Kasus Covid-19 Belum Juga Melandai

Senin, 19 Oktober 2020 - 06:46 WIB
loading...
Kasus Covid-19 Belum...
Penambahan kasus harian Covid-19 dalam sebulan terakhir masih bertengger di angka 4.000-an dengan kontribusi terbesar di wilayah DKI Jakarta.
A A A
TERHITUNG 232 hari sejak kasus pertama diumumkan di Indonesia pada awal Maret 2020, grafik perkembangan jumlah orang yang terpapar Covid-19 belum juga melandai. Penambahan kasus harian dalam sebulan terakhir bahkan masih bertengger di angka 4.000-an dengan kontribusi terbesar di wilayah DKI Jakarta.

Data terkini, Minggu (18/10/2020), kasus positif Covid-19 kembali bertambah 4.105 orang sehingga secara akumulasi total kasus mencapai 361.867 orang. Adapun akumulasi pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 285.324 orang dan meninggal dunia 12.511 orang.

Deretan angka tersebut jelas bukan merupakan kabar baik. Ditambah lagi jika melihat gugurnya dokter karena korona yang hingga kemarin total mencapai 136 orang di seluruh Indonesia.

Pemerintah sebenarnya sudah melakukan berbagai upaya untuk menangani penyebaran Covid-19 di Tanah Air agar tidak terus meluas. Namun, setelah tujuh bulan lebih berlalu, Covid-19 seperti tak tertahankan menginfeksi siapa pun dari berbagai kelompok masyarakat.

Ini mengindikasikan bahwa tidak ada satu orang pun yang kebal korona. Memang ada yang meyakini bahwa Covid-19 akan kalah dengan sendirinya apabila kita memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan imun yang tinggi. Namun, pertanyaannya apakah setiap orang bisa memastikan daya tubuhnya selalu fit dan selalu memiliki imun tinggi?

Itu baru satu persoalan. Tantangan lain dalam menghadapi pandemi ini adalah bagaimana membuat lingkungan di sekitar kita, baik itu di daerah tempat tinggal maupun di tempat kerja bisa disiplin menerapkan protokol kesehatan, yakni menerapkan 3M: menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.

Sesimpel itu? Ya. Tapi, saking simpelnya, terkadang masih ada di antara kita yang abai melakukannya. Padahal, seperti disampaikan para ahli di Tim Satgas Penanganan Covid-19, penerapan protokol kesehatan tersebut merupakan satu di antara cara efektif menekan penyebaran virus, di samping dengan tetap menjaga tubuh selalu sehat dengan berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi.

Dengan asumsi semakin sadarnya masyarakat menerapkan protokol kesehatan di lingkungannya masing-masing, seharusnya penyebaran Covid-19 bisa ditekan. Akan tetapi, fakta yang ada justru sebaliknya. Kian hari grafik angka positif secara nasional bukan berkurang, malah stabil di angka 4.000-an.

Beranjak dari kondisi ini, seharusnya ada evaluasi menyeluruh dari setiap program yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini menyangkut penerapan protokol kesehatan, termasuk pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang di Ibu Kota kini memasuki masa PSBB Transisi kedua kalinya. Jika sudah dievaluasi, paling tidak akan diketahui efektivitas pelaksanaan program-program penanganan yang dilakukan.

Terpenting, evaluasi juga bagaimana sistem tracing, testing, dan treatment yang menjadi kunci untuk pencegahan Covid-19 agar tidak menyebar lebih luas. Tiga langkah tersebut tentu saja tidak bisa dilakukan sendiri oleh tim kesehatan pemerintah, melainkan perlu kerja sama apik dengan masyarakat terutama mereka yang terindikasi tertular Covid-19.

Di masyarakat kerja sama ini antara lain menyampaikan secara jujur apabila seseorang dipastikan terjangkit Covid-19 agar memudahkan tim satgas melakukan pemeriksaan (testing ) di lingkungannya. Tes inilah yang akan menjadi kunci untuk segera dapat mengetahui siapa saja yang terkena Covid-19 untuk kemudian diisolasi agar tidak menularkan kepada orang lain.

Tes Covid-19 inilah yang menjadi strategi utama negara lain dalam penanganan virus korona. Di Kota Qingdao, China, negara asal virus korona, bahkan baru-baru ini melakukan tes terhadap 9 juta warga kota tersebut setelah ditemukan 12 kasus baru dari transmisi lokal. Tes massal yang dilakukan selama sepekan itu menggunakan metode penggabungan sepuluh sampel sekaligus. Jika terdapat kasus positif, sepuluh pemilik sampel itu akan dikarantina dan kemudian dilakukan tes ulang per individu.

Ihwal tes ini, otoritas China memang patut diacungi jempol. Selain penerapan protokol yang ketat, Negeri Panda ini juga begitu masif melakukan tes. Terbukti, dari data yang disampaikan oleh worldometers.info, rasio tes Covid-19 yang dilakukan di China sebanyak 111.163 orang per 1 juta populasi penduduk. Sebagai perbandingan, di Indonesia tesnya baru mencapai 14.652 orang per 1 juta populasi.



(bmm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1366 seconds (0.1#10.140)