Serangan Nine Eleven yang Menggoncang Dunia (Bagian 5)
loading...
A
A
A
Imam Shamsi Ali
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center/Presiden Nusantara Foundation
SEHARI setelah serangan WTC di kota New York, di beberapa tempat di kota New York terjadi kekerasan-kekerasan kepada Komunitas Muslim. Beberapa masjid dan Islamic Center juga mendapat serangan.
Di sebuah pertokoan di daerah Harlem ada dua orang Islam dari Ghana ditikam. Mereka diselamatkan oleh orang lain yang kebetulan lewat. Di depan masjid Mus’ab bin Umaer di Brooklyn ada dua wanita Muslimah asal Mesir dan Yaman dipukuli dan dipaksa melepaskan jilbabnya. Untung kejadian itu di siang hari di saat banyak orang yang lalu lalang. Sehingga beberapa orang menelpon 911 atau telpon darurat keamanan.
Di Staten Island pada hari Kamis, tiga hari setelah serangan itu ada seorang Muslim keturunan Palestina ditembak. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Pada hari yang sama di sebuah persinggahan pompa bensin di Texas terjadi penembakan kepada seorang warga India. Dia bukan Muslim. Dia beragama Sikh. Hanya saja karena di benak orang Amerika ketika itu Islam identik dengan sorban maka orang Sikh ini disangka Muslim dan tewas tertembak.
Kembali ke New York, sebuah masjid di Stainway Astoria queens dilempari kepala babi. Dindingnya dicoret-coret dengan kata-kata kasar dan kotor. Jauh ke Ohio ada sebuah masjid yang indah sengaja ditabrak oleh sebuah mobil truk, menjadikan masjid itu seolah dibelah dua. Demikianlah hari-hari awal pasca serangan 9/11 itu. Hari-hari yang berat dan mencekamkan bagi kami Komunitas Muslim di Amerika.
Semakin Kokoh Dalam Keimanan
Dalam situasi demikian itulah iman seorang Muslim teruji. Syukur Alhamdulilah, mayoritas Umat ini kokoh dalam keimanan dan keislaman. Bahkan banyak yang menjadi lebih sadar agama pasca 9/11 ini.
Satu contoh yang ingin saya berikan adalah Bro. Sharif El-Gamal. Beliaulah sesungguhnya sosok di balik masjid yang dikenal dengan masjid Ground Zero yang pernah heboh itu. Bahkan sempat menjadi isu internasional. Presiden RI ketika itu, Bapak SBY sempat memberikan dukungannya secara langsung dengan menuliskan surat dukungan melalui Dubes Dino Patti Djalal.
Sharif El-Gamal datang ke US dari Mesir ketika masih berumur sekitar 5 tahun. Sebagaimana lazimnya banyak imigran lainnya, Sharif tumbuh tidak terlalu peduli dengan agama. Tapi dia sukses dan menjadi bisnisman di bidang properti. Sebelum 9/11 Sharif hampir tidak pernah sholat, bahkan Jumatan. Hingga terjadilah 9/11 itu di mana Islam diekspos secara buruk (ugly exposure). Rupanya rasa kepemilikan di hatinya itu masih ada. Dia merasa bahwa agama ini adalah agamanya. Dan dia adalah bagian dari Komunitas Muslim. Mulailah dia hadir di Jumatan di kawasan Downtown dekat WTC saat itu. Masjid di mana dia Jumatan saat itu bernama Masjid Manhattan. Imamnya kebetulan dekat dengan kami juga. Imam Mustafa dari Mesir.
Ketika Jumatan masjid itu membludak hingga ke tangga dan pinggir jalan. Suatu ketika Sharif terlambat dan hanya sholat di pinggir jalan berdebu. Saat itulah tiba-tiba di benaknya ada keinginan untuk membeli gedung yang baik untuk dijadikan masjid. Singkat cerita dia membeli sebuah gedung yang tadinya dimiliki oleh perusahaan Bloomingdales. Dan letaknya sangat strategi karena hanya dua blok dari lokasi Ground Zero. Gedung itu beliau beli secara tunai 4 juta US$.
Imam/Direktur Jamaica Muslim Center/Presiden Nusantara Foundation
SEHARI setelah serangan WTC di kota New York, di beberapa tempat di kota New York terjadi kekerasan-kekerasan kepada Komunitas Muslim. Beberapa masjid dan Islamic Center juga mendapat serangan.
Di sebuah pertokoan di daerah Harlem ada dua orang Islam dari Ghana ditikam. Mereka diselamatkan oleh orang lain yang kebetulan lewat. Di depan masjid Mus’ab bin Umaer di Brooklyn ada dua wanita Muslimah asal Mesir dan Yaman dipukuli dan dipaksa melepaskan jilbabnya. Untung kejadian itu di siang hari di saat banyak orang yang lalu lalang. Sehingga beberapa orang menelpon 911 atau telpon darurat keamanan.
Di Staten Island pada hari Kamis, tiga hari setelah serangan itu ada seorang Muslim keturunan Palestina ditembak. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit. Pada hari yang sama di sebuah persinggahan pompa bensin di Texas terjadi penembakan kepada seorang warga India. Dia bukan Muslim. Dia beragama Sikh. Hanya saja karena di benak orang Amerika ketika itu Islam identik dengan sorban maka orang Sikh ini disangka Muslim dan tewas tertembak.
Kembali ke New York, sebuah masjid di Stainway Astoria queens dilempari kepala babi. Dindingnya dicoret-coret dengan kata-kata kasar dan kotor. Jauh ke Ohio ada sebuah masjid yang indah sengaja ditabrak oleh sebuah mobil truk, menjadikan masjid itu seolah dibelah dua. Demikianlah hari-hari awal pasca serangan 9/11 itu. Hari-hari yang berat dan mencekamkan bagi kami Komunitas Muslim di Amerika.
Semakin Kokoh Dalam Keimanan
Dalam situasi demikian itulah iman seorang Muslim teruji. Syukur Alhamdulilah, mayoritas Umat ini kokoh dalam keimanan dan keislaman. Bahkan banyak yang menjadi lebih sadar agama pasca 9/11 ini.
Satu contoh yang ingin saya berikan adalah Bro. Sharif El-Gamal. Beliaulah sesungguhnya sosok di balik masjid yang dikenal dengan masjid Ground Zero yang pernah heboh itu. Bahkan sempat menjadi isu internasional. Presiden RI ketika itu, Bapak SBY sempat memberikan dukungannya secara langsung dengan menuliskan surat dukungan melalui Dubes Dino Patti Djalal.
Sharif El-Gamal datang ke US dari Mesir ketika masih berumur sekitar 5 tahun. Sebagaimana lazimnya banyak imigran lainnya, Sharif tumbuh tidak terlalu peduli dengan agama. Tapi dia sukses dan menjadi bisnisman di bidang properti. Sebelum 9/11 Sharif hampir tidak pernah sholat, bahkan Jumatan. Hingga terjadilah 9/11 itu di mana Islam diekspos secara buruk (ugly exposure). Rupanya rasa kepemilikan di hatinya itu masih ada. Dia merasa bahwa agama ini adalah agamanya. Dan dia adalah bagian dari Komunitas Muslim. Mulailah dia hadir di Jumatan di kawasan Downtown dekat WTC saat itu. Masjid di mana dia Jumatan saat itu bernama Masjid Manhattan. Imamnya kebetulan dekat dengan kami juga. Imam Mustafa dari Mesir.
Ketika Jumatan masjid itu membludak hingga ke tangga dan pinggir jalan. Suatu ketika Sharif terlambat dan hanya sholat di pinggir jalan berdebu. Saat itulah tiba-tiba di benaknya ada keinginan untuk membeli gedung yang baik untuk dijadikan masjid. Singkat cerita dia membeli sebuah gedung yang tadinya dimiliki oleh perusahaan Bloomingdales. Dan letaknya sangat strategi karena hanya dua blok dari lokasi Ground Zero. Gedung itu beliau beli secara tunai 4 juta US$.