Disiplin Kunci Atasi Corona
loading...
A
A
A
Di sisi lain dia mengakui saat ini masih ditemukan masyarakat yang berkerumun dan tidak disiplin menggunakan masker. Dia berharap bukan hanya aparat yang mengingatkan untuk disiplin, tapi masyarakat juga bisa secara sadar mendisiplinkan diri.
Sebelumnya Jokowi berharap pada Mei ini kurva kasus positif korona di Indonesia menurun. Selanjutnya pada Juni masuk pada posisi sedang dan pada Juli bisa masuk posisi ringan. Dia optimistis harapan tersebut bisa terwujud jika semua elemen bangsa bersatu bersama-sama mengatasi corona.
Seperti diketahui, virus corona menyebar luas ke seluruh negara di dunia. Dengan tingkat penyebaran yang beraneka ragam, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam menangani dan menghadapi virus mematikan tersebut. Namun, semuanya sepakat: mencegah lebih baik daripada mengobati.
China yang menjadi pusat wabah Covid-19 juga bergerak agresif dan efektif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memuji China sebagai negara dengan respons tercepat dan terbaik di sepanjang sejarah penyakit menular. Kelebihan China ialah pemerintah dan masyarakatnya kompak menangani virus itu.
Sejak Covid-19 mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei pada Januari lalu, Pemerintah China langsung mengisolasi kawasan berpenduduk 60 juta jiwa itu dari provinsi lainnya. Tidak ada seorang pun yang boleh masuk atau keluar. Uniknya, masyarakat setempat sangat taat terhadap pemimpin mereka walau ketakutan.
Di saat masyarakat mengurung diri di rumah, petugas menggalakkan sterilisasi di tempat umum, memeriksa kesehatan warga, dan merazia truk pengangkut hewan liar. Pasien yang terinfeksi Covid-19 akan diprioritaskan di rumah sakit (RS), sedangkan mereka yang mengalami gejala demam dikarantina di tempat lain.
Kesigapan China dalam menangani Covid-19 tidak terlepas dari pengalaman mereka setelah diserang virus corona SARS pada 2003. Saat itu China tidak transparan dan kalang kabut. Selain sistemnya amburadul dan banyak korban yang tewas karena kebingungan, dampak ekonomi pascawabah sangat memilukan.
Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura tidak bergerak seagresif China dalam menangani Covid-19, tapi mereka banyak belajar dari Negeri Tirai Bambu. Kunci kesuksesan mencegah dan mengendalikan virus itu terletak pada manajemen masyarakat, pemeriksaan kesehatan, dan aturan karantina.
Kebijakan yang tepat dan efektif membantu mereka memperlambat laju penularan Covid-19. Sebaliknya, di negara Barat, situasinya kian memburuk. “Di China, warga akan tinggal di rumah jika diimbau demikian, tapi di negara demokratis, hal itu tidak mudah,” kata ahli penyakit menular Chang Shan-chwen.
Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Taiwan Profesor Su Ih-jen juga bersyukur Taiwan berhasil menghindari wabah Covid-19. Masyarakat tidak mudah panik dan menaati perintah dari lembaga kesehatan. Saat ini Taiwan hanya melaporkan 59 pasien positif Covid-19, satu di antaranya telah tewas.
Sebelumnya Jokowi berharap pada Mei ini kurva kasus positif korona di Indonesia menurun. Selanjutnya pada Juni masuk pada posisi sedang dan pada Juli bisa masuk posisi ringan. Dia optimistis harapan tersebut bisa terwujud jika semua elemen bangsa bersatu bersama-sama mengatasi corona.
Seperti diketahui, virus corona menyebar luas ke seluruh negara di dunia. Dengan tingkat penyebaran yang beraneka ragam, setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam menangani dan menghadapi virus mematikan tersebut. Namun, semuanya sepakat: mencegah lebih baik daripada mengobati.
China yang menjadi pusat wabah Covid-19 juga bergerak agresif dan efektif. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memuji China sebagai negara dengan respons tercepat dan terbaik di sepanjang sejarah penyakit menular. Kelebihan China ialah pemerintah dan masyarakatnya kompak menangani virus itu.
Sejak Covid-19 mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei pada Januari lalu, Pemerintah China langsung mengisolasi kawasan berpenduduk 60 juta jiwa itu dari provinsi lainnya. Tidak ada seorang pun yang boleh masuk atau keluar. Uniknya, masyarakat setempat sangat taat terhadap pemimpin mereka walau ketakutan.
Di saat masyarakat mengurung diri di rumah, petugas menggalakkan sterilisasi di tempat umum, memeriksa kesehatan warga, dan merazia truk pengangkut hewan liar. Pasien yang terinfeksi Covid-19 akan diprioritaskan di rumah sakit (RS), sedangkan mereka yang mengalami gejala demam dikarantina di tempat lain.
Kesigapan China dalam menangani Covid-19 tidak terlepas dari pengalaman mereka setelah diserang virus corona SARS pada 2003. Saat itu China tidak transparan dan kalang kabut. Selain sistemnya amburadul dan banyak korban yang tewas karena kebingungan, dampak ekonomi pascawabah sangat memilukan.
Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Hong Kong, dan Singapura tidak bergerak seagresif China dalam menangani Covid-19, tapi mereka banyak belajar dari Negeri Tirai Bambu. Kunci kesuksesan mencegah dan mengendalikan virus itu terletak pada manajemen masyarakat, pemeriksaan kesehatan, dan aturan karantina.
Kebijakan yang tepat dan efektif membantu mereka memperlambat laju penularan Covid-19. Sebaliknya, di negara Barat, situasinya kian memburuk. “Di China, warga akan tinggal di rumah jika diimbau demikian, tapi di negara demokratis, hal itu tidak mudah,” kata ahli penyakit menular Chang Shan-chwen.
Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Taiwan Profesor Su Ih-jen juga bersyukur Taiwan berhasil menghindari wabah Covid-19. Masyarakat tidak mudah panik dan menaati perintah dari lembaga kesehatan. Saat ini Taiwan hanya melaporkan 59 pasien positif Covid-19, satu di antaranya telah tewas.