Antisipasi Karhutla dan Banjir, Kementerian LHK Upayakan Solusi Permanen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya membahas prediksi, evaluasi cuaca dan iklim untuk antisipasi Karhutla dan banjir di Indonesia bersama-sama dengan Kepala BNPB, BMKG, BPPT, BRG, dan ahli Klimatologi serta pejabat eselon I lintas kementerian/lembaga.
(Baca juga: Banjir Kembali Terjadi di Melawi, 1 Warga Meninggal Dunia)
"Hingga saat ini semua pihak masih melaksanakan kerja lapangan yang terbaik bagi segenap rakyat Indonesia," ujar Menteri Siti Nurbaya saat memimpin rapat prediksi, evaluasi cuaca dan iklim untuk antisipasi Karhutla dan banjir di Indonesia, di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
(Baca juga: Tren Karhutla Turun, Pemerintah Ajak Semua Pihak Tetap Waspada)
Dari rekomendasi BMKG, Indonesia masih harus terus mewaspadai anomali cuaca. Tantangan yang dihadapi adalah luasnya wilayah, dan berbagai persoalan dinamis di tiap daerah yang berbeda-beda dengan variabilitas cuaca atau micro-climate yang juga dapat berbeda antarwilayah.
Contohnya, bila tahun lalu pada periode ini kita berhadapan dengan ancaman karhutla, maka tahun ini beberapa wilayah dilaporkan sedang terjadi banjir. Ini semua harus bersama-sama dicermati dan antisipasi.
"Khusus untuk Karhutla, terus diikuti perkembangan hotspot setiap hari. Evaluasi laporan dari lapangan dipantau setiap pagi dan malam. Ini juga penting untuk melihat efektifitas kerja pengendalian Karhutla, terutama di masa pandemi," ujar Menteri Siti.
Pada saat ini tercatat jumlah hotspots sebanyak 1.651 dari Januari - September saat ini dan tahun 2019 pada periode yang sama tercatat 18.333 hotspots, atau terjadi penurunan hotspots sebanyak 91 %.
Ada beberapa catatan penting dari diskusi teknis yakti bahwa hingga Oktober, kerja tekhnologi modifikasi cuaca (TMC) untuk membasahi gambut, mengisi kanal dan embung, tetap akan dilakukan.
"TMC untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumsel dan diproyeksikan sudah akan dapat dihentikan pada Akhir Oktober. Kemudian pada November akan diintensifkan untuk Kalsel dan Kaltim. Sementara itu secara khusus berdasarkan cuaca, perlu dipantau cuaca sampai dengan Desember untuk Aceh-Sumut," ujar Menteri Siti Nurbaya saat menyimpulkan rapat teknis setelah mencermati laporan kondisi iklim September 2020 hingga Februari 2021 dari Kepala BMKG Prof Dwikorita.
(Baca juga: Banjir Kembali Terjadi di Melawi, 1 Warga Meninggal Dunia)
"Hingga saat ini semua pihak masih melaksanakan kerja lapangan yang terbaik bagi segenap rakyat Indonesia," ujar Menteri Siti Nurbaya saat memimpin rapat prediksi, evaluasi cuaca dan iklim untuk antisipasi Karhutla dan banjir di Indonesia, di Jakarta, Jumat (18/9/2020).
(Baca juga: Tren Karhutla Turun, Pemerintah Ajak Semua Pihak Tetap Waspada)
Dari rekomendasi BMKG, Indonesia masih harus terus mewaspadai anomali cuaca. Tantangan yang dihadapi adalah luasnya wilayah, dan berbagai persoalan dinamis di tiap daerah yang berbeda-beda dengan variabilitas cuaca atau micro-climate yang juga dapat berbeda antarwilayah.
Contohnya, bila tahun lalu pada periode ini kita berhadapan dengan ancaman karhutla, maka tahun ini beberapa wilayah dilaporkan sedang terjadi banjir. Ini semua harus bersama-sama dicermati dan antisipasi.
"Khusus untuk Karhutla, terus diikuti perkembangan hotspot setiap hari. Evaluasi laporan dari lapangan dipantau setiap pagi dan malam. Ini juga penting untuk melihat efektifitas kerja pengendalian Karhutla, terutama di masa pandemi," ujar Menteri Siti.
Pada saat ini tercatat jumlah hotspots sebanyak 1.651 dari Januari - September saat ini dan tahun 2019 pada periode yang sama tercatat 18.333 hotspots, atau terjadi penurunan hotspots sebanyak 91 %.
Ada beberapa catatan penting dari diskusi teknis yakti bahwa hingga Oktober, kerja tekhnologi modifikasi cuaca (TMC) untuk membasahi gambut, mengisi kanal dan embung, tetap akan dilakukan.
"TMC untuk wilayah Riau, Jambi dan Sumsel dan diproyeksikan sudah akan dapat dihentikan pada Akhir Oktober. Kemudian pada November akan diintensifkan untuk Kalsel dan Kaltim. Sementara itu secara khusus berdasarkan cuaca, perlu dipantau cuaca sampai dengan Desember untuk Aceh-Sumut," ujar Menteri Siti Nurbaya saat menyimpulkan rapat teknis setelah mencermati laporan kondisi iklim September 2020 hingga Februari 2021 dari Kepala BMKG Prof Dwikorita.