Indonesia Butuh 540 Juta Vaksin Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus mempercepat pengembangan Vaksin Merah Putih yang dikembangkan di dalam negeri. Terlebih kebutuhan vaksin di Indonesia mendesak dan sangat besar. Jika hitungan menggunakan rumus herd immunity atau kekebalan imunitas, maka ada sekitar dua pertiga penduduk atau 180 juta orang harus divaksin.
Untuk mempercepat proses pengembangan vaksin ini, pemerintah telah menggandeng enam lembaga, yaitu Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
Termasuk beberapa perusahaan swasta yang bersedia untuk investasi pengembangan atau manufaktur vaksin Covid-19. Mereka di antaranya Kalbe Farma, Sanbe Farma, PT Daewoong Infion, Biotis, dan Tempo Scan. (Baca: Pentingnya Mengajarkan Anak Menjaga Lisan)
“Karena satu orang butuh dua kali vaksin, maka dibutuhkan minimal 360 juta. Kalau semua orang divaksin, maka butuh 270 juta (penduduk) dikali dua, alias 540 juta vaksin. Jadi, memang harus ada kapasitas vaksin antara 360-540 juta yang barangkali tidak bisa dipenuhi oleh Bio Farma sendirian, yang kapasitasnya tahun depan diperkirakan 250 juta dosis per tahun,” ungkap Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta kemarin.
Bila dilihat dari pengembangan vaksin tersebut, diperkirakan paling cepat akan selesai pada awal 2021. Vaksin yang diserahkan ke Bio Farma berasal dari pengembangan Eijkman dan UI karena tahapannya sudah mendekati atau telah masuk ke tahap uji hewan. “Ini mungkin sejarah pertama bagi kita melakukan vaksinasi semassal ini dalam waktu yang relatif pendek,” ujar Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) itu.
Mantan Kepala Bappenas ini menuturkan, Vaksin Merah Putih juga untuk mencukupi kebutuhan vaksin bagi semua masyarakat Indonesia. “Hal-hal seperti ini harus dipastikan juga apakah karena vaksin atau yang lainnya. Itu menunjukkan aspek keamanan tidak bisa dikompromikan,” tandasnya. (Baca juga: Dunia Pendidikan Indonesia Belum Memiliki Peta Jalan yang Jelas)
Masyarakat diminta tidak lagi meragukan manfaat dari vaksin Covid-19 yang akan diberikan pemerintah. Vaksin yang akan diberikan itu sudah melalui tahapan uji klinis yang ketat disertai pengawasan dari lembaga otoritas milik pemerintah maupun lembaga internasional yang mengurusi kesehatan.
Pengembangan dan pengadaan vaksin tersebut pun sesuai pedoman dan saran Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), para ahli, serta para ulama dan umara, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan begitu, manfaat vaksin sudah dikaji secara mendalam dan tidak perlu diragukan lagi.
“ Vaksin adalah bentuk upaya pembuatan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit. Ini adalah pencegahan agar masyarakat tidak perlu terpapar penyakit dahulu untuk menumbuhkan kekebalan tubuh atau imunitas,” jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro.
Dia mengatakan, BPOM telah mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use of authorization. BPOM juga memantau langsung lokasi uji klinis Bio Farma yang ditempatkan di Universitas Padjadjaran di Kota Bandung. Mereka bahkan melakukan pemantauan langsung fasilitas-fasilitas pengembangan vaksin yang dimiliki negara-negara lain. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)
Tak hanya itu, Reisa menambahkan, PT Bio Farma yang merupakan produsen vaksin terpilih menjadi satu di antara produsen untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Hal itu menyatakan bahwa BUMN tersebut siap memproduksi obat Covid-19 yang teruji di tingkat dunia.
Karena itu, tak heran vaksin-vaksin produksi Bio Farma selama ini telah digunakan di lebih dari 100 negara, terutama negara muslim. “PT Bio Farma juga menjadi center of excellence untuk vaksin dan bioteknologi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI),” ungkapnya.
Dalam memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, Reisa menyebut ada tiga cara yang dilakukan pemerintah. Pertama, mengembangkan Vaksin Merah Putih dan kerja sama PT Bio Farma dengan Sinovac asal China. Kedua, Indonesia telah mendapat komitmen dari empat kandidat vaksin, yaitu Astrazeneka, Simovac, Cansino, dan Sinopharm dalam pembelian vaksin luar negeri. “Setelah vaksin-vaksin itu disetujui WHO, maka vaksin itu akan diproduksi dan tiba di Indonesia secara bertahap,” jelasnya.
Ketiga, pemerintah menggandeng lembaga internasional, yaitu CEPI dan Gavi Alliance, untuk mendapat akses vaksin dalam kerangka kerja sama multilateral dan skema ini melibatkan WHO dan UNICEF mulai dari pengembangan, distribusi, dan pelaksanaan vaksinasi nanti. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)
“ Vaksinasi merupakan upaya pemberian kekebalan tubuh untuk melawan virus yang sudah dikenali. Yang manjur untuk mengendalikan wabah, bahkan memberantas dan menghilangkan wabah dan penyakit di dunia. Seperti cacar dan polio. Vaksin adalah pelengkap dan datang secara bertahap, serta digunakan sesuai skala prioritas. Namun, kita tidak boleh lengah dan menurunkan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” pesan Reisa.
Sementara itu, perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia semakin menunjukkan hasil yang baik. Data per 18 Oktober 2020 saja menunjukkan hasil tracing yang dilakukan pemerintah menyatakan dari 2,5 juta orang yang diperiksa, 86% di antaranya negatif Covid-19.
Reisa mengatakan, hasil tersebut merupakan bentuk dari upaya tracing atau pelacakan kasus yang dilakukan pemerintah. Itu berkat ratusan tenaga kesehatan, relawan, termasuk kerja sama dari masyarakat. (Baca juga: Rusia Siap Bekukan Semua Hulu Ledak Nuklirnya)
Upaya gotong-royong itu, kata dia, berhasil menemukan 1.347 kelompok penyebaran atau kluster. Secara total kini sudah ada lebih dari 4 juta spesimen yang diperiksa di 377 laboratorium di Indonesia. “Sekali lagi kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para petugas yang terkait, kerja keras mereka luar biasa,” ucap Reisa.
Meski demikian, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu angka positivity rate sebesar 14%. Persentase itu menyatakan ada sekitar 3.000-4.000 kasus baru per harinya dan masih harus ditekan lagi.
Saat ini pasien Covid-19 yang masih dalam perawatan atau kasus aktif sebanyak 63.380 kasus yang dirawat pada 840 rumah sakit rujukan, isolasi mandiri, atau tempat karantina yang disediakan pemerintah di berbagai daerah. “Mari kita saling membantu dan tidak menambahkan angka konfirmasi positif. Hindari kegiatan yang membahayakan diri kita dan sekitar kita,” tambahnya. (Lihat videonya: Dua Polisi yang Kawal Jogging Kena Sanksi Administratif)
Untuk upaya treatment ada 289.243 pasien sembuh. Angka kesembuhan atau recovery rate mencapai 79% yang terus ditingkatkan per minggunya. Angka kesembuhan ini juga menunjukkan peningkatan dilihat per pekan selama Oktober ini. Pekan kedua Oktober angka kesembuhan 76,48% dan pekan ketiga meningkat menjadi 78,85%. (Faorick Pakpahan)
Lihat Juga: Mulai 2024 Vaksin Covid-19 Tak Gratis, Yerry Tawalujan Berharap Harganya Terjangkau Peserta BPJS
Untuk mempercepat proses pengembangan vaksin ini, pemerintah telah menggandeng enam lembaga, yaitu Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
Termasuk beberapa perusahaan swasta yang bersedia untuk investasi pengembangan atau manufaktur vaksin Covid-19. Mereka di antaranya Kalbe Farma, Sanbe Farma, PT Daewoong Infion, Biotis, dan Tempo Scan. (Baca: Pentingnya Mengajarkan Anak Menjaga Lisan)
“Karena satu orang butuh dua kali vaksin, maka dibutuhkan minimal 360 juta. Kalau semua orang divaksin, maka butuh 270 juta (penduduk) dikali dua, alias 540 juta vaksin. Jadi, memang harus ada kapasitas vaksin antara 360-540 juta yang barangkali tidak bisa dipenuhi oleh Bio Farma sendirian, yang kapasitasnya tahun depan diperkirakan 250 juta dosis per tahun,” ungkap Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro di Jakarta kemarin.
Bila dilihat dari pengembangan vaksin tersebut, diperkirakan paling cepat akan selesai pada awal 2021. Vaksin yang diserahkan ke Bio Farma berasal dari pengembangan Eijkman dan UI karena tahapannya sudah mendekati atau telah masuk ke tahap uji hewan. “Ini mungkin sejarah pertama bagi kita melakukan vaksinasi semassal ini dalam waktu yang relatif pendek,” ujar Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) itu.
Mantan Kepala Bappenas ini menuturkan, Vaksin Merah Putih juga untuk mencukupi kebutuhan vaksin bagi semua masyarakat Indonesia. “Hal-hal seperti ini harus dipastikan juga apakah karena vaksin atau yang lainnya. Itu menunjukkan aspek keamanan tidak bisa dikompromikan,” tandasnya. (Baca juga: Dunia Pendidikan Indonesia Belum Memiliki Peta Jalan yang Jelas)
Masyarakat diminta tidak lagi meragukan manfaat dari vaksin Covid-19 yang akan diberikan pemerintah. Vaksin yang akan diberikan itu sudah melalui tahapan uji klinis yang ketat disertai pengawasan dari lembaga otoritas milik pemerintah maupun lembaga internasional yang mengurusi kesehatan.
Pengembangan dan pengadaan vaksin tersebut pun sesuai pedoman dan saran Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), para ahli, serta para ulama dan umara, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dengan begitu, manfaat vaksin sudah dikaji secara mendalam dan tidak perlu diragukan lagi.
“ Vaksin adalah bentuk upaya pembuatan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit. Ini adalah pencegahan agar masyarakat tidak perlu terpapar penyakit dahulu untuk menumbuhkan kekebalan tubuh atau imunitas,” jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro.
Dia mengatakan, BPOM telah mempersiapkan persetujuan penggunaan dalam keadaan darurat atau emergency use of authorization. BPOM juga memantau langsung lokasi uji klinis Bio Farma yang ditempatkan di Universitas Padjadjaran di Kota Bandung. Mereka bahkan melakukan pemantauan langsung fasilitas-fasilitas pengembangan vaksin yang dimiliki negara-negara lain. (Baca juga: Liburan Aman dan Nyaman di Masa Pandemi)
Tak hanya itu, Reisa menambahkan, PT Bio Farma yang merupakan produsen vaksin terpilih menjadi satu di antara produsen untuk Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI). Hal itu menyatakan bahwa BUMN tersebut siap memproduksi obat Covid-19 yang teruji di tingkat dunia.
Karena itu, tak heran vaksin-vaksin produksi Bio Farma selama ini telah digunakan di lebih dari 100 negara, terutama negara muslim. “PT Bio Farma juga menjadi center of excellence untuk vaksin dan bioteknologi di negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI),” ungkapnya.
Dalam memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, Reisa menyebut ada tiga cara yang dilakukan pemerintah. Pertama, mengembangkan Vaksin Merah Putih dan kerja sama PT Bio Farma dengan Sinovac asal China. Kedua, Indonesia telah mendapat komitmen dari empat kandidat vaksin, yaitu Astrazeneka, Simovac, Cansino, dan Sinopharm dalam pembelian vaksin luar negeri. “Setelah vaksin-vaksin itu disetujui WHO, maka vaksin itu akan diproduksi dan tiba di Indonesia secara bertahap,” jelasnya.
Ketiga, pemerintah menggandeng lembaga internasional, yaitu CEPI dan Gavi Alliance, untuk mendapat akses vaksin dalam kerangka kerja sama multilateral dan skema ini melibatkan WHO dan UNICEF mulai dari pengembangan, distribusi, dan pelaksanaan vaksinasi nanti. (Baca juga: Refly Harun Mengaku Menunggu Habib Rizieq Pulang)
“ Vaksinasi merupakan upaya pemberian kekebalan tubuh untuk melawan virus yang sudah dikenali. Yang manjur untuk mengendalikan wabah, bahkan memberantas dan menghilangkan wabah dan penyakit di dunia. Seperti cacar dan polio. Vaksin adalah pelengkap dan datang secara bertahap, serta digunakan sesuai skala prioritas. Namun, kita tidak boleh lengah dan menurunkan disiplin 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan,” pesan Reisa.
Sementara itu, perkembangan penanganan Covid-19 di Indonesia semakin menunjukkan hasil yang baik. Data per 18 Oktober 2020 saja menunjukkan hasil tracing yang dilakukan pemerintah menyatakan dari 2,5 juta orang yang diperiksa, 86% di antaranya negatif Covid-19.
Reisa mengatakan, hasil tersebut merupakan bentuk dari upaya tracing atau pelacakan kasus yang dilakukan pemerintah. Itu berkat ratusan tenaga kesehatan, relawan, termasuk kerja sama dari masyarakat. (Baca juga: Rusia Siap Bekukan Semua Hulu Ledak Nuklirnya)
Upaya gotong-royong itu, kata dia, berhasil menemukan 1.347 kelompok penyebaran atau kluster. Secara total kini sudah ada lebih dari 4 juta spesimen yang diperiksa di 377 laboratorium di Indonesia. “Sekali lagi kita sampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para petugas yang terkait, kerja keras mereka luar biasa,” ucap Reisa.
Meski demikian, masih ada pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, yaitu angka positivity rate sebesar 14%. Persentase itu menyatakan ada sekitar 3.000-4.000 kasus baru per harinya dan masih harus ditekan lagi.
Saat ini pasien Covid-19 yang masih dalam perawatan atau kasus aktif sebanyak 63.380 kasus yang dirawat pada 840 rumah sakit rujukan, isolasi mandiri, atau tempat karantina yang disediakan pemerintah di berbagai daerah. “Mari kita saling membantu dan tidak menambahkan angka konfirmasi positif. Hindari kegiatan yang membahayakan diri kita dan sekitar kita,” tambahnya. (Lihat videonya: Dua Polisi yang Kawal Jogging Kena Sanksi Administratif)
Untuk upaya treatment ada 289.243 pasien sembuh. Angka kesembuhan atau recovery rate mencapai 79% yang terus ditingkatkan per minggunya. Angka kesembuhan ini juga menunjukkan peningkatan dilihat per pekan selama Oktober ini. Pekan kedua Oktober angka kesembuhan 76,48% dan pekan ketiga meningkat menjadi 78,85%. (Faorick Pakpahan)
Lihat Juga: Mulai 2024 Vaksin Covid-19 Tak Gratis, Yerry Tawalujan Berharap Harganya Terjangkau Peserta BPJS
(ysw)