sesama orang beriman).

Menjadi tauladan kepada sesama Mukmin itu juga diekspresikan dalam ayat dengan "ba'dhuhum awliyaa ba'da" (mereka adalah wali di antara mereka).

Dengan melihat kepada sesama Mukmin akan terbangun keinginan untuk saling mencontoh kebaikan dan saling memperbaiki kesalahan. Itulah juga salah satu makna makna dari "tawashow bil-haqq wa tawashow bis-shobr". Tidak selamanya dalam bentuk ceramah dan kata-kata. Tapi juga saling menjadi contoh satu sama lain.

Keempat, ketauladanan juga menjadi sangat penting kepada sesama manusia, termasuk kepada non Muslim di sekitar kita. Bahkan lebih penting lagi ketika hal ini dibawa ke ranah dakwah.

Saya sering menyampaikan bahwa metode Dakwah yang paling efektif adalah "al-qudwah" (ketauladanan). Bahwa ketika Islam ditampilkan dalam kehidupan nyata itu lebih dahsyat dampaknya kepada teman-teman non Muslim ketimbang menceramahkannya dengan retorika-retorika indah.

Dakwah dalam ceramah itu efektifitasnya dalam merubah persepsi atau menjadi jalan hidayah hanya 15-20 persen dari seluruh rangkaian Dakwah itu sendiri.

Di sinilah Urgensinya setiap Muslim untuk mampu membangun ketauladanan kepada sesama manusia di sekitarnya. Dengan prilaku dan akhlak mulia manusia akan berubah dan mengubah pandangan, bahkan boleh jadi menerima Islam sebagai jalan hidupnya.

Kelima, tentu saja jika anda berada di posisi kepemimpinan Umat (publik) maka anda harus mampu membangun ketauladanan. Mereka yang dipimpin tidak saja melihat kepada kemampuan menejerial dalam kepemimpinan. Tapi juga melihat kepada karakter dan integritas sang Pemimpin.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1463 seconds (0.1#10.140)