Pastikan Vaksin Merah Putih Aman

Senin, 09 November 2020 - 07:01 WIB
loading...
Pastikan Vaksin Merah...
Menristek/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro. Foto: dok/Isra Triansyah
A A A
JAKARTA - Memerangi Covid-19 hanya dengan mengandalkan pengobatan dan langkah pencegahan sesuai protokol kesehatan hingga tercipta herd immunity (kekebalan massal) secara alami adalah sebuah keniscayaan. Makanya seluruh masyarakat dunia termasuk Indonesia kini berlomba menemukan dan mengembangkan vaksin Covid-19.



Khusus di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/ BRIN) tengah fokus mengembangkan vaksin yang dinamai Merah Putih. Selain sebagai wujud kemandirian bangsa, pengembangan vaksin juga mutlak diperlukan negara berpenduduk 270 juta jiwa ini. (Baca: Pentingnya Tafakuri Diri)

Karena jika harus membeli seluruh vaksin Covid-19 dari luar, akan banyak menguras anggaran negara. Bisa dibayangkan, minimal 2/3 penduduk Indonesia harus divaksinasi dan itu pun diberikan dua kali sehingga dibutuhkan 360 juta vaksin.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang PS Brodjonegoro dalam wawancara khusus dengan SINDO Media, Jumat (6/11), mengatakan, karena mendesaknya kebutuhan akan vaksin Covid-19 ini, mau tidak mau pemerintah harus berupaya serius dan membangun kemandirian vaksin. Untuk mengetahui persis kebutuhan-kebutuhan apa saja selama proses pengembangan vaksin Covid-19 dan pengerjaannya, berikut hasil wawancaranya.

Pengembangan vaksin Merah Putih ini sudah menjadi perbincangan khalayak, bisa diceritakan prosesnya…

Dalam upaya penelitian dan pengembangan vaksin Covid-19 Merah Putih ini, pemerintah membangun jalur double track. Trek pertama adalah pemerintah bekerja sama dengan pihak luar negeri dalam hal pembelian bibit vaksin. Trek kedua mengembangkan bibit vaksin yang dibeli tadi untuk kemudian diproduksi di dalam negeri. Para peneliti dalam negeri nantinya mengembangkannya dengan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang bertransmisi di Indonesia. Adapun produksi vaksinnya juga akan dilakukan oleh perusahaan farmasi Indonesia. (Baca juga: Sosialisasi Minim, Banyak Sekolah Tak Tahu Penyederhanaan Kurikulum)

Saat ini pembicaraan tengah dilakukan oleh perusahaan farmasi Sinovac, Sinopharm, Astrazeneca, dan perusahaan farmasi lainnya. Dipilihnya perusahaan-perusahaan ini karena terlihat paling maju atau progresnya paling cepat dalam pengembangan vaksin, bahkan sudah memasuki uji klinis tahap ketiga. Meski belum ada yang pasti, namun diperkirakan akhir 2020 vaksin dari perusahaan-perusahaan ini tadi sudah diproduksi dalam jumlah massal.

Alasan mendesak sehingga pemerintah terlihat sangat antusias mengembangkan vaksin Merah Putih?

Keberadaan vaksin sangat dibutuhkan untuk penanganan corona yang saat ini sudah mencapai 49,7 juta kasus di dunia. Mengapa, karena harus ada kekebalan massal atau herd immunity yang hanya bisa dicapai dengan adanya vaksin tersebut. Dengan vaksin, maka menjadi tameng diri untuk mencegah penyebaran (Covid19) ke orang lain. Dengan kata lain, vaksin tidak hanya melindungi diri sendiri, tetapi juga melindungi orang lain.

Indonesia sendiri tidak bisa menggantungkan kebutuhan vaksin dengan pihak luar semata. Belum lagi, nantinya perusahaan luar yang penjual vaksin diyakini akan semena-mena mematok harga karena banyak negara yang sangat membutuhkan vaksin. Jadi mau enggak mau meskipun kita tetap menjalankan trek yang pertama tadi, trek yang kedua yaitu (pengembangan) vaksin Merah Putih tetap harus dikedepankan.

Setelah dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19, terdapat enam institusi yang melakukan pengembangan vaksin Merah Putih dengan masing-masing platform. Enam institusi itu adalah Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman (platform subunit protein rekombinan mamalia based dan yeast based), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI/protein rekombinan fusi), Universitas Gajah Mada (UGM/protein rekombinan), Universitas Indonesia (UI/DNA, mRNA, virus like particles), Institut Teknologi Bandung (ITB/adenovirus), dan Universitas Airlangga (Unair/adenovirus dan adeno associated virus based).

Dari enam lembaga yang terlibat ini, progresnya sendiri sudah sejauh mana?

Kita melihat sebenarnya kemampuan dari riset kita dalam penemuan vaksin itu sudah sangat baik. Dan, banyak pihak juga yang kemudian sudah tahu cara mengembangkan vaksin dengan platform berbeda. Dan, dari enam lembaga yang sedang berkutat di laboratorium masing-masing itu, ada tiga kandidat vaksin yang bisa diproduksi massal pada 2021, yakni vaksin dari protein rekombinan yang dikembangkan Eijkman, vaksin dari adenovirus-nya Unair, dan UI yang mengembangkan vaksin dari DNA-RNA. Saat ini yang sedang dikawal intensif ialah Eijkman yang diharapkan bisa melakukan uji klinis pada hewan, menjelang akhir tahun. (Baca juga: Penyakit Penyerta Covid-19 Perlu Diwaspadai)

Setelah uji hewan selesai, dan kalau hasilnya bagus, maka kita harapkan segera bibit vaksin diberikan kepada Bio Farma. Bio Farmalah yang akan melakukan uji klinis tahap I, II, dan III, dan BPOM yang akan memberikan izinnya. Kita harapkan kalau semuanya bisa dilakukan upaya yang maksimal dan dipercepat, triwulan keempat 2021 mudah-mudahan vaksin Merah Putih ini sudah bisa diproduksi massal dan digunakan dalam vaksinasi..

Satu hal yang perlu juga disampaikan, DNA tubuh kita yang ditimbulkan oleh vaksin tidak akan seumur hidup bertahan, suatu saat akan habis. Karena suatu saat akan habis, di sinilah perlunya vaksin Merah Putih. Ketika DNA tubuh kita berkurang, maka harus ada revaksinasi atau Booster supaya daya imun kita terhadap Covid-19 tetap kuat. Jadi, itu garis besar dari urgensi dan pengembangan vaksin Merah Putih.

Berapa besaran anggaran untuk riset dan pengembangan vaksin ini?

Kemenristek telah menggelontorkan dana Rp10 miliar untuk Eijkman. Anggaran tersebut digunakan untuk riset dan juga pembuatan reagen. Anggaran besar ini diberikan karena dari segi fasilitas Eijkman telah memiliki laboratorium dan peralatan yang sudah cukup lengkap. Sedangkan untuk tahap selanjutnya yakni uji klinis pemerintah akan menganggarkan Rp300 miliar agar vaksin bisa segera diproduksi massal.

Untuk vaksin Merah Putih sendiri, bagaimana pemerintah menjamin keamanannya walau prosesnya dikebut?

Prinsip utama yang dipegang pemerintah ialah vaksin tidak boleh memberikan side effect atau dampak yang membahayakan bagi manusia. “Makanya itu, di sinilah peran dari uji klinis itu sangat penting untuk jaminan keamanan vaksin. Jadi bukan persoalan cepat atau tidaknya. Sinovac saja hanya memerlukan waktu satu tahun dari mulai riset hingga uji klinis yang selesai Desember nanti,” kata Bambang. (Baca juga: Kemendagri: Perusahaan Fintecj Wajib Lindungi Data Pribadi)

Lalu, prinsip kedua ialah keefektifan. Di mana vaksin yang dibuat harus membangkitkan daya tahan tubuh atau membentuk antibodi terhadap virus. Bio Farma sudah memiliki rekam jejak baik sebagai produsen vaksin di Tanah air. Terdapat ahli-ahli mikrobiologi yang sudah banyak terlibat dalam pengembangan vaksin di Indonesia, salah satu misalnya untuk penyakit hepatitis B. Bio Farma juga memiliki peralatan baik di laboratorium dan di pabrik yang lengkap untuk membuat vaksin-vaksin yang sesuai dengan kebutuhan penduduk Indonesia.

Dalam hal penanganan corona ini, pemerintah sepertinya kurang tertarik untuk upaya pengobatan, lebih fokus pada pengembangan vaksin.

Sebenarnya semua upaya penanganan corona, mulai dari langkah pencegahan, pengobatan sampai pengembangan vaksin , itu pemerintah serius semua. Jadi, selain dua jalur pengadaan vaksin untuk mencapai kekebalan massal, pemerintah juga sedang mengembangkan terapi plasma konvalesen yang tahap uji klinis tahap pertamanya sudah selesai. Saat ini sedang memasuki uji klinis tahap kedua dengan 30 rumah sakit. Di uji klinis pertama sudah disimpulkan bahwa pertama terapi ini aman. Ini yang paling penting jadi terapi ini sudah dinyatakan aman.

Terapi plasma konvalesen ini akan sangat baik diberikan kepada pasien kategori ringan sedang atau sedang berat. Sedangkan terapi ini tidak akan efektif jika diberikan kepada pasien yang sudah kritis. Selain itu, juga ada terapi stem cell yang dinilai bisa menyelamatkan nyawa pasien dengan memperbaiki jaringan paru-paru yang sudah akut sebagai akibat dari korona. Imunomodulator atau obat herbal untuk suplemen khusus Covid-19 untuk membantu daya tahan tubuh juga sedang dilakukan. (Lihat videonya: Viral Video Jalan Rusak di Lebak)

Adakah kemungkinan nantinya vaksinasi ini nantinya digratiskan?

Ini sebenarnya bukan lagi pekerjaan kita (Kemenristek). Tapi, dalam rapat terbatas di Istana memang ada wacana vaksin yang diberikan gratis dan ada vaksin mandiri. Vaksin gratis akan diberikan kepada tenaga kesehatan yang melayani masyarakat secara langsung. Kemudian juga akan diberikan kepada peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Pastinya pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin vaksinasi ini tidak memberatkan masyarakat. Dan, paling penting vaksinasi ini bertujuan untuk menyelamatkan nyawa banyak orang. (Neneng Zubaidah/Fahmi Bachtiar)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1709 seconds (0.1#10.140)