Masih Ada 29% Masyarakat Tak Tahu 3T Memutus Penularan Corona
loading...
A
A
A
JAKARTA - Managing Director IPSOS Indonesia, Soeprapto Tan mengungkapkan dari survei sebanyak 71% masyarakat Indonesia sudah memahami 3T (testing, tracing, dan treatment) untuk memutus penularan virus Corona (Covid-19). Dan masih ada 29% masyarakat yang tidak tahu mengenai 3T.
(Baca juga: Massa Penjemput Habib Rizieq Dipersoalkan, Ustaz Haikal: Cinta Itu Resonansi)
"Nah, yang menarik itu adalah ketika berbicara mengenai 3T itu, masih ada sekitar 29% itu yang tidak even aware, mereka nggak ngerti itu sebenarnya 3T itu apa," kata Soeprapto dalam dialog KPC PEN bertema Optimisme Masyarakat Terhadap 3T secara virtual, Kamis (12/11/2020).
Sementara kata Soeprapto, pemahaman masyarakat tentang 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun) lebih tinggi yakni sekitar 99%. (Baca juga: Bawaslu Usul Sirekap Tak Digunakan di Pilkada 2020)
"Jadi kalau kita lihat ya, kita coba bandingkan antara sebenarnya awareness masyarakat terhadap 3M dan 3T. Awareness antara orang mengerti 3M dan orang mengerti 3T ya. Kalau bisa dibilang sih ya, 3M itu mereka udah mengerti sekitar 99%. Nah kalau 99% ini biasanya orang sudah auto pilot," katanya.
Fakta dari data ini, kata Soeprapto ada kesan bahwa 3M dan 3T adalah dua hal yang berbeda. Padahal, keduanya harus menjadi kesatuan untuk memutus rantai penularan Covid-19. “Jadi sebenarnya terkesan tuh kayaknya 3M dan 3T itu dua hal yang terpisah. Padahal seharusnya kan ini jadi satu, yang merupakan mata rantai,” katanya.
Apalagi, kata Soeprapto, saat ini lebih masif iklan-iklan mengenai 3M dibandingkan 3T. “Nah, kelihatannya memang campaign 3M itu memang lebih masif dibandingkan dengan 3T. Memang kan awal campaign-nya kan fokus kita disiplin kepada 3M di radio, di sosial media pun, bahkan di TV pun social aware-nya lebih tinggi dibandingkan dengan 3T.”
“Jadi ya sekarang seharusnya progressing ya, 3M udah, dan saya rasa sekarang saatnya 3T dimasifkan,” tegas Soeprapto.
(Baca juga: Massa Penjemput Habib Rizieq Dipersoalkan, Ustaz Haikal: Cinta Itu Resonansi)
"Nah, yang menarik itu adalah ketika berbicara mengenai 3T itu, masih ada sekitar 29% itu yang tidak even aware, mereka nggak ngerti itu sebenarnya 3T itu apa," kata Soeprapto dalam dialog KPC PEN bertema Optimisme Masyarakat Terhadap 3T secara virtual, Kamis (12/11/2020).
Sementara kata Soeprapto, pemahaman masyarakat tentang 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun) lebih tinggi yakni sekitar 99%. (Baca juga: Bawaslu Usul Sirekap Tak Digunakan di Pilkada 2020)
"Jadi kalau kita lihat ya, kita coba bandingkan antara sebenarnya awareness masyarakat terhadap 3M dan 3T. Awareness antara orang mengerti 3M dan orang mengerti 3T ya. Kalau bisa dibilang sih ya, 3M itu mereka udah mengerti sekitar 99%. Nah kalau 99% ini biasanya orang sudah auto pilot," katanya.
Fakta dari data ini, kata Soeprapto ada kesan bahwa 3M dan 3T adalah dua hal yang berbeda. Padahal, keduanya harus menjadi kesatuan untuk memutus rantai penularan Covid-19. “Jadi sebenarnya terkesan tuh kayaknya 3M dan 3T itu dua hal yang terpisah. Padahal seharusnya kan ini jadi satu, yang merupakan mata rantai,” katanya.
Apalagi, kata Soeprapto, saat ini lebih masif iklan-iklan mengenai 3M dibandingkan 3T. “Nah, kelihatannya memang campaign 3M itu memang lebih masif dibandingkan dengan 3T. Memang kan awal campaign-nya kan fokus kita disiplin kepada 3M di radio, di sosial media pun, bahkan di TV pun social aware-nya lebih tinggi dibandingkan dengan 3T.”
“Jadi ya sekarang seharusnya progressing ya, 3M udah, dan saya rasa sekarang saatnya 3T dimasifkan,” tegas Soeprapto.
(maf)