Indonesia Butuh 540 Juta Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
“ Vaksin adalah bentuk upaya pembuatan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit. Ini adalah pencegahan agar masyarakat tidak perlu terpapar penyakit dahulu untuk menumbuhkan kekebalan tubuh atau imunitas,” jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro.
Dia mengatakan, BPOM telah mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use of authorization. BPOM juga memantau langsung lokasi uji klinis Bio Farma yang ditempatkan di Universitas Padjadjaran di Kota Bandung. Mereka bahkan melakukan pemantauan langsung fasilitas-fasilitas pengembangan vaksin yang dimiliki negara-negara lain. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)
Tak hanya itu, Reisa menambahkan, PT Bio Farma yang merupakan produsen vaksin terpilih menjadi satu di antara produsen untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Hal itu menyatakan bahwa BUMN tersebut siap memproduksi obat Covid-19 yang teruji di tingkat dunia.
Karena itu, tak heran vaksin-vaksin produksi Bio Farma selama ini telah digunakan di lebih dari 100 negara, terutama negara muslim. “PT Bio Farma juga menjadi center of excellence untuk vaksin dan bioteknologi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI),” ungkapnya.
Dalam memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, Reisa menyebut ada tiga cara yang dilakukan pemerintah. Pertama, mengembangkan Vaksin Merah Putih dan kerja sama PT Bio Farma dengan Sinovac asal China. Kedua, Indonesia telah mendapat komitmen dari empat kandidat vaksin, yaitu Astrazeneka, Simovac, Cansino, dan Sinopharm dalam pembelian vaksin luar negeri. “Setelah vaksin-vaksin itu disetujui WHO, maka vaksin itu akan diproduksi dan tiba di Indonesia secara bertahap,” jelasnya.
Ketiga, pemerintah menggandeng lembaga internasional, yaitu CEPI dan Gavi Alliance, untuk mendapat akses vaksin dalam kerangka kerja sama multilateral dan skema ini melibatkan WHO dan UNICEF mulai dari pengembangan, distribusi, dan pelaksanaan vaksinasi nanti. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)
“ Vaksinasi merupakan upaya pemberian kekebalan tubuh untuk melawan virus yang sudah dikenali. Yang manjur untuk mengendalikan wabah, bahkan memberantas dan menghilangkan wabah dan penyakit di dunia. Seperti cacar dan polio. Vaksin adalah pelengkap dan datang secara bertahap, serta digunakan sesuai skala prioritas. Namun, kita tidak boleh lengah dan menurunkan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” pesan Reisa.
Sementara itu, perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia semakin menunjukkan hasil yang baik. Data per 18 Oktober 2020 saja menunjukkan hasil tracing yang dilakukan pemerintah menyatakan dari 2,5 juta orang yang diperiksa, 86% di antaranya negatif Covid-19.
Reisa mengatakan, hasil tersebut merupakan bentuk dari upaya tracing atau pelacakan kasus yang dilakukan pemerintah. Itu berkat ratusan tenaga kesehatan, relawan, termasuk kerja sama dari masyarakat. (Baca juga: Rusia Siap Bekukan Semua Hulu Ledak Nuklirnya)
Upaya gotong-royong itu, kata dia, berhasil menemukan 1.347 kelompok penyebaran atau kluster. Secara total kini sudah ada lebih dari 4 juta spesimen yang diperiksa di 377 laboratorium di Indonesia. “Sekali lagi kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para petugas yang terkait, kerja keras mereka luar biasa,” ucap Reisa.
Dia mengatakan, BPOM telah mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use of authorization. BPOM juga memantau langsung lokasi uji klinis Bio Farma yang ditempatkan di Universitas Padjadjaran di Kota Bandung. Mereka bahkan melakukan pemantauan langsung fasilitas-fasilitas pengembangan vaksin yang dimiliki negara-negara lain. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)
Tak hanya itu, Reisa menambahkan, PT Bio Farma yang merupakan produsen vaksin terpilih menjadi satu di antara produsen untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Hal itu menyatakan bahwa BUMN tersebut siap memproduksi obat Covid-19 yang teruji di tingkat dunia.
Karena itu, tak heran vaksin-vaksin produksi Bio Farma selama ini telah digunakan di lebih dari 100 negara, terutama negara muslim. “PT Bio Farma juga menjadi center of excellence untuk vaksin dan bioteknologi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI),” ungkapnya.
Dalam memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, Reisa menyebut ada tiga cara yang dilakukan pemerintah. Pertama, mengembangkan Vaksin Merah Putih dan kerja sama PT Bio Farma dengan Sinovac asal China. Kedua, Indonesia telah mendapat komitmen dari empat kandidat vaksin, yaitu Astrazeneka, Simovac, Cansino, dan Sinopharm dalam pembelian vaksin luar negeri. “Setelah vaksin-vaksin itu disetujui WHO, maka vaksin itu akan diproduksi dan tiba di Indonesia secara bertahap,” jelasnya.
Ketiga, pemerintah menggandeng lembaga internasional, yaitu CEPI dan Gavi Alliance, untuk mendapat akses vaksin dalam kerangka kerja sama multilateral dan skema ini melibatkan WHO dan UNICEF mulai dari pengembangan, distribusi, dan pelaksanaan vaksinasi nanti. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)
“ Vaksinasi merupakan upaya pemberian kekebalan tubuh untuk melawan virus yang sudah dikenali. Yang manjur untuk mengendalikan wabah, bahkan memberantas dan menghilangkan wabah dan penyakit di dunia. Seperti cacar dan polio. Vaksin adalah pelengkap dan datang secara bertahap, serta digunakan sesuai skala prioritas. Namun, kita tidak boleh lengah dan menurunkan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” pesan Reisa.
Sementara itu, perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia semakin menunjukkan hasil yang baik. Data per 18 Oktober 2020 saja menunjukkan hasil tracing yang dilakukan pemerintah menyatakan dari 2,5 juta orang yang diperiksa, 86% di antaranya negatif Covid-19.
Reisa mengatakan, hasil tersebut merupakan bentuk dari upaya tracing atau pelacakan kasus yang dilakukan pemerintah. Itu berkat ratusan tenaga kesehatan, relawan, termasuk kerja sama dari masyarakat. (Baca juga: Rusia Siap Bekukan Semua Hulu Ledak Nuklirnya)
Upaya gotong-royong itu, kata dia, berhasil menemukan 1.347 kelompok penyebaran atau kluster. Secara total kini sudah ada lebih dari 4 juta spesimen yang diperiksa di 377 laboratorium di Indonesia. “Sekali lagi kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para petugas yang terkait, kerja keras mereka luar biasa,” ucap Reisa.