Makna Serangkaian Pembelotan Diplomat Korea Utara

Senin, 19 Agustus 2024 - 11:05 WIB
loading...
A A A
Tidak seperti Kim Il-sung dan Kim Jong-il di masa lalu, teguran, omelan, dan kemarahan yang sering dilakukan Kim Jong-un tampaknya merupakan cara untuk menegaskan otoritasnya yang relatif lemah.

Meskipun demikian, baru-baru ini ada indikasi ketidakpuasan terhadap Kim Jong-un, bahkan di dalam Ministry of State Security dan Ministry of Social Security Korea Utara. Badan intelijen tersebut dengan memiliki banyak informasi dianggap pesimistis terhadap kenyataan di Korea Utara.

Menurut diplomat pembelot yang terbaru, akhir-akhir ini para pejabat intelijen dieksekusi secara rahasia dalam jumlah besar, maka para perwira intelijen akan bergerak terlebih dahulu jika rezimnya kehilangan dukungan rakyat.

Dalam situasi ini, beberapa diplomat Korea Utara yang bertugas di luar negeri baru-baru ini meninggalkan tempat bertugasnya, kemudian membelot ke Korea Selatan. Dengan latar belakang ini, muncul kesaksian soal ketidakpuasannya yang meluas terhadap rezim Kim Jong-un di dalam pusat Korea Utara dan lembaga-lembaga negara di tingkat provinsi, kota, dan kabupaten.

Perubahan ini kemungkinan akan terus berlanjut untuk sementara waktu dan dianggap sebagai faktor mendasar yang dapat mengikis basis kekuatan Kim Jong-un sehingga menyebabkan keruntuhan rezim.

Rezim Korea Utara saat ini menghadapi keresahan sosial yang meningkat, termasuk percepatan ekstrem pengembangan nuklir dan rudal, kesulitan ekonomi yang parah, dan pengetatan kontrol dan penindasan terhadap penduduk. Hal ini telah menyebabkan meningkatnya keresahan sosial dan tiupan angin Korea Selatan di seluruh Korea Utara.

Mengingat hal tersebut kita harus melanjutkan upaya kita untuk membawa angin kebebasan dan kebenaran kepada orang-orang di dalam rezim Korea Utara, yang berdiri di atas istana pasir fiksi dan manipulasi terburuk di dunia ini.

Upaya masyarakat internasional untuk membuat informasi mengalir ke dalam sistem Korea Utara yang sangat tertutup dapat memiliki efek yang lebih kuat pada penduduk Korea Utara daripada senjata nuklir. Situasi hak asasi manusia di Korea Utara yang terburuk di dunia harus diketahui oleh lebih banyak negara di komunitas internasional.

Sementara itu, kita juga harus mempertimbangkan berbagai cara untuk membuat warga Korea Utara sadar mengenai martabat kebebasan, demokrasi, dan hak asasi manusia sehingga mereka akan memiliki keinginan untuk melawan rezim tirani Kim Jong-un.

Secara khusus, harus ada masing-masing strategi secara terpisah berdasarkan kelas, yang menargetkan kepemimpinan Korea Utara, kelas menengah yang dipaksa untuk setia secara membabi buta, dan kelas bawah yang tetap ditinggalkan oleh Kim Jong-un. Strategi tersebut sekarang dibutuhkan lebih dari sebelumnya untuk menghubungkan masalah hak asasi manusia yang serius di Korea Utara dengan momentum perubahan rezim.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1532 seconds (0.1#10.140)