Ancaman Perkotaan: Sampah dan Air Bersih

Senin, 25 November 2024 - 06:19 WIB
loading...
Ancaman Perkotaan: Sampah...
Candra Fajri Ananda, Staf Khusus Menteri Keuangan RI. Foto/SINDOnews
A A A
Candra Fajri Ananda
Staf Khusus Menteri Keuangan RI

PERKOTAAN telah lama menjadi pusat dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang memengaruhi pembangunan suatu negara. Dibingkai dengan gemerlap berbagai fasilitas modern, layanan publik yang mumpuni, serta dominasi sektor jasa, kota kerap menjadi magnet bagi individu dari berbagai latar belakang yang mencari peluang pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang lebih baik.

Kota merupakan wilayah dengan karakteristik khas yang membedakannya dari desa. Salah satu ciri utama kota adalah tersedianya fasilitas publik yang memadai, seperti infrastruktur transportasi, layanan kesehatan, dan fasilitas pendidikan berkualitas. Selain itu, sektor jasa seringkali menjadi dominan dalam perekonomian kota, mencakup perdagangan, perbankan, dan pariwisata.

Tingkat pendidikan di perkotaan pun umumnya lebih tinggi dibandingkan perdesaan, didukung oleh keberadaan institusi pendidikan yang beragam dan berkualitas. Ironisnya, di balik segala keunggulan ini, kota juga menghadapi tantangan kompleks seperti ketimpangan sosial, urbanisasi yang tidak terkendali, serta hubungan uniknya dengan wilayah perdesaan.

Kota sering menjadi magnet bagi individu yang mencari peluang kerja dan pendidikan yang lebih baik. Hal tersebut lantaran kota dapat menawarkan berbagai kesempatan Pendidikan – baik formal maupun non-formal – termasuk pelatihan keterampilan dan kursus non-gelar.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, urbanisasi di Indonesia terus meningkat, dengan persentase penduduk perkotaan mencapai 56,7%. Pasalnya, tidak hanya tenaga kerja terampil yang kerap berbondong-bondong hijrah ke kota, melainkan juga mereka yang belum memiliki keahlian khusus pun datang ke kota dengan harapan meningkatkan kualitas hidup.

Alhasil, urbanisasi yang pesat menimbulkan tantangan, seperti kemacetan, polusi, dan kesenjangan sosial. Selain itu, urbanisasi yang cepat juga seringkali menyebabkan munculnya permukiman kumuh dan meningkatnya angka kriminalitas. Oleh sebab itu, diperlukan kebijakan yang komprehensif untuk mengatasi permasalahan tersebut dan memastikan pertumbuhan yang inklusif.

Dinamika Problematika Perkotaan

Hingga kini, perkotaan di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan klasik yang terus berulang, seperti anak jalanan, pengelolaan sampah, ketersediaan air bersih, pemukiman kumuh, banjir, dan kemacetan lalu lintas. Meski semua berbagai permasalahan tersebut merupakan hal penting yang perlu diselesaikan, dua isu paling mendesak saat ini adalah sampah dan ketersediaan air bersih. Pasalnya, keduanya tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, tetapi juga mencerminkan kurangnya tata kelola perkotaan yang berkelanjutan.

Douglass North – seorang ekonom kelembagaan – menyoroti pentingnya aturan formal dan informal dalam memengaruhi kinerja suatu sistem. Dalam konteks perkotaan, kelembagaan yang efektif diperlukan untuk memastikan pengelolaan sampah dan penyediaan air bersih berjalan optimal. Artinya, lemahnya koordinasi antarinstansi pemerintah, kurangnya transparansi, serta minimnya penegakan aturan membuat masalah ini semakin sulit diatasi.

Misalnya, pengelolaan sampah seringkali terjebak dalam fragmentasi kelembagaan. Banyak kota di Indonesia belum memiliki sistem terpadu untuk mengelola sampah secara berkelanjutan. Pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat sering kali berjalan sendiri-sendiri tanpa sinergi yang jelas.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1406 seconds (0.1#10.140)