Memahami Kepemimpinan Presiden Prabowo

Jum'at, 25 Oktober 2024 - 21:24 WIB
loading...
A A A
Jangan lagi ada orang miskin di negeri ini, sebab negeri ini sangat kaya alamnya. Kalau tongkat, kayu, dan batu jadi tanaman, tapi jangangkan keju singkong pun masih kita impor?

Kalau alamnya kaya tetapi banyak rakyat masih miskin, itu berarti penyebabnya adalah salah kelola (mismanagement) seperti kata pakar manajemen sedunia Peter F. Drucker: There’s no underdeveloped country, only undermanaged ones.

Itulah sebabnya maka Prabowo tampil dengan paradigma baru: berani mengakui kekurangan, dan berani mengatasinya dengan menggerakkan segenap komponen bangsa untuk bersatu-padu, bergotongroyong mengatasi pelbagai masalah. Itulah sikap kepemimpinan yang patut diacungi dua jempol.

Sebab selama ini sering kita melihat angka-angka statistik yang ditampilkan secara politis, tetapitidak sepenuhnya memotret realitas kehidupan masyarakat. Tabiat itu yang ingin diubahnya agar para pemimpin tidak mengandalkan pencitraan, tetapi bersikap jujur terhadap realitas sosial-ekonomi bangsa ini dan berjuang meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Ketika berbicara tentang demokrasi, Prabowo berpesan agar kedaulatan rakyat harus untuk kepentingan rakyat, bukan untuk kepentingan perorangan atau pun kelompok. Pemimpin bekerja untuk rakyat, bukan untuk diri sendiri.

Kebebasan itu perlu tetapi kebebasan yang tumbuh dalam demokrasi Indonesia harus bisa menghindari perselisihan dan permusuhan, tanpa rasa benci, tanpa berbuat curang,tegasnya. Ia menekankan bahwa demokrasi pun harus bisa menghindari kekerasan dan adu-domba, menghindari kemunafikan, agar semakin kuat persatuan bangsa, agar terjadi tata tentrem kerta raharja, gemah ripah lohjinawe, supaya wong cilik pun bisa tersenyum lagi.

Pesan politik tersebut perlu dimaknai sebagai kebutuhan di bangsa ini untuk menarik kembali kereta demokrasi ke rel yang semestinya, yaitu rel budaya demokrasi ala Indonesia (the Indonesian way of democracy) yang tak sama dengan demokrasi liberal yang secara latah diterapkan saat ini. Para tokoh serta pemimpin di berbagai kalangan dan tingkatan perlu mengembangkan pesan penting itu untuk menjadi tradisi, agar Indonesia tak meninggalkan jati dirinya di tengah terpaan arus globalisasi yang semakin besar.

Sebab bangsa ini harus bangga dengan nilai-nilai persatuan sejak Soempah Pemoeda 1928, bahwa kita bertanah air satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu: Indonesia. Pesan itu semakin penting ketika kita memperingati 96 tahun Soempah Pemoeda pada 28 Oktober 2024.

Prabowo tegaskan bahwa semua pemimpin di bangsa ini perlu menjadi teladan, sebab “ikan busuk mulai dari kepalanya.” Ketika pemimpin tak mampu menunjukkan keteladanan, maka segenap jajaran di bawahnya akan kehilangan arah.

Satu aspek lain yang menarik perhatian saya adalah ketika Prabowo berbicara tentang pengalamannya 46 tahun silam. Yaitu saat ia berada di kolam renang Manggarai, Jakarta Pusat, dan melihat sebuah tulisan peninggalan Belanda yang melarang “inlander dan anjing” untuk masuk ke situ.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1359 seconds (0.1#10.140)