Menanti Babak Akhir Pandemi
loading...
A
A
A
KABAR menggembirakan datang dari beberapa produsen farmasi di Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Raksasa farmasi Pfizer mengumumkan vaksin yang diproduksinya menunjukkan efektivitas sebesar 90% dalam melawan Covid-19. Presiden AS Donald Trump mengumumkan secara langsung capaian Pfizer tersebut. Dia optimistis salah satu produsen farmasi terbesar di Negeri Paman Sam itu akan menyelesaikan uji fase ketiga dalam waktu dekat.
Selain Pfizer, raksasa farmasi asal Rusia juga berhasil mencapai uji fase ketiga untuk vaksin Sputnik V. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim negaranya merupakan yang pertama berhasil menemukan virus penangkal Covid-19. Keberhasilan dua negara adidaya itu tentu kabar baik bagi dunia. Optimisme akan segera berakhirnya pandemi pun muncul di seantero dunia. Pasar keuangan dan pasar saham meresponsnya dengan gegap gempita. Indeks saham di negara-negara maju dan negara berkembang kompak naik.
Aktivitas ekonomi pun mulai menunjukkan geliatnya meskipun masih dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pandemi Covid-19 ini telah mengguncang perekonomian banyak negara di belahan dunia. Keberadaan vaksin diharapkan bisa menjadi jalan keluar dari pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun itu.
Selain vaksin, perpolitikan AS juga diyakini menentukan arah perekonomian dunia pada tahun depan. Sebabnya, sejak 2018 perekonomian dunia dilanda gejolak dan ketidakpastian karena perang dagang antara AS dengan China. AS ingin memungut tarif besar-besaran terhadap produk-produk China sebagai bentuk perang dagang. Kebijakan AS yang dianggap merugikan China memberikan dampak pada kegiatan ekspor-impor barang dan komoditas dari negara lain.
Alhasil, beberapa negara yang menjadikan AS dan China sebagai pasar tujuan ekspor mengalami banyak hambatan. Meskipun saat ini masih belum ada kejelasan dari pemerintahan yang baru kelak, namun apa pun kebijakan yang akan diambil diyakini berdampak besar terhadap iklim usaha dua negara, juga negara-negara lainnya. Saat ini China menerapkan kebijakan sama untuk merespons Amerika, yakni menerapkan tarif yang tinggi untuk produk-produk asal AS yang masuk China.
Jika perang dagang tersebut tak kunjung usai, maka bisa dipastikan ekonomi dunia masih terhambat ada perang dagang tersebut meskipun vaksin Covid-19 telah mencapai tahap akhir. Tentu dunia berharap kebijakan-kebijakan dari AS mampu mengurangi tensi perang dagang dengan China karena dua negara merupakan motor penggerak perekonomian dunia.
Bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kepastian vaksin Covid-19 dan berakhirnya perang dagang tentu akan menghadirkan berkah bagi perekonomian. Meskipun negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kondisi ekonomi yang kurang baik hingga kuartal ketiga, namun dengan keberadaan vaksin tersebut akan berdampak pada tumbuhnya ekonomi pada kuartal keempat. Ditambah lagi apabila AS dan China melakukan kesepakatan penghentian perang dagang pada tahun depan, maka tentunya ada harapan besar bahwa ekonomi pada kuartal pertama 2021 akan tumbuh cepat.
Di dalam negeri proyek-proyek infrastruktur sedang disiapkan dan ditargetkan tahun depan sudah bisa berjalan penuh. Stabilitas moneter dan sektor usaha juga diharapkan bisa ikut mendorong ekonomi nasional bertumbuh lebih cepat. Tensi politik di dalam negeri yang cenderung kondusif juga menjadi daya dukung terhadap peluang ekonomi nasional untuk terus bertumbuh. Semua tentu berharap pandemi Covid-19 segera berakhir untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang.
Selain Pfizer, raksasa farmasi asal Rusia juga berhasil mencapai uji fase ketiga untuk vaksin Sputnik V. Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim negaranya merupakan yang pertama berhasil menemukan virus penangkal Covid-19. Keberhasilan dua negara adidaya itu tentu kabar baik bagi dunia. Optimisme akan segera berakhirnya pandemi pun muncul di seantero dunia. Pasar keuangan dan pasar saham meresponsnya dengan gegap gempita. Indeks saham di negara-negara maju dan negara berkembang kompak naik.
Aktivitas ekonomi pun mulai menunjukkan geliatnya meskipun masih dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat. Pandemi Covid-19 ini telah mengguncang perekonomian banyak negara di belahan dunia. Keberadaan vaksin diharapkan bisa menjadi jalan keluar dari pandemi yang sudah berlangsung hampir satu tahun itu.
Selain vaksin, perpolitikan AS juga diyakini menentukan arah perekonomian dunia pada tahun depan. Sebabnya, sejak 2018 perekonomian dunia dilanda gejolak dan ketidakpastian karena perang dagang antara AS dengan China. AS ingin memungut tarif besar-besaran terhadap produk-produk China sebagai bentuk perang dagang. Kebijakan AS yang dianggap merugikan China memberikan dampak pada kegiatan ekspor-impor barang dan komoditas dari negara lain.
Alhasil, beberapa negara yang menjadikan AS dan China sebagai pasar tujuan ekspor mengalami banyak hambatan. Meskipun saat ini masih belum ada kejelasan dari pemerintahan yang baru kelak, namun apa pun kebijakan yang akan diambil diyakini berdampak besar terhadap iklim usaha dua negara, juga negara-negara lainnya. Saat ini China menerapkan kebijakan sama untuk merespons Amerika, yakni menerapkan tarif yang tinggi untuk produk-produk asal AS yang masuk China.
Jika perang dagang tersebut tak kunjung usai, maka bisa dipastikan ekonomi dunia masih terhambat ada perang dagang tersebut meskipun vaksin Covid-19 telah mencapai tahap akhir. Tentu dunia berharap kebijakan-kebijakan dari AS mampu mengurangi tensi perang dagang dengan China karena dua negara merupakan motor penggerak perekonomian dunia.
Bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kepastian vaksin Covid-19 dan berakhirnya perang dagang tentu akan menghadirkan berkah bagi perekonomian. Meskipun negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mengalami kondisi ekonomi yang kurang baik hingga kuartal ketiga, namun dengan keberadaan vaksin tersebut akan berdampak pada tumbuhnya ekonomi pada kuartal keempat. Ditambah lagi apabila AS dan China melakukan kesepakatan penghentian perang dagang pada tahun depan, maka tentunya ada harapan besar bahwa ekonomi pada kuartal pertama 2021 akan tumbuh cepat.
Di dalam negeri proyek-proyek infrastruktur sedang disiapkan dan ditargetkan tahun depan sudah bisa berjalan penuh. Stabilitas moneter dan sektor usaha juga diharapkan bisa ikut mendorong ekonomi nasional bertumbuh lebih cepat. Tensi politik di dalam negeri yang cenderung kondusif juga menjadi daya dukung terhadap peluang ekonomi nasional untuk terus bertumbuh. Semua tentu berharap pandemi Covid-19 segera berakhir untuk menyongsong masa depan yang lebih gemilang.
(bmm)