Pastikan Vaksin Merah Putih Aman
loading...
A
A
A
Indonesia sendiri tidak bisa menggantungkan kebutuhan vaksin dengan pihak luar semata. Belum lagi, nantinya perusahaan luar yang penjual vaksin diyakini akan semena-mena mematok harga karena banyak negara yang sangat membutuhkan vaksin. Jadi mau enggak mau meskipun kita tetap menjalankan trek yang pertama tadi, trek yang kedua yaitu (pengembangan) vaksin Merah Putih tetap harus dikedepankan.
Setelah dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19, terdapat enam institusi yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih dengan masing-masing platform. Enam institusi itu adalah Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman (platform subunit protein rekombinan mamalia based dan yeast based), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI/protein rekombinan fusi), Universitas Gajah Mada (UGM/protein rekombinan), Universitas Indonesia (UI/DNA, mRNA, virus like particles), Institut Teknologi Bandung (ITB/adenovirus), dan Universitas Airlangga (Unair/adenovirus dan adeno associated virus based).
Dari enam lembaga yang terlibat ini, progresnya sendiri sudah sejauh mana?
Kita melihat sebenarnya kemampuan dari riset kita dalam penemuan vaksin itu sudah sangat baik. Dan, banyak pihak juga yang kemudian sudah tahu cara mengembangkan vaksin dengan platform berbeda. Dan, dari enam lembaga yang sedang berkutat di laboratorium masing-masing itu, ada tiga kandidat vaksin yang bisa diproduksi massal pada 2021, yakni vaksin dari protein rekombinan yang dikembangkan Eijkman, vaksin dari adenovirus-nya Unair, dan UI yang mengembangkan vaksin dari DNA-RNA. Saat ini yang sedang dikawal intensif ialah Eijkman yang diharapkan bisa melakukan uji klinis pada hewan, menjelang akhir tahun. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
Setelah uji hewan selesai, dan kalau hasilnya bagus, maka kita harapkan segera bibit vaksin diberikan kepada Bio Farma. Bio Farmalah yang akan melakukan uji klinis tahap I, II, dan III, dan BPOM yang akan memberikan izinnya. Kita harapkan kalau semuanya bisa dilakukan upaya yang maksimal dan dipercepat, triwulan keempat 2021 mudah-mudahan vaksin Merah Putih ini sudah bisa diproduksi massal dan digunakan dalam vaksinasi..
Satu hal yang perlu juga disampaikan, DNA tubuh kita yang ditimbulkan oleh vaksin tidak akan seumur hidup bertahan, suatu saat akan habis. Karena suatu saat akan habis, di sinilah perlunya vaksin Merah Putih. Ketika DNA tubuh kita berkurang, maka harus ada revaksinasi atau Booster supaya daya imun kita terhadap Covid-19 tetap kuat. Jadi, itu garis besar dari urgensi dan pengembangan vaksin Merah Putih.
Berapa besaran anggaran untuk riset dan pengembangan vaksin ini?
Kemenristek telah menggelontorkan dana Rp10 miliar untuk Eijkman. Anggaran tersebut digunakan untuk riset dan juga pembuatan reagen. Anggaran besar ini diberikan karena dari segi fasilitas Eijkman telah memiliki laboratorium dan peralatan yang sudah cukup lengkap. Sedangkan untuk tahap selanjutnya yakni uji klinis pemerintah akan menganggarkan Rp300 miliar agar vaksin bisa segera diproduksi massal.
Untuk vaksin Merah Putih sendiri, bagaimana pemerintah menjamin keamanannya walau prosesnya dikebut?
Prinsip utama yang dipegang pemerintah ialah vaksin tidak boleh memberikan side effect atau dampak yang membahayakan bagi manusia. “Makanya itu, di sinilah peran dari uji klinis itu sangat penting untuk jaminan keamanan vaksin. Jadi bukan persoalan cepat atau tidaknya. Sinovac saja hanya memerlukan waktu satu tahun dari mulai riset hingga uji klinis yang selesai Desember nanti,” kata Bambang. (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintecj Wajib Lindungi Data Pribadi)
Setelah dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19, terdapat enam institusi yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih dengan masing-masing platform. Enam institusi itu adalah Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman (platform subunit protein rekombinan mamalia based dan yeast based), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI/protein rekombinan fusi), Universitas Gajah Mada (UGM/protein rekombinan), Universitas Indonesia (UI/DNA, mRNA, virus like particles), Institut Teknologi Bandung (ITB/adenovirus), dan Universitas Airlangga (Unair/adenovirus dan adeno associated virus based).
Dari enam lembaga yang terlibat ini, progresnya sendiri sudah sejauh mana?
Kita melihat sebenarnya kemampuan dari riset kita dalam penemuan vaksin itu sudah sangat baik. Dan, banyak pihak juga yang kemudian sudah tahu cara mengembangkan vaksin dengan platform berbeda. Dan, dari enam lembaga yang sedang berkutat di laboratorium masing-masing itu, ada tiga kandidat vaksin yang bisa diproduksi massal pada 2021, yakni vaksin dari protein rekombinan yang dikembangkan Eijkman, vaksin dari adenovirus-nya Unair, dan UI yang mengembangkan vaksin dari DNA-RNA. Saat ini yang sedang dikawal intensif ialah Eijkman yang diharapkan bisa melakukan uji klinis pada hewan, menjelang akhir tahun. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)
Setelah uji hewan selesai, dan kalau hasilnya bagus, maka kita harapkan segera bibit vaksin diberikan kepada Bio Farma. Bio Farmalah yang akan melakukan uji klinis tahap I, II, dan III, dan BPOM yang akan memberikan izinnya. Kita harapkan kalau semuanya bisa dilakukan upaya yang maksimal dan dipercepat, triwulan keempat 2021 mudah-mudahan vaksin Merah Putih ini sudah bisa diproduksi massal dan digunakan dalam vaksinasi..
Satu hal yang perlu juga disampaikan, DNA tubuh kita yang ditimbulkan oleh vaksin tidak akan seumur hidup bertahan, suatu saat akan habis. Karena suatu saat akan habis, di sinilah perlunya vaksin Merah Putih. Ketika DNA tubuh kita berkurang, maka harus ada revaksinasi atau Booster supaya daya imun kita terhadap Covid-19 tetap kuat. Jadi, itu garis besar dari urgensi dan pengembangan vaksin Merah Putih.
Berapa besaran anggaran untuk riset dan pengembangan vaksin ini?
Kemenristek telah menggelontorkan dana Rp10 miliar untuk Eijkman. Anggaran tersebut digunakan untuk riset dan juga pembuatan reagen. Anggaran besar ini diberikan karena dari segi fasilitas Eijkman telah memiliki laboratorium dan peralatan yang sudah cukup lengkap. Sedangkan untuk tahap selanjutnya yakni uji klinis pemerintah akan menganggarkan Rp300 miliar agar vaksin bisa segera diproduksi massal.
Untuk vaksin Merah Putih sendiri, bagaimana pemerintah menjamin keamanannya walau prosesnya dikebut?
Prinsip utama yang dipegang pemerintah ialah vaksin tidak boleh memberikan side effect atau dampak yang membahayakan bagi manusia. “Makanya itu, di sinilah peran dari uji klinis itu sangat penting untuk jaminan keamanan vaksin. Jadi bukan persoalan cepat atau tidaknya. Sinovac saja hanya memerlukan waktu satu tahun dari mulai riset hingga uji klinis yang selesai Desember nanti,” kata Bambang. (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintecj Wajib Lindungi Data Pribadi)